5. Lady in Black (Trade: Kuro-d & Ziossa)
Lady in Black
Author: zhaErza
Character Aeron: Ziossa
Character Katrina: Kuro-d
.
.
.
Kasus pencurian perhiasan kembali terjadi! Kali ini, Lady in Black mengguncang gedung pameran Hollystone dan berhasil menjarah sebuah kalung yang dahulu dimiliki oleh seorang bangsawan dari Klan Aria, dan merupakan rancangan Jessy Turner—perhiasan bertahtakan berlian safir dengan motif bandul cangkang telur mini yang berisi patung anak kembar dan berharga sangat fantastis.
Kepolisian telah mengambil tindakan, tetapi berkali-kali Lady in Black berhasil mengecoh dan akhirnya melenggang bebas di kota. Apakah ini adalah pertarungan Kepolisian VS Pencuri? Kita simak laporan langsung dari Reporter Andin dan Juru Kamera Luis—
Pip.
Bunyi siaran televisi yang dipadamkan membuat ruangan yang dihuni oleh beberapa anggota penting devisi pencurian menjadi lebih sunyi. Hela napas terdengar, bukan berarti tengah merasa lega, tetapi adalah gestur dari rasa frustrasi karena salah satu kasus tidak juga selesai mereka usut.
"Kasus ini tidak akan ditangani lagi oleh Tim Angelo," ujar sang ketua devisi, lantas membuat Tim Angelo mencoba mengkomfirmasi tentang apa yang dijelaskan tadi. Namun, lelaki yang disebut namanya, menahan para anggota dan menerima segala keputusan sang atasan dengan lapang dada. "Detektif Aeron!"
"Siap, Pak!" seru sang pria yang sekarang berdiri tegak.
"Detektif Aeron, walau kau terhitung baru di Devisi Pencurian, tetapi karena telah menyelesaikan tiga kasus kelas berat, kau berhak diberi lisensi khusus untuk menangani kasus 'Lady in Black', dan kau akan bekerjasama dengan Agen Lucas, mengerti?"
"Siap! Dimengerti, Pak!"
"Baiklah! Sampai di sini saja pembicaraan kita dan selamat bekerja."
Sang ketua memutuskan keluar dari ruangan dan membuat wajah para anggota menjadi lebih rileks. Beberapa saat kemudian, terlihat seseorang yang tidak terlalu asing datang mendekati Aeron. Lelaki itu berambut pirang perak dan sebelah matanya memiliki bekas luka memanjang, hingga membuat kelopak mata tidak bisa berkedip dengan normal.
"Selamat siang, Pak. Saya adalah Agen Lucas yang akan menangani kasus ini bersama Anda." Lelaki itu tersenyum ramah, dan kemudian mereka menjabat tangan.
"Selamat siang, Agen Lucas. Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik. Maka dari itu, mari kita mulai dengan mempelajari kasus ini bersama."
Menganggukkan kepala, sekarang Lucas membawakan data yang dibutuhkan Aeron untuk memeriksa kasus Lady in Black. Bagaimana itu bisa terjadi? Hal apa yang menyebabkan wanita itu tidak juga bisa ditangkap sampai sekarang? Apalagi, dari laporan agen yang lama, setiap kali beraksi, Lady in Black akan melakukan semacam trik sulap untuk meloloskan diri.
"Wanita itu, apakah dia selalu sendirian menjalankan aksinya ketika mencuri ataupun melarikan diri?"
"Ya, selalu sendirian. Bahkan, walau sempat nyaris ditangkap, nyatanya Lady in Black hanya mengecoh para agen dan mengerjai mereka."
Aeron tidak berkomentar lagi, terlihat hanya memutar-mutarkan pena dan sesekali mencatat sesuatu di lembaran kertas, dan akhirnya menyibukkan diri dengan dokumen yang berisikan informasi tentang Lady in Black. Mencoba mencari petunjuk dari setiap pencurian sang wanita.
