KEGELAPAN KEEMPAT: AWAL PETUALANGAN
Sebelumnya aku minta maaf, kalau cerita ini tiba-tiba tidak diupdate lagi. Yah... entah kenapa tiba-tiba ide cerita ini menghilang begitu saja, padahal ending-nya udah kepikir... Untuk sekarang pun, tidak menentu apa akan update cepat atau lambat atau seperti sebelumnya yang tiba-tiba tidak bisa update sama sekali.
Aku minta maaf sebesar-besarnya. Aku harap para pembaca masih setia membaca ceritaku ini. Selamat menikmati dan terima kasih atas perhatiannya.
###############################################################################
Malam hari pun tiba, dua tenda sudah berdiri di dalam hutan yang tidak terlalu jauh dengan pantai. Di salah satu tenda, keluarlah seorang pria, dia adalah Trek. Dengan perlahan, dia berjalan menuju pantai. Trek dikejutkan oleh sesosok gadis yang sudah berdiri di atas pasir, gadis itu melihat laut yang berwarna gelap.
"Apakah kau Elliot atau Nana?" tanya Trek.
Gadis itu langsung berbalik, sebuah senyuman manis yang bisa dilihat Trek. "Coba te-bak?" goda gadis itu.
"Ternyata Elliot... Jadi, ada informasi yang bisa disampaikan lagi?"
"Mouuu, kau tidak seru. Tapi, tak apa." Gadis itu tidak lagi memasang senyumannya, melainkan wajah serius. "Lihat lah itu." Gadis itu mengangkat tangannya ke samping kanannya. Tentu Trek langsung melihat sesuatu yang ditunjuk oleh gadis itu. Ternyata yang dia tunjuk adalah sebuah bangunan cukup besar. "Itu adalah rumah sakit sekaligus lab professor Tonki dan bawahannya menciptakan virus itu."
"Ja-Jadi..."
"Tapi," potong gadis itu sebelum Trek membereskan dua kata. "Itu dulu, sekarang mereka sudah pindah markas. Tapi, aku sarankan kalian cobalah kesana, mungkin ada sesuatu yang bagus di sana."
"Lalu, ada tambahan lagi?" tanya Trek dengan nada serius.
"Hmm... Apa lagi, ya...? Ah, jangan lupa sikat gigi sebelum tidur."
"Baiklah, kalau begitu sekarang aku ingin bertanya," ucap Trek untuk mengalihkan lelucon garing gadis itu. "Apa kau tahu dimana tuan Nik?"
"Hmm..." Gadis itu melihat ke atas, dengan jari telunjuk di dekatnya di bawah bibir. "En-tah-lah."
"Dari nada bicaramu, jelas kalau kau menyembunyikannya."
"Kita lihat saja nanti." Tiba-tiba gadis itu menjatuhkan tubuhnya sendiri, mirip dengan pingsan. Tentu saja Trek dengan cepat berlari mendekatinya untuk menangkap tubuhnya. Berhasil.
"Dasar, pergi begitu saja," gumam Trek. Dia bisa melihat wajah tidur gadis bernama Nana ini, dia terlihat sangat manis sekali. "Bangunan itu mirip dengan rumah sakit... Jadi ingat hal itu..." gumam Trek. Setelah itu, dia menggendong Nana seperti gaya menggendong tuan putri. Trek membawa Nana kembali lagi ke dalam tenda.
***
Sekarang mereka berada di depan pintu sebuah rumah sakit yang dimaksud oleh Elliot. Dengan handgun di tangan, Trek dan Puni menempelkan punggung di daun pintu. Sedangkan Nana, berdiri di depan pintu melihat kedua orangtua dadakan itu dengan bingung.
"Papa, Mama. Papa Mama sedang apa? Kenapa terlihat serius begitu? Dan benda apa yang sedang kalian pegang?" tanya Nana polos.
"Ah... Nana, tetap dekat dengan Mama," balas Puni.
"Baik~" Nana pun berjalan ke dekat Puni.
Mereka berdua kembali fokus ke daun pintu. Trek melihat ke arah Puni, kemudian Puni mengangguk. Mengerti maksudnya, Trek membuka pintu perlahan. Setelah terbuka lebar, mereka bisa melihat ruangan yang sudah acak-acak mirip seperti ruang pendaftaran pasien, ditambah ruangan ini begitu kotor.
