2
"Aku pulang...."ujar Sophia dengan nada girang memasuki bagian dalam rumahnya dan segera di sambut dengan aroma sedap masakan yang mengundang. Perutnya langsung bergejolak minta diisi. Sophia melangkah menuju dapur seraya menaruh tas di meja.
"Ibu!"panggil Sophia saat memasuki dapur dan melihat ibunya baru saja selesai masak dan menaruh makanan di meja makan.
Mata Sophia terbelalak lebar melihat makanan kesukaannya. Ia juga melihat segelas juice strawberry ada di atas meja. Lehernya terasa kering. Tanpa pikir panjang ia mengambil gelas itu dan langsung meneguk hingga habis.
"Oh Sophia!"seru sang ibu kaget melihat sikap anaknya.
"Hmmm....juice ini segar sekali bu."ujar Sophia mengelap mulut dengan tangannya.
"Hei...kenapa kau meminum juiceku?!"
Sophia menoleh kaget pada kakaknya yang masuk dengan kaget dan mata melotot. Melihat gelas kosong yang ada di tangan Sophia. "Ah...eh...ini juice milik kakak?! Aku...."
"Oh astaga, Sophia, apakah kau tak bisa bertanya dulu? Kenapa kau main ambil dan minum sampai habis pula?!"sergah Deborah dengan nada kesal.
"Ah maafkan aku, kak. Kukira juice ini memang dibuatkan oleh ibu."ujar Sophia meringis.
Deborah mengerang kesal. "Arrggh...kau selalu saja begitu, Sophia!"
"Sudah sudah....ibu bisa buatkan lagi kalau kau mau, Deborah. Persediaan strawberry masih banyak di kulkas."tukas Daisy menengahi perdebatan di antara ke dua putrinya.
"Sudahlah bu. Biar aku yang buat nanti."ujar Deborah duduk dengan cemberut.
"Maafkan aku, kak, aku sungguh tak tahu."ucap Sophia merasa tak enak.
Deborah hanya manyun. Ia sering di buat kesal oleh adiknya. Sophia memang hobi makan. Saking hobinya, ia selalu menghabiskan banyak cemilan yang di beli Deborah. Deborah bukannya tak suka Sophia memakannya. Tapi adiknya itu begitu doyan makan hingga langsung menghabiskan cemilan yang baru ia beli. Deborah sering heran bagaimana bisa adiknya yang sudah makan banyak bisa tetap kurus. Bagaimana bisa tubuh sekurus itu bisa menampung banyak makanan?!
"Ah kalian sudah lengkap! Maaf ayah agak lama."
Sophia mendongak dan tersenyum. "Hai ayah!"sapanya pada pria yang masuk dan duduk di ujung meja tempat biasanya.
"Sophia."sahut Donald melihat putrinya. Sekilas dahinya berkerut melihat Sophia yang tampak lebih pucat dan agak kurus.
"Ayo kita makan! Kalian pasti sudah lapar."ujar Daisy.
"Sophia, kenapa kau tampak tak nafsu makan? Kau baik saja?"tanya Daisy cemas melihat Sophia hanya memainkan sendoknya.
"Oh..."gumam Sophia menyadari semua sedang menatapnya. "Tak apa bu...kurasa karena aku baru saja meminum juice milik kakak...."
Deborah mendengus. Mereka pun kembali melanjutkan makan.
Sophia sendiri merasa heran. Entah kenapa belakangan ini ia merasa sering tak nafsu makan. Sangat jarang terjadi. Apalagi ibu sudah memasak makanan kesukaannya, yang biasanya akan ia makan dengan lahap. Tapi kali ini, entah kenapa selera makannya lenyap.
Sophia membelalakkan mata dengan kaget ketika melihat cairan merah segar jatuh menetes di atas piringnya. Tidak hanya setetes tapi beberapa kali hingga ia memekik kaget.
Daisy menoleh dan ikut kaget. "Oh Sophia, kau mimisan!"
Sophia menutup hidung dengan serbet dan hendak beranjak bangun ketika mendadak kepalanya mengalami pusing hebat dan pandangannya menggelap.