"Kalau begitu, sekitar dua jam lagi, kita akan mendatangi lokasi pencurian Lady in Black yang terakhir."
"Siap, Pak!"
Seperti yang telah dijanjikan, beberapa jam setelahnya mereka pun berkunjung ke tempat kejadian perkara, sebuah tempat elit pameran perhiasan. Terlihat anggota kepolisian sudah berkumpul dan mencari bukti-bukti di lokasi ketika Aeron dan rekannya memasuki gedung. Mereka mendapati pengamanan yang begitu canggih terpasang di setiap sisi dan di tempat tertentu, begitu pula penjaga yang berhilir-mudik.
Namun, yang membuatnya heran, bagaimana wanita itu bisa mengambil kalung tersebut tanpa meninggalkan cacat pada box kaca? Akan lebih wajar jika Lady in Black meninggalkan lubang di box, walau tidak mudah untuk dirusak?
"Agen Lucas, di dokumen dijelaskan bahwa sebelum perhiasan dicuri olehnya, wanita itu akan meninggalkan sebuah peringatan, bukan? Sebuah mawar hitam, yang sayangnya tidak terlalu diindahkan oleh manager atau penjaga."
Anggukkan kepala terlihat, memeriksa kotak kaca perhiasan. Menundukkan kepala ketika di dalam sana masih tersaji sebuah mawar hitam yang mulai layu, bukannya sebuah kalung berlian mahal dan antik.
.
.
.
Dua minggu paska penyelidikan, Aeron mendapatkan kabar tidak disangka, sebuah rumah mewah nyaris kehilangan berlian langka, rubi yang menjadi hiasan dari sebuah mahkota seorang putri yang berhasil didapat dari lelang di sebuah negara. Puluhan mobil polisi datang dengan Aeron dan Agen Lucas yang memimpin di depan, mereka memutuskan untuk menyebar di sekeliling wilayah.
Saat menyisir lokasi, Aeron melihat seorang wanita berpakaian hitam ketat, berambut pirang dan mengenakan sebuah topeng, berdiri di taman nan sepi dan remang. Wanita itu memandangi sebuah mahkota yang berhasil dicurinya, sebelum Aeron mendekat, Lady in Black menyadari kedatangannya dan pergi. Tentu Aeron dan Agen Lucas mengejarnya, tidak akan mereka biarkan dan ini adalah kesempat emas yang tidak akan datang dua kali.
"Detektif! Wanita itu meninggalkan mahkota putri di bangku taman!" Lucas terhenti dan berteriak.
"Kau amankan mahkota itu, Lady in Black akan kuurus. Kalian akan kukomando untuk mengejarnya nanti!"
Tidak akan! Tidak akan ia biarkan!
Mereka berlari, menuju jalan utama yang tidak terlalu ramai, sementara wanita itu hanya lebih dari lima belas meter di depannya.
Mata Aeron terbelalak, ketika berbelok dan melihat keramaian yang ada di depan mereka. Kenapa bisa di saat seperti ini? Parade itu menghalangi dirinya untuk menangkap Lady in Black. Ia berdesakan, menabrak bahu orang-orang dan dihadiahi umpatan. Aeron terengah, ia kesal bukan main dan memilih menolehkan wajah ke segala arah, agar bisa menemukan wanita kurang ajar yang telah membawanya ke dalam situasi seperti ini.
"Di mana dia?"
Di sana, mengasingkan diri menuju gang sempit di utara. Maka, Aeron pun langsung melesatkan kakinya, berlari sekencang mungkin.
"Semuanya mengarah ke distrik sepuluh di utara! Ada gang sempit di antara gedung Alexa fad Marine, di sanalah dirinya, kalian memutar dan berjaga di ujung gang sempit itu!"
Napasnya terengah-engah.