Mereka bertiga pun masuk. Kedua orangtua itu berjalan siaga sambil melihat sekitar, sedangkan anak mereka berjalan mengikuti di belakang Puni sambil memasang wajah biasa melihat sekitar.
"Sepertinya sudah lama tidak dihuni," gumam Trek. "Pu-Maksudku, Honey. Sebaiknya kita berpencar untuk memeriksa bangunan ini, kalau menemukan sesuatu segera hubungi."
"Baik," jawab Puni.
"Kalau begitu, Nana ikut dengan Papa," ucap Trek kepada Nana yang masih di belakang Puni.
"Eh, apa Papa dan Mama tidak bersama lagi?" tanya Nana.
"Iya. Nanti kami berdua akan berpisah untuk memeriksa bangunan ini agar lebih cepat, dan nanti kita bisa bermain kartu lagi."
"Asik~!"
"Da-Darling... bi-biar aku saja yang bersama Nana," ucap Puni.
"Eh, apa kau baik-baik saja? Apa kau tidak akan kesulitan bertarung?"
"Aku baik-baik saja. Aku ingin membuktikan kepada Nana, aku adalah mama kuat," jawab Puni semangat.
"Baiklah. Tolong hati-hati, kalau terdesak sembunyi dan hubungi aku. Aku pasti akan meluncur untuk menyelamatkan kalian."
"I-Iya..." jawab Puni sambil menundukkan kepalanya, malu. Tadi, dia melihat ekpresi Trek yang keren saat mengatakan hal tadi.
"Nana, tetap di dekat Mama, jangan jauh-jauh dan nakal," pesan Trek.
"Baik, Papa~!"
Mereka berdua pun berpisah. Trek ke sisi kanan, sedangkan Puni dan Nana ke sisi kiri. Selama di perjalanan, Trek tersadar akan tingkah Nana yang terbilang tidak sesuai dengan penampilan. Karena Nana memiliki tubuh seperti Puni, Trek sempat membayangkan Puni bertingkah kekanak-kanakan seperti Nana. Baru saja sebentar membayangkan, Trek tertawa kecil dan berusaha menahannya agar tidak menjadi tawa besar.
"Ah, apa yang baru saja aku bayangkan!" gumam Trek menyadarkan diri. "Konsentrasi, konsentrasi, konsentrasi..."
Sekarang Trek berada di lorong kamar-kamar pasien, bukitnya ada papan nomor kamar menempel di atas daun pintu yang menjajar di samping kanan dan kiri Trek. Tiba-tiba daun pintu yang cukup jauh di depan jatuh dan membentur lantai. Dari ruang itu, keluar seseorang dengan kedua lengannya besar dan keras seperti dilapisi batu. Trek yang melihat itu, langsung menyimpan kembali pistol miliknya ke sarung pistol di pinggangnya.
"Jadi... itu namanya Hulk yang pernah diceritakan oleh tuan Nik," gumam Trek. "Yah, kita lihat seberapa hebatnya dirimu!" Trek pun berlari menuju makhluk bernama Hulk itu.
Melihat Trek mendekat, Hulk mengayunkan tangan kanannya untuk menyerangnya. Trek memutuskan untuk menjadikan kedua tangannya sebagai prisai menahan serangan Hulk, walau berhasil tertahan tapi Trek malah terpental menabrak dinding. Hulk kembali meluncurkan serangan pukulan, tapi Trek berhasil menghindari dengan memutar membuat tangan Hulk menghantam dinding sampai sedikit menghancurkan dinding. Trek pun mundur beberapa langkah sambil memasang kembali kuda-kuda.
Selanjutnya, Hulk kembali meluncurkan pukulan depan. Kali ini Trek menghindar dengan menghadap ke kanan, membuat tinjuan itu melewati depan dada Trek. Bersamaan itu, Trek menendang perut Hulk dengan keras sampai membuatnya mundur beberapa langkah. Trek menendang samping kanan kepala Hulk, membuatnya harus menabrak dinding. Hendak Trek meluncurkan tendangan terbang, tapi Hulk mencegahnya dengan mengayunkan tangan kirinya. Trek pun meloncat ke belakang, dan berjalan ke tengah lorong agar tidak dekat dinding.
"Ternyata memang cukup sulit kalau tidak pakai senjata," ucap Trek.