"Sophia! Kau kenapa?!"seru sang ibu melihat tubuh Sophia yang terhuyung dan pucat.
Sang ayah segera berdiri dengan cepat. Menangkap tubub putrinya. Sophia masih bisa merasakan saat ayah membawanya dan membaringkan di sofa. Ia juga bisa mendengar suara panik dan ketakutan sang ibu, kakaknya serta ayahnya sebelum ia kehilangan kesadarannya.
———
"Ia sudah siuman! Sophia, kau baik saja?!"
"Daisy, tenanglah, biarkan ia bernapas dulu."ujar Donald
Sophia membuka matanya dengan berat. Merasa kepalanya begitu sakit dan pusing.
"Sophia, kau baik saja?! Bagaimana perasaanmu? Apa kau merasa pusing?!"
"Daisy, tenanglah."gumam Donald
"Bagaimana aku bisa tenang?! Sophia pingsan dan hidungnya berdarah!"
"Apa ini karena aku memarahi kau yang menghabiskan juiceku? Maafkan aku. Aku tak serius kok. Kau boleh menghabiskan makanan apapun yang kusiapkan atau kubeli."ujar Deborah merasa ikut cemas.
"Oh jangan konyol, Deborah! Tentu saja Sophia pingsan bukan karena itu!"seru sang ibu.
Sophia tersenyum lemah. "Apa yang terjadi?"
"Kau pingsan, nak. Dan hidungmu mimisan."ujar Donald. Sophia refleks menyentuh hidungnya. "Jangan takut. Hidungmu sudah tak mimisan lagi."
Sophia hanya terdiam.
"Kau pasti kelelahan. Kegiatanmu begitu sibuk hingga lupa istirahat."ujar Daisy.
"Ya kurasa begitu bu...."gumam Sophia.
"Biarkan ia rehat."ujar Donald.
"Ibu akan buatkan teh manis untukmu. Setelah itu kau harus tidur, Sophia. Dan jangan kuliah besok jika kau masih merasa tak sehat."
"Aku baik saja kok bu. Besok aku pasti sudah sehat."sahut Sophia.
Daisy bergegas keluar untuk membuatkan minuman bagi Sophia. Deborah pun undur diri agar adiknya bisa rehat. Hanya sang ayah yang masih berdiri dekat pintu, seakan memastikan semua orang keluar. Lalu ia melihat Sophia yang masih terbaring pucat. Donald menutup pintu dan mendekatinya. Duduk di sisi ranjang putrinya.
"Apa kau sering mengalami ini?"tanya Donald lembut.
Sophia menatap sang ayah. Ia menelan ludah. Ia tahu tak akan bisa menyembunyikan apapun dari mata tajam ayahnya. "Beberapa kali..."
"Pusing dan mimisan?"
"Ya, ayah."sahut Sophia. Ia melihat dahi ayahnya berkerut. "Ada apa, ayah? Apakah aku harus diperiksa?"
"Sudah berapa lama kau merasakannya?"
"Sejak tiga bulan belakangan ini. Dan kadang kepalaku bisa terasa sakit sekali...."
Donald memegang tangan Sophia. "Sophia, kau sudah sering mengalami ini tapi kau diam saja. Ayah ingin kau memeriksa keadaanmu."
"Apa ada sesuatu yang salah pada diriku?"tanya Sophia dengan nada cemas.
"Ayah tak tahu. Tapi kau harus diperiksa. Ayah harap kau hanya terlalu lelah."
Sophia hanya diam seraya menelan ludah dengan gugup. Ia tahu ada sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Rasa sakit yang sering dialaminya. Beberapa kali mimisan yang terjadi. Nafsu makan yang seringkali menghilang. Selama ini ia hanya mengira dirinya terlalu lelah. Tapi melihat wajah cemas sang ayah, ia merasa gugup dan tegang.
Donald tersenyum dan meremas tangan putrinya. "Jangan terlalu dipikirkan. Sekarang tidurlah, Sophia."
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top