Gang sudah berada di depan mata, dan ia mendapati sang wanita semakin dalam berlari hingga sulit untuk dilihat karena penerangan yang buruk. Orang-orangnya telah sampai, dan sekarang ia yakin wanita itu akan segera terjebak dipermainannya sendiri. Tanpa sadar, Aeron kini tengah menyeringai.
"Kalian sekarang melangkah dan jebak dia, aku semakin dekat dengannya!"
Anggota Aeron pun melakukan apa yang dikatakannya, dan mereka mulai bergerak. Berjalan dengan waspada, melangkah dan mencoba tidak meninggalkan suara tapak kaki. Samar-samar, remang itu menunjukkan bayangan seseorang dan secara serentak Aeron dan anggotanya berlari menyergab.
"Detektif!"
"Kalian!"
Mereka nyaris bertubrukan, Aeron terperangah karena melihat anggotanya mendekat tanpa membawa wanita itu di tangan mereka. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Bagaiamana bisa?"
Kesal menghantam diri, Aeron mencoba memenjamkan mata dan berpikir jernih, wanita itu pasti telah melakukan sesuatu.
"Menyisirlah di sepenjang jalan sempit ini, temukan apa pun yang bisa dijadikan petunjuk."
Aeron menatap ke atas, setelah sejak tadi purnama tertutup awan, sekarang tampaklah satelit alami bumi, menerangi jalan sempit.
"Pak, kami menemukan sesuatu di dekat penutup gorong-gorong."
Aeron mendekat, itu adalah sebuah robekan dari pakaian berbahan kulit dan juga sekitar tiga helai rambut pirang. Wanita itu memasuki gorong-gorong untuk bisa kabur?
"Aku akan menyusuri gorong-gorong, tiga orang anggota ikutlah denganku. Dan yang lainnya bawa rambut ini ke laboratorium. Kita akan segera tau siapa dalang di balik Lady in Black."
Aeron adalah detektif yang totalitas dalam pekerjaannya, ia harus menyelesaikan kasus apa pun yang telah dimandatkan untuk ia selidiki. Maka dari itu, ia tidak pernah setengah-setengah dengan pekerjaan ini. Namun, berada di dalam gorong-gorong, membuatnya pusing dengan bermacam bau yang bercampur aduk, mungkin karena pengaruh stress dan juga lelah, membuat tubuh Aeron menjadi cepat memberontak dengan keadaan ini. Sudah nyaris tiga jam, tetapi mereka tidak menemukan jejak apa pun.
Sementara itu, di luar gorong-gorong, di atas gedung yang tingginya mencapai lima belas meter, seorang wanita berdiri dan melihat aktivitas kepolisian yang berjaga di jalan sempit dan cenderung remang. Ia lantas tertawa kecil, kemudian meletakkan sebuah kantung pelastik beriskikan petasan yang berpemicu cukup panjang, mungkin akan lebih dari sepuluh menit untuk meledak. Ia menghidupkan api dan membakar pemicunya, kemudian berlari pergi dengan melompati satu demi satu atap yang jaraknya tidak terlalu jauh. Hingga menemukan mobilnya yang terparkir di bawah sana. Ia membuka topengnya, membuka jaket ketat yang membalut kulit dan membaliknya hingga warna berganti menjadi merah. Wanita itu mengembangkan senyum dan turun menggunakan seutas tali kawat lentur yang berasal dari sebuah alat di genggaman tangan. Mendarat dengan mulus, ia lantas keluar dari celah gelap yang merupaan pemisah dari dua gedung, dan lantas masuk ke mobil.
Bunyi petasan mengagetkan polisi yang berjaga di lokasi tempat terakhir kali Lady in Black terlihat. Mereka semua mencari-cari dari mana arah suara tersebut berasal dan ketika mendongakkan kepala, semua orang terlihat membelalakkan mata ketika menatap kelopak mawar hitam yang turun seolah menghujani mereka.
"Pak! Wanita itu berada di atap gedung!" salah satu dari mereka melapor.
