PEMBUKAAN

Di sebuah tempat yang gelap, kecil, berisik, dan yang hanya diterangi oleh lampu kecil menggantung di tengah ruangan. Orang-orang yang memiliki semangat untuk berteriak, laki-laki maupun perempuan, memfokuskan mereka ke tengah ruangan ini. Di tengah ruangan ada sangkar besi, yang di dalamnya ada tiga pria. Satu pria berpakaian belang-belang hitam putih, celana hitam, kacamata hitam yang berhasil menutup matanya, berambut hitam panjang seperti wanita, tapi memiliki kumis dan janggut yang menyatu dan tebal.

"Baiklah, di sebelah kanan kita... Juara bertahan kita, Steven!!" Pria berpakaian seperti tahanan atau wasit itu mengangkat tangannya ke samping kanannya. Tepatnya ke pria bertubuh kekar besar, tingginya mungkin 190cm, berkulit putih, botak, mata hitam, berjenggot dan kumis tebal, dan hanya mengenakan celana hitam pendek.

"Dan di sebelah kiri kita... Penantang baru yang berhasil menuju final... Greg!!" Yang dimaksud adalah pria kurus tapi berotot, berkulit coklat sawo, rambut putih kemerahan pendek, matanya abu cerah, mungkin tingginya 170cm karena dia sedikit lebih pendek dari lawannya, dan dia menggunakan celana abu-abu panjang tanpa baju.

"Baiklah, kalian berdua siap?" Mereka membalas dengan tatapan tajam antara lawan. "Mulai!!" Sorakan para penontonpun semakin keras. Dan pertandingan dimulai.

Sementara itu, di sebuah gang. Gang ini menyembunyikan sebuah pintu kayu yang besar, namun kelihatan sudah tak karuan dengan coretan pylox. Pintu itu dijaga oleh dua pria kekar yang berpakaian kaos putih dengan celana hitam panjang. Sedangkan, ada seorang gadis berambut ungu panjang diikat ekor kuda, matanya ungu cerah, berkulit putih, berpakaian seperti agen polisi tentu dengan rompi anti pelurunya, dan sebuah handgun di tangannya. Gadis itu bersembunyi di dinding menuju gang itu, memperhatikan dua penjaga berbadan kekar itu.

"Sepertinya sudah dimulai," ucapnya setelah mendengar suara teriakan yang berasal dari bangunan mirip dengan pabrik.

Gadis itu memasang perendam suara ke moncong handgun. Setelah selesai memasangnya, gadis itu jongkok untuk mengambil batu bata yang sudah ada di bawah kakinya. Dia membidikkan batu bata itu ke arah kepala penjaga yang jauh, setelah yakin dengan bidikkannya, dia melemparkannya dengan keras.

Berhasil mengenai tepat wajahnya, temannya merasa heran dan berbalik. Tapi, belum sempat melihat sosok yang melemparkan batu bata ke temannya, dia sudah ditembaki tepat menembus otaknya. Penjaga yang memegangi wajahnya karena lemparan itu, mencoba membuka matanya, tapi sayangnya dia tidak bisa membukannya karena dia sudah ditembak oleh gadis itu.

Kembali lagi ke pertandingan tadi. Pria berbadan kekar itu berlari dan hendak meluncurkan tinjuannya. Pria yang kurus itu diam, dan menarik napas. Setelah pria kekar itu dekat, dan sudah melancarkan tinjuannya. Bagaikan waktu sudah dihentikan oleh pria kurus itu, dengan mudah dia menghindari hanya dengan mengelak kepala ke samping. Sebelum pria kekar itu sadar serangannya meleset, pria kurus itu sudah memukul bagian tengah lengan musuhnya yang mendarat di samping kepalanya. Lengannya tertekuk, pria kurus itu langsung menyerang kaki kanan, berhasil membuat musuhnya menekuk kaki kanannya. Pria kurus itu langsung melancarkan tendangan ke arah dada pria kekar, tapi sayangnya pria kekar itu tidak terdorong ke belakang. Dan dia berhasil menangkap kaki pria kurus ini. Tapi, seperti yang disengaja, pria kurus memasang senyuman, dan memutarkan diri di udara untuk mendaratkan tendangan. Tendangan itu berhasil mengenai pipi kanan pria kekar itu.

Karena kesakitan, pria kekar itu memilih mundur, membiarkan pria kurus ini memasang kuda-kuda lagi. "Jangan bangga dulu!!" teriaknya. Setelah itu, dia memasukkan tangannya ke saku celana hitam pendeknya, lalu mengeluarkan sebuah suntikan. Suntikan itu berisi cairan berwarna hijau. "Bagaimana dengan ini!!?" Dia menusuk suntikan itu ke lengan kirinya.

"Wahh, Steven sudah menggunakan kartu as-nya!" teriak wasit.

Tubuh pria kekar itu bergetar, terutama di bagian lengan kirinya. Urat-urat di lengan kirinya menebal, matanya melotot seperti hendak lepas, dan tentu sebuah teriakan yang sangat keras. Bahkan, teriakkannya bisa mengalahkan teriakan penonton. Penonton awalnya diam, tapi setelah melihat pria kekar itu, tepatnya lengan kirinya berubah menjadi daging dengan pisau besar. Penonton kembali bersorak dengan keras. Dan tanpa disadari, wasit sudah keluar dari sangkar itu.

