4
Sophia baru saja selesai kuliah dan memutuskan untuk pulang. Ia merasa letih. Sophia berjalan melewati lorong yang penuh dengan para mahasiswa. Suasana begitu ramai dan bising. Ada yang berjalan bergegas menuju ruang kuliah. Ada juga yang sedang berdiri sambil berbincang.
Sophia sibuk dengan pikirannya. Hari ini hasil tes darahnya akan keluar. Ia hanya melangkah dalam diam. Tanpa memperhatikan sekitarnya hingga tak mendengar Henry yang sudah memanggilnya beberapa kali.
"Hei Sophia!"seru Henry memegang lengan Sophia.
"Argh..."ujar Sophia kaget dan merasa sakit.
Henry refleks melepaskan pegangannya. Ia melihat bekas memar yang ada di lengan Sophia. "Apa aku terlalu keras? Maaf...tapi lenganmu kenapa? Kenapa ada memar seperti itu?!"
Sophia mengusap memar di tangannya. Merasakaan nyeri di tempat Henry tadi memegangnya. Ia juga tak mengerti. Memar itu terjadi saat ia nyaris jatuh pingsan di laboratorium rumah sakit. Sang perawat tak memegang dengan kencang tapi cukup membuatnya memar.
"Aku hanya terbentur."sahut Sophia. "Kuliahmu sudah beres?"
"Ya. Dan ke mana saja kau? Kau tidak membalas pesanku sejak malam."ujar Henry menatap Sophia dengan kening berkerut.
"Oh maaf...aku tidur lebih awal kemarin. Aku merasa lelah."
"Sophia, kau baik saja? Wajahmu pucat."gumam Henry dengan cemas.
"Aku baik saja, Henry. Kurasa aku hanya lelah."
"Kuantarkan kau pulang."ujar Henry
"Tapi bukankah kau masih ada kuliah?!"
"Tidak apa. Aku bisa meminjam catatan pada Jack nanti."ucap Henry meringis. "Ayolah..."
"Apa kau sudah memberitahu keluargamu mengenai rencana kita?"tanya Henry saat sudah berada di dalam mobil dan mulai mengemudikan mobil keluar dari kawasan kampus
"Rencana apa?"tanya Sophia menoleh padanya dengan heran dan tak mengerti.
"Ng...well...mengenai lamaranku..."gumam Henry
Sophia terkejut. Lalu ia kembali menatap Henry dengan rasa bersalah. "Oh astaga Henry, aku lupa memberitahu mereka. Sungguh aku lupa. Maafkan aku. Aku...aku...."ujar Sophia merasa bersalah. Pikirannya begitu kalut beberapa hari ini. Karena keadaan dirinya hingga lupa dengan rencana indah mereka berdua. Bagaimana bisa ia lupa dengan lamaran Henry, pria yang ia cintai.
"Hei tenanglah, tak apa. Kau bisa memberitahu nanti."
Sophia mengusap wajahnya. "Oh aku sungguh keterlaluan sampai melupakan pernikahan kita!"ujarnya merasa tak enak.
Henry menepuk tangan Sophia seraya memegang setir. "Jangan kaupikirkan, Sophia. Sungguh tak masalah. Kita bisa beritahu mereka nanti. Bagaimana jika minggu ini kita pergi membeli cincin tunangan yang lebih pantas untukmu? Kau tak mungkin terus memakai daun bukan?!"
"Ya boleh, Henry. Aku mau."sahut Sophia tersenyum. "Oh Henry, aku sungguh minta maaf...rasanya keterlaluan sekali..."
"Sudahlah. Sebagai gantinya kau harus mencium pipiku."gumam Henry menatapnya dengan menyeringai.
Sophia tersenyum. Lalu ia mencondongkan badan mendekati Henry dan mengecup pipinya dengan cepat. Dan kembali duduk lagi.
"Lagi dunk...."pinta Henry meringis.
"Oh sudah, Henry! Kau sedang menyetir!"
Henry terkekeh.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top