Lantas saja Aeron bergerak cepat, kembali ke tempat awal dan mengumpat sejadinya karena hal yang ia lakukan kini sia-siaan belaka. Namun, bagaimana wanita itu bisa berada di atap setinggi itu? Apa yang terjadi? Trik apa yang wanita itu pakai? Dan siapa dia hingga bisa melakukan semua ini?
Berlari sekencang mungkin, Aeron tiba di mulut gorong dengan napas terengah, ia menyandarkan diri sebentar di tembok dan menuju ke atas atap menyusul para anggotanya.
Lagi-lagi, ia tidak mendapatkan sang wanita. Malahan, di sana anggotanya hanya terdiam, kemudian setelah Aeron mendekat, ia diberikan secarik kertas. Mengambilnya, Aeron membuka dan lantas membaca.
Kau bukanlah pejantan tangguh, Detektif~ :*
Kontan saja Aeron meremas kertas dan melemparnya sekuat tenanga ke tengah jalanan. Apa-apaan kalimat itu? Dan kenapa ada ekpresi ciuman di sana. Sialan!
Kertas itu terjatuh, dan entah mengapa Aeron merasa puas setelah melakukannya.
Kurang ajar! Wanita itu mengerjaiku! Batin Aeron begitu murka. Namun, kami telah berhasil mendapatkan helai rambutnya, itu akan sangat berguna untuk menguak jati dirinya.
.
.
.
Tidak sampai seminggu, pencurian ketiga lagi-lagi terjadi setelah yang kedua entah kenapa Lady in Black seperti mengurungkan niat membawa pulang mahkota putri tersebut. Kali ini, terjadi di sebuah truk pengantar yang dijaga oleh kepolisian. Berisikan cincin berlian langka yang adalah rancangan Charlie, seorang perancang perhiasan terkenal yang telah meninggal lima belas tahun silam.
"Agen Lucas! Tolong ambilkan berkas pencurian yang baru saja selesai diselidiki, juga berbagai data atau informasi tentang Charlie."
Laki-laki itu lantas menganggukkan kepala dan beberapa saat setelahnya laporan itu berada di atas meja kerja Aeron. File penting pun mengisi kotak emailnya dan ia memulai mempelajari kembali kasus ini, juga alasan di balik pencurian yang dilakukan Lady in Black.
Aeron jelas ingat, beberapa bulan lalu, di kasus pertama yang ia tangani ketika menyilidiki Lady in Black, ia juga menemukan fakta bahwa kalung berlian rancangan Jessy Turner dan merupakan peninggalan klan Aria pun berhubungan dengan Charlie. Laki-laki tua itu adalah guru dari Turner.
"Pak! Ketua lab ingin bertemu dengan Anda, ini mengenai helai rambut yang mereka teliti."
Menganggukkan kepala, Aeron lantas menuju lab dan melihat kepala lab dan juga atasannya yang ditugaskan untuk mengawasi kasus ini, begitu pula dengan Ketua Devisi. Sebab, mereka telah yakin bahwa rambut itu akan menjadi jembatan untuk mengulas tabir di balik misteri Lady in Black.
"Jadi, langsung saja, Tuan-Tuan." Kepala Lab terlihat menghela napas, wajah lelahnya tidak bisa ditutupi, tetapi Aeron menyadari ada yang tidak beres dengan laki-laki berkacamata itu. "Tiga helai rambut itu adalah milik Monalisa Krista."
Semua orang tercengang, suasanya mendadak menjadi sepi. Aeron bahkan membelalakkan matanya.
"Tidak mungkin! Monalisa Krista sudah mati sepuluh tahun lalu! Bagaimana bisa tiga helai rambut itu terjepit di mulut gorong-gorong, jika itu adalah milik aktris wanita yang telah mati satu dekade!" Agen Lucas terengah setelah mengutarakan kebingungannya.
Tidak seperti rekannya, Aeron kini hanya terdiam dengan alis yang berkerut. Ia mengusap wajah dan berbisik makian ketika menyadari dirinya kembali dikerjai oleh wanita berkostum hitam ketat itu.
