Shadow of Titan
"Huek"
Altair terlihat mual dan kemudian memuntahkan makanannya sedangkan Feint tengah asik memotret Padang rumput didepannya.
"Kenapa tak kau gugurkan saja Altair?"
"Kau ingin aku bunuh" seru Altair sambil bersiap mencakarnya.
"Tenang Altair aku hanya bercanda" balas Feint berusaha menenangkan Altair.
"Aku tak habis pikir cuma gara-gara satu portal saja membuat ku bisa mual seperti ini" ucap Altair.
Tiba-tiba tanah mereka pijak bergetar seperti gempa Altair merasakan sesuatu yang akan datang.
"Feint gempa ini bukan terjadi secara Alami" ucap Altair.
Feint mengacuhkan ucapan dari Altair dan masih asik memotret Padang rumput itu.
"Ini gara-gara mahkluk besar itu" ucap Feint sambil menunjuk kebelakangnya.
Altair terkejut mahkluk besar dibelakangnya yang tengah berjalan kearah mereka, ia menarik baju Feint dengan ekspresi khawatir.
"Mahkluk itu akan kemari Feint"
"Tenang saja"ucap Feint santai.
Tiba-tiba mahluk itu terlihat kesakitan kemudian mahkluk itu jatuh tepat dibelakang Feint namun ia terlihat santai sekali dan tak bergeming sama sekali.
Altair hampir pingsan melihat hal itu karena ia kira mahkluk itu akan menimpa mereka.
"Sudah kubilang untuk santai saja"
Feint kemudian mengelus kepala Altair dan tersenyum kearahnya.
"Neh Feint mahkluk apa ini?" Tanya Altair.
"Dia adalah Titan, salah satu mahkluk terbesar yang hidup di dunia ini" jawab Feint.
Feint merasakan sesuatu dari tubuh Titan itu dan benar saja ia melihat seseorang keluar dari balik kepala Titan itu.
Orang itu keluar dari kepala Titan itu dengan santainya seperti seorang yang habis memburu buruannya.
Orang itu melihat Altair dan Feint, ia pun mendekati mereka dan bertanya pada mereka.
"Sedang apa kalian disini?" Tanya seorang pemuda berambut hitam pekat berantakan dengan iris mata berwarna biru ia tak mengenakan baju pelindung dan hanya berbekal sebuah pedang.
"Kami hanyalah Petualang yang kebetulan lewat" Jawab Feint.
"Apakah kau yang membunuh Titan ini?" Tanya Altair penasaran.
"Iya, Maaf jika aku membuat kalian takut dengan Titan ini" jawab pemuda itu.
"Iya kami hanya kaget tadi Titan ini tiba-tiba jatuh"
"Bukanya kau tak-" ucap Feint terpotong akibat pukulan dari Altair sambil tersenyum.
Pemuda tertawa melihat hal itu kemudian ia berjalan kearah mereka.
"Bagaimana kalau kalian berkunjung kerumah ku, anggap saja ini sebagai ucapan permintaan maaf karena hampir membuat kalian terkejut"ucap Pemuda itu.
"Bagaimana ini Feint?" bisik Altair.
Feint melihat kearah Altair kemudian ia berpikir sejenak yah karena pemuda didepan nya saat ini tak terlihat mencurigakan jadi apa salahnya menerima undangannya.
"Boleh, tapi sebelum itu kami ingin tahu namamu?" Tanya Feint.
"Maaf ketidak sopanan ku, perkenalkan namaku Lenka" jawab Lenka dengan tersenyum lebar.
"Kalau begitu perkenalan namaku Feint dan gadis rubah ini Altair" ucap Feint sambil memperkenalkan dirinya dan Altair.
"Ayo ikuti aku rumahku ada dipinggir Padang rumput ini" ucap Lenka sambil tersenyum kearah mereka.
Mereka pun mengikuti Lenka menuju rumahnya yang terletak dipinggir Padang rumput itu,setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai dirumahnya Lenka.
Rumahnya terlihat sederhana tak terlihat mencolok sedikit pun, Lenka mempersilahkan menunggu diruang tamu sementara dirinya pergi ke dapur selang beberapa menit akhirnya dia kembali dengan nampan yang berisi kue dan teh hangat.
"Silakan dinikmati" ucap Lenka lembut.
"Terima kasih" balas Feint.
"Lenka boleh aku bertanya kenapa kau membunuh Titan itu?" tanya Altair penasaran.
Sedangkan Feint yang tengah makan kue tersebut langsung meliriknya dan memberikan sebuah kode untuk tak bertanya masalah itu.
"Kalau ditanya kenapa maka jawabnya satu aku ingin menghidupkan kekasihku"jawab Lenka dengan nada sedih.
Feint tersedak mendengar ucapan dari Lenka sejujurnya ia ucapan dari benar-benar membuatnya terkejut.
"Maaf jika kami lancang tapi hanya dengan membunuh Titan kenapa bisa menghidupkan seseorang?" Tanya Feint.
"Diujung Padang rumput ini terdapat sebuah kuil yang disebut Kuil Harapan di sana aku bertemu dengan roh ia berkata bahwa jika kau ingin menghidupkan kekasihku aku harus membunuh sepuluh Titan"
"Hanya itu saja" Seru Altair.
"Para Titan itu tak bisa dibunuh kecuali dengan pedang ini dan titik tertentu pada tubuhnya" ucap Lenka sambil menunjukan pedangnya yang berada di pinggangnya.
"Pedang Ini adalah pedang suci hanya dengan ini aku bisa membunuhnya" Lanjut Lenka.
"Kau berjuang keras untuk kekasih mu membuat terharu" ucap Altair dengan rasa kagum.
Seorang yang rela berbuat apa pun demi cinta yang tulus memang pantas dihargai.
"Bagaimana kalau kami membantu mu? kami ini sangat kuat" tanya Altair.
Feint merasa ada yang mengganggunya namun ia terketuk untuk membantu Lenka membunuh para Titan itu.
"Tak usah aku malah merepotkan kalian"
"Tak apa Feint saja setuju"
"Hei aku ta-" ucapan Feint kembali terpotong gara-gara pukulan Altair.
"Terimakasih banyak" ucap Lenka sambil menunduk kepala.
"Sialan rubah ini seenaknya saja" batin Feint.
Waktu berlalu cepat saat mereka bertiga mengobrol dan saat ini sudah memasuki waktu malam hari, Feint berdiri didepan rumah Lenka sambil memandangi langit malam yang penuh dengan bintang.
"Feint" ucap Altair yang datang dari belakang.
Feint menoleh kearahnya.
"Ada apa?" tanya Feint datar.
"Kenapa kau tak tidur?" tanya balik Altair.
"Aku sedang melihat bintang, terus kenapa kau tak tidur?" balas Feint.
"Aku masih belum mengantuk" jawab Altair sambil memalingkan wajahnya.
"Altair jika kau diberikan kesempatan untuk kembali ke masa lalu apa yang kau inginkan?" tanya Feint sambil memandangi langit malam.
"Aku ingin mengatakan pada diriku untuk tak menerima tugas aneh itu" jawab Altair.
"Hahaha"
"Kenapa kau tertawa?" tanya Altair bingung.
"Tak ada ayo kita tidur" jawab Feint seraya kembali masuk kedalam rumah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top