Apa respon pria kurus itu? Kaget? Bukan. Tapi, dia tetap memasang wajah datarnya, dan tidak lupa dengan senyuman kecilnya. "Padahal baru dimulai, sudah menggunakan virus lagi?" Dia mengangkat tangannya ke depan, mengisyaratkan musuhnya ini untuk maju.

"Kau akan menyesal!" Pria kekar itu berlari dan mengarahkan pedangnya ke dada pria kurus.

Seperti sebelumnya, dengan tenang pria kurus itu memiringkan badannya ke samping, sehingga pisau itu melewati ujung batang hidungnya yang hanya berjarak setipis kertas. Pria kekar mengetahuinya, jadi dia langsung mengayunkan pedangnnya ke samping. Sekali lagi, seperti bisa menghentikan waktu atau bisa membaca pikiran, pria kurus itu meletakkan telapak tangan kanannya di atas pedang yang kebetulan tidak tajam, lalu menjadikannya sebagai tompangan untuk meloncat salto ke sisi lain pedang akan diayunkan.

Pria kekar itu hanya bisa memasang wajah terkejut, dan hendak meluncurkan serangan balasan. Tapi, sebelum itu, pria kurus itu sudah berlari, meloncat, dan menyerang dengan lututnya ke arah wajah pria kekar itu. Sebelum mendarat, pria kurus itu menjadikan bagian atas kepala pria kekar itu menjadi tompangan untuk berpindah ke belakang. Saat masih melayang, pria kurus itu menendang punggung pria kekar itu, mengakibatkan pria kekar ini tidak jadi terdorong ke belakang. Pria kurus itu sudah mendarat, dan dia langsung menendang bagian tengah belakang kedua kaki pria kekar ini, mengakibatkan dia harus duduk berlutut.

"Sekarang kau bisa beristirahat dengan tenang." Pria kurus itu langsung meloncat dan mencekik leher pria kekar ini.

Pria kekar ini tidak bisa diam, dia langsung berdiri dan mengamuk. Dia menggerakkan seluruh tubuhnya, berusaha menjatuhkan pria kurus yang bergelantung di lehernya. Bagaikan pria kurus yang harus menjinakkan banteng yang ditungganginya, dia harus menghadapi setiap guncangannya yang diberikan pria kekar ini. Lama-kelamaan pria kekar ini semakin mengamuk, dia langsung mundur dengan cepat, dan berencana untuk menabrakkan pria kurus ini ke pagar sangkar yang terlihat kuat. Tapi, sayangnnya sebelum sampai ke pagar itu, pria kekar ini sudah menemui ajalnya dan langsung pingsan jatuh. Untungya pria kurus itu tahu, jadi dia meloncat ke samping sebelum pria kekar itu jatuh dan menimpa tubuh kurusnya.

Sang wasit dan penonton hanya bisa memasang wajah tidak percaya, tapi tak lama kemudian sorakan muncul lagi. Sang wasit memasuki sangkar kembali, lewat pintu belakang.

"Pemenangnnya adalah Greg!!" Sang wasit mengangkat tangan kiri sang pemenang ke atas. Sorakan pun semakin keras.

"Terima kasih sudah menonton pertarungan yang membosankan ini, jadi sekarang saatnya berpisah." Dengan cepat pria kurus itu memutarkan tangan wasit yang memegang lengan kirinya, lalu pria kurus itu menjatuhkan tubuh wasit dengan posisi tangan kanan wasit dikunci di punggung.

Tadinya penonton ingin diam dan kaget, tapi sebuah suara tembakan membuat mereka kembali ribut, kaget dan takut. Mereka berhamburan menuju pintu keluar, tapi sayangnya sudah banyak polisi yang mengepung pintu keluar.

Mereka semua ditangkap, dan dimasukkan ke dalam truk tahanan. Sementara itu, pria kurus tadi masih berdiri di dalam sangkar besi, melihat sekelilingnya yang sudah sepi dari penonton.

"Kau ini sebenarnya menikmatinya, kan?" Pria kurus itu berbalik dan disambut oleh lemparan baju kemeja kotak-kota merah bergaris putih. "Cepat pakai, udara sekarang terasa dingin."

"Terima kasih, Puni." Dia menggunakan kemeja itu, di depan gadis berambut ungu yang diikat ekor kuda. "Tunggu dulu, ini kan..."

"Ma-Maaf... Entah kenapa aku selalu membawa itu..."

"Tidak apa-apa, kurasa tuan Nik tidak akan keberatan." Gadis itu masih menundukkan kepalanya, terasa seperti ada penyesalan dalam dirinya. "Aku akan tetap bersama dengamu, aku tidak akan pergi jauh-jauh." Gadis itu mengangkat kepalanya, lalu memukul dada pria kurus ini. "Kenapa malah dipukul?"

"Maaf, tapi aku tidak akan termakan oleh godaanmu."

"Aku tidak menggodamu, tapi serius."

"Iya iya, sebaiknya kita kembali ke markas." Gadis itu membalikkan badannya. "Terima kasih, Trek."

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Bukan apa-apa. Ayo, cepat!"

Masih ada wajah kebingungan dari Trek, beda dengan tadi saat melawan pria kekar itu, sekarang Trek memasang wajah bingung yang terlihat seperti pria yang polos. "Eh, tunggu!" Akhirnya dia mengejar gadis bernama Puni itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top