"Kalau begitu, saya permisi, Pak. Ada yang ingin saya selidiki, terima kasih."
Aeron lantas membawa laptopnya dan memutuskan untuk keluar ruangan, ia memasuki kafe yang tidak jauh dari tempatnya bekerja dan memesan kopi hitam pekat untuk menetralisir stress yang membebaninya beberapa pekan ini.
Tanpa sadar, ia sudah memiliki bakal janggut di sebagian pipi dan dagu. Kantung mata juga terlihat menghiasi wajah, serta sorot kesal yang terus-terusan tercermin di sana. Ketika telah duduk di bangku yang tepat berada di sebelah jendela, tiba-tiba saja seorang wanita datang mendekati Aeron. Lantas ia mengerutkan alis, dan menatap tidak mengerti sebab wanita itu bukanlah seorang peramu saji di kafe ini.
"Permisi... em, sebenarnya itu adalah meja yang selalu kupesan, Tuan."
Wanita itu tersenyum tipis, wajahnya dewasa dan cantik, matanya indah dan Aeron seperti bisa melihat aura yang menarik dari sosok di hadapannya.
"Ah, maafkan aku kalau kau yang telah memesannya terlebih dahulu." Aeron berdiri, menutup laptop dan bersiap pergi sambil berucap, "Kalau begitu, aku akan pindah, Nona."
Tertawa kecil, wanita bernama Katrina itu menggerakkan tangan dan mengisyaratkan bahwa tidak perlu sedemikian.
"Tidak masalah, lagi pula aku sendirian, Tuan. Kau bisa bergabung bersamaku, ah, kau bisa memanggilku Katrina." Wanita itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Aeron pun tidak bisa menolak, lagi pula ia memang tidak ingin terlalu banyak berpikir dan menambah beban karena harus fokus terhadap pekerjaan. Ia hanya ingin menghilangkan penat, dan ia pun menyambut uluran tangan itu.
"Salam kenal, Nona Katrina. Aku adalah Aeron, senang bertemu denganmu."
"Hanya Katrina."
"Kalau begitu, kau pun harus memanggilku Aeron."
Katrina tertawa kecil, sedang Aeron hanya tersenyum sambil mendengkus lucu. Mereka akhirnya duduk dan memutuskan untuk memesan. Katrina juga merekomendasikan beberapa camilan yang menurutnya memanjakan lidah, begitu pula dengan beberapa minuman di tempat ini. Mereka terlibat pembicaraan, dari yang ringan hingga ke hal pribadi.
"Sepertinya pekerjaanmu benar-benar menguras tenaga, Aeron." Katrina menyesap teh herbalnya, ia tentu ingin selalu terlihat langsing dan sehat.
Laki-laki itu hanya menghela napas dan mengusap wajah karena tebakan Katrina benar-benar tepat sasaran.
"Yah, bersantailah sedikit." Wanita itu memberikan kue kering yang belum sekalipun disentuh oleh Aeron.
"Kau sendiri, tidakkah kadang mendapatkan beban di pekerjaanmu?"
Gelengan kepala terlihat.
"Tentu, aku begitu menyukai pekerjaanku, itu semua adalah salah satu cita-citaku. Ya, menjadi guru tari untuk anak-anak. Namun, bukan hanya itu, dengan bersama mereka, aku juga memiliki kesempatan untuk menguatkan karakter dan keinginan mereka. Cukup banyak kasus, di mana anak-anak yang dipaksa orang tua mereka untuk menari atau melakukan ini itu, dan tentu aku akan melatih mereka sebisaku seraya mengatakan raihlah cita yang kau inginkan kelak, selalu berusaha dan berdoa. Ketika anak didikku telah memutuskan apa yang mereka ingin, maka aku mengajarkan untuk berterus terang kepada orang tua mereka dan buat secara perlahan agar orang tua mereka mau mengerti."
Aeron mendengarkan, ia takjub dengan kepribadian Katrina.
"Tapi, tidakkah itu terlalu sulit untuk anak-anak? Makdusku, meyakinkan orang tua mereka?"
"Ya, tentu sulit. Itu sebabnya aku mengajari agar mereka perlahan menjelaskan kepada orang tua, pelajaran yang harus dipetik adalah mereka harus berani jujur, karena kebanyakan anak takut untuk menjelaskannya. Dan jika orang tua tidak juga mau mengerti, maka aku akan membantu anak didikku."
Lelaki itu tersenyum.
"Pantas saja kau terlihat begitu mencintai pekerjaanmu."
"Kau membenci pekerjaanmu?"
"Tidak, tetapi aku hanya sedang berpacu dengan waktu."
Pertemuan demi pertemuan berlanjut, dan entah kenapa Aeron merasa teramat penasaran dengan kehidupan wanita di hadapannya.
.
.
.
Aeron merasa stresnya mulai berkurang, walau masih belum menemukan titik terang, tetapi ia mulai mencurigai bahwa pencurian ini memang ada hubungannya dengan Charlie.
Pencurian kesekian yang kali ini berhasil digagalkan Aeron, lelaki itu tengah mengejar Lady in Black yang terjebak di atap gedung cukup tinggi. Kepolisian sedang dihubungi oleh Agen Lucas agar segera mengirim helikopter untuk mempersempit jarak perlarian sang wanita.
Aeron sekarang berjarak sepuluh meter dengan Lady in Black, ia begitu puas berhasil menyudutkan wanita itu.
Angin bertiup teramat kencang, melihat Lady in Black melangkah mundur, ia lantas berlari dan ingin menyergab tubuh wanita itu agar tidak melompat untuk menghilangkan jejak dengan cara kematian. Namun, Lady in Black menghindar, menghadiahi Aeron sebuah tinjuan yang cukup bertenaga, hingga akhirnya mereka terlibat perkelahian. Aeron mendecak, ia tidak menyangka begitu sulit untuk melumpuhkan wanita ini, sebab Lady in Black teramat lincah, seperti seorang pemain sirkus yang bisa melompat bebas ke mana saja.
Aeron mengunci pinggang dan tangan wanita itu dari belakang, tetapi Lady in Black memanfaatkan tembok yang ada di depannya dan memanfaatkan dorongan tembok dan tubuh Aeron dengan cara melompat sehingga keadaan menjadi berbalik, sekarang Aeron lah yang terkunci dengan tubuh terhimpit di tembok.
"Kau itu bukanlah kuda liar, Detektif. Tapi, sepertinya menarik menunggangimu." Lady in Black berbicara di tengkuk Aeron, membuatnya merinding karena dihadiahi tiupan di telinga dan juga mata belati di leher. "Jadi, turutilah majikanmu ini." Senyuman mengembang di bibir sang wanita.
Merasa kesal, Aeron mengumpulkan tenaga dan melepaskan kuncian, telapak tangannya menyentak, nyaris mengenai wajah Lady in Black, membuat topeng wanita itu putus dan jatuh tertiup angin.
Aeron terbelalak, eksprsinya kaku, otaknya meneriaki bahwa tidak mungkin wanita itu adalah Lady in Black.
Belum sempat mengatakan sepatah kata pun, ia melihat sang wanita berjalan mendekati dinding pembatas dan melompat. Tesentak, Aeron lantas mengejar dan melihat dari pembatas dinding ke bawah sana. Mengerutkan alis karena menyaksikan sang wanita yang berada di gedung lain di seberang dan tengah mentap dirinya. Bagimana ini terjadi? Kemudian ia melihat kawat baja yang terhubung antara gedung tempatnya berpijak dan juga Lady in Black.
"Cara macam apa yang digunakannya untuk lari? Namun, sampai kapan pun itu, akan kukejar," ujarnya. "Katrina." Diakhiri dengan bisikan yang hilang karena suara desau angin.
.
.
.
Seperti perkiraan Aeron, wanita itu tidak muncul lagi di kafe?
Di apartemennya, Aeron terlihat gelisah. Kenapa ia merasa seperti dikhianati, ia marah dan juga di satu sisi tidak bisa mempercayai situasi ini.
Melangkah dan menuju balkon, ia menghela napas dan melihat kota di malam yang larut.
"Memikirkanku, Pak Detektif?"
Aeron lantas terbelalak dan membalikkan badan, tetapi tidak ada siapa pun di balkon selain dirinya. Mengusap wajah, ia merasa mulai gila karena kasus ini dan fakta bahwa Lady in Black adalah Katrina.
Ya, benar. Seperti dugannya, bahwa Kartina memiliki hubungan dengan perhiasan yang ia curi. Ayah Katrina adalah seorang guru perancang perhiasan ternama yang ditemukan mati bunuh diri. Saat itu, usia Katrina sebelas tahun.
Dan semua perhiasan rata-rata adalah rancangan ayah Katrina atau jika tidak, si perancang adalah murid dari ayah Katrina.
"Sebenarnya, apa yang ingin kau jelaskan tentang ini, Katrina?"
.
.
.
Untuk beberapa pekan, Katrina tetap bersaksi, tetapi jati diri Katrina sebagai Lady in Black tidak dibocorkan Aeron meski dia adalah orang pertama yang tahu dan akan membawa kasus panjang ini dalam kemenangan pihaknya. Tidak, sebab ada hal yang ingin dia selidiki, terutama tentang alasan Katrina melakukan pencurian ini.
Di suatu waktu, Aeron menggagalkan pencurian Katrinya untuk kesekian kali, dan nyaris menangkanpnya, tetapi kemudian ia membiarkan wanita itu pergi. Memberikan segala macam alasan kepada ketua devisi.
Namun, saat ini mereka sedang melakukan kejar-kejaran dengan menggunakan sepeda motor. di sebuah distrik pinggiran. Di malam nan sepi dengan hujan yang mengguyur deras hingga menjadikan jarak pandang teramat terbatas.
Mereka harus berhenti, bisa-bisa ban motor selip dan akan mengantarkan nyawa. Namun, Aeron tetap menanyakan sesuatu.
Wanita itu berhenti, tiba-tiba menghilang tepatnya. Dan Aeron pun melambatkan laju, sebelum menemukan sebuah motor terpakir di pinggir area pertokoan yang tidak berpenghuni karena kebarakan hebat pernah terjadi di sini.
Melakukan hal yang sama, Aeron pun memarkirkan motor karena cuaca sangat tidak mendukung untuk berkendara. Ia mencari wanita itu dan menemukannya, di gang sempit dan berteduh. Tidak terlihat takut atas kedatangan sang lelaki.
"Kau terlihat begitu tertarik dengaku, Detektif? Tidakkah itu menghancurkan harga dirimu sebagai orang-orang yang menegakkan hukum?"
Laki-laki itu hanya mendekat, kemudian berdiri di sampingnya, ikut bersandar di tembok.
"Katrina, kau adalah anak dari perancang perhiasan yang ditemukan mati bunuh diri lima belas tahun lalu, benar."
Katrina hanya terdiam, memandang Aeron yang terlihat ingin berbicara kembali.
"Perhiasan yang kau curi itu, adalah buatan ayahmu. Namun, tetap saja... kau mencuri dari pemiliknya yang sah sekarang ini."
Tertawa kecil, Katrina hanya bisa menghela napasnya. Namun, alisnya berkerut ketika ia merasakan Aeron memegang tangannya dan memborgol sebelah tangan, sementara yang satunya lagi dilakukan terhadap tangan lelaki itu sendiri. Hingga Katrina tidak akan bisa ke mana-mana karena terikat dengan Aeron.
"Apa sekarang aku terlihat menyedihkan, Detektif?" tanya wanita itu, menghela napas dan menghadapkan wajah ke samping.
"Berhentilah," ujar Aeron, lelaki itu memandang wajah Katrina yang tersenyum, menyentuh bahunya dan membelai dengan perlahan. "Aku tidak akan mengatakan apa pun, tetapi jangan lagi menjadi Lady in Black."
Remang di sana membuat Aeron terhanyut, gang sempit dan juga tubuh yang saling berhadapan dengan wajah yang sama-sama berada di depan mata. Menatap iris Katrina, Aeron tanpa bisa dicegah perlahan mendekatkan wajah, hingga mengenai bibir tipis wanita itu, sedetik saja dan kemudian terjengit karena melihat Katrina menjauh.
"Ya, tapi tidak sekarang, Detektif."
Katrinya menyeringai, kemudian Aeron menyadari sesuatu ketika merasakan sebuah asap disemporotkan tepat ke wajahnya. Pandangan berkunang, dan Aeron tidak sadarkan diri.
Sejam kemudian, ia terbangun dan melihat hujan telah reda. Menggerutu dan mendecak kuat karena dikelabui oleh Lady in Black. Katrina, tidak bisa ia taklukkan.
Nyaris pukul dua belas malam, Aeron datang ke kantor dan duduk di kursinya sambil melepas jaket dan mencampakkan di meja. Sesuatu jatuh, tetapi tidak dihiraukan, sehingga Lucas yang melihat punggung sang lelaki pun mengambil secarik kartu.
Belum sempat di baca, ketua datang ke ruangan hingga mereka harus berdiri tegak, Lucas tersentak dan melepaskan kartu yang dilipat dua tersebut dan jatuhlah ke hadapan ketua.
Mengambilnya, Ketua Devisi lantas membaca.
"Detektif Aeron! Apa maksudnya ini? Dan apa-apaan wajah anehmu itu?"
Aeron bingung, kemudian melangkah sembari mengatakan permisi untuk melihat wajahnya di cermin lemari. Terkejut bukan main, di atas bibir diberikan tahi lalat hitam besar dengan tinta, juga di kelopak digambari mata palsu. Ia begitu kesal sekarang, awas saja wanita kurang ajar yang menolak ciumannya itu.
"Maaf, Pak. Tetapi, saya tidak berhasil dan kesulitan mengejarnya."
Laki-laki itu berdiri berhadapan dengan Ketua.
"Tidak berhasil, jadi apa maksud ini, hah?"
Mengerutkan alis, ia menerima uluran tangan Ketua dan mengambil secarik lipatan kartu hitam itu dan membaca.
Maaf, Detektif Aeron. Tapi, aku lebih suka dicium anjingku daripada kau.
Lady in Black.
Aeron terperangah setelah membacanya, wanita itu benar-benar telah menyulut api. Namun, Aeron memiliki PR untuk menjelaskan kejadian ini kepada ketuanya.
.
.
.
Sementara itu, seorang wanita di kediamannya tengah tertawa kecil dan menggelengkan kepala. Detektif Aeron, dia sangat menarik, bukan?
Katrina tersenyum, memandang foto laki-laki yang tengah tertidur dengan coretan konyol di wajah.
.
.
.
TAMAT
Erza Note:
HUAAAA ini one shot pertama bertema detective yang Erza garap huhuh. Luar biasa pengalaman dan menguras otak sampai lambat sekali pengerjaannya, maafkan aku ya, Kurodi dan Ziossa.
Rada susah karena aku tipe yang terlalu dipikirin, padahal mencoba lebih condongi ke Aeron dan Katrina, tetapi memang sulit karena tema detective. Harus buat pembukaan yang cukup jelas huhuhu.
Terima kasih sudah menawari trade sama aku, semoga suka fic Aeron dan Katrina yang aku garap ini heehehe.
Maafkan sekali lagi jika kurang memuaskan karena terbatas kuota kata huhu.
Salam sayang,
zhaErza
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top