Hulk kembali berjalan cepat untuk menyerang Trek. Saat di depan Trek, Hulk mengayunkan tangan kanan dari atas ke samping bawah. Dengan cepat, Trek jongkok, memutarkan tubuhnya sambil kakinya ke depankan, menyabit kaki Hulk, dan Hulk itu pun jatuh sebelum tangan kanan yang diayunkan mengenai kepala Trek. Saat Hulk jatuh membentur lantai, Trek dengan cepat menginjak keras kepala Hulk sampai hancur.
Sayangnya, Trek tidak bisa bernafas lega, karena tiba-tiba terdengar suara benda berat jatuh menghantam lantai. Dari ruang sisi lain dimana daun pintunya sudah jatuh ke lantai, keluar zombie, hanya saja dia berkulit putih susu dan taringnya terlihat. Trek dengan wajah datar melihat ke arah makhluk itu, sambil mengambil kembali pistolnya. Makhluk itu berlari menuju Trek, sedangkan Trek membidik makhluk itu. Satu tembakan diluncurkan, tepat mengenai kaki kanan bagian bawah, membuat makhluk itu terhenti dari lari dan kaki kanannya terlipat terjatuh ke lantai. Dengan cepat, Trek berlari ke arah makhluk itu, menginjak kaki kiri makhluk itu yang ditekuk menompang, meluncurkan serangan lutut kiri tepat ke wajah makhluk itu. Akibatnya, makhluk itu harus jatuh ke belakang menabrak lantai. Trek pun mendarat di atas tubuh makhluk itu, kemudian kaki kanannya dengan keras menginjak kepala makhluk itu sampai hancur.
"Vampire di sini ternyata tidak seperti di film yang pernah ditonton oleh Puni. Padahal, aku pikir setelah bertahun-tahun ada di dunia ini mereka berkembang menjadi lebih kuat. Sayangnya, ternyata sama seperti yang diceritakan tuan Nik," keluh Trek sambil turun dari tubuh makhluk bernama Vampire itu.
Berpindah ke sisi lain. Puni dan Nana sekarang sedang berjalan di lorong kamar pasien. Keadaan lorong ini lebih acak-acak dibanding lorong yang Trek tadi lalui, bahkan suasanannya pun sangat mencekam. Walau begitu, mereka berdua berjalan menelusuri lorong tanpa mempermasalhkan keadaan lorong.
"Nana, ingat, jangan jauh-jauh dari Mama," pesan Puni yang masih berjalan melihat sekitar.
"Baik, Mama," jawab Nana berjalan di belakang Puni.
Lalu terdengar suara keras membuat mereka berhenti dan kaget. Dari sisi dinding, keluar makhluk menjijikan dengan beberapa luka besar di sekujur tubuhnya, bahkan luka besar itu membuat tulangnya terlihat. Makhluk itu melihat ke arah mereka berdua, beberapa luka cakaran menghiasi wajah makhluk itu. Walau terlihat menjijikan, mereka berdua tidak terlihat jijik, bahkan mereka menatap serius ke arah makhluk itu.
"Nana, mundurlah sedikit!" perintah Puni sambil menodongkan pistolnya ke arah makhluk itu.
"Baik, Mama!" balas Nana sambil mundur beberapa langkah.
Makhluk itu pun berlari dengan cepat dan terlihat ganas menuju Puni. Kalau orang biasa mungkin melihat hal itu akan terkejut dan panik, tapi beda dengan Puni. Dia terus membidik dengan wajah tenang. Satu tembakan diluncurkan, tepat mengenai dada kanan makhluk itu sampai membuatnya harus berhenti berlari. Tembakan kedua diluncurkan, tepat mengenai tepat di kepala sampia membuatnya jatuh bersimbah darah dan mati.
"Jigot, ya... Ternyata benar, mereka sangat liar dan menjijikan," gumam Puni.
"Mama, hebat~" puji Nana.
"Terima kasih. Ayo, kita lanjutkan lagi perjalanan."
"Hm~"
Sekarang, Trek sedang melihat sebuah mayat yang sudah menjadi tulang belulang, tapi jas lab putih yang menyelimuti mayat itu masih utuh walau sudah berdebu dan usang. Trek pun jongkok di samping mayat itu.
"Kurasa, ini adalah mayat professor Tonki," gumam Trek. "Bahkan mereka tidak mengurus mayatnya, berarti rumah sakit ini benar-benar langsung ditinggal setelah tuan Nik dan nona Uni kabur menyelamatkan diri."
Trek kembali berdiri, kemudian berjalan menaiki tangga. Terus berjalan, sampai akhirnya di lorong kamar pasien lagi. Trek pun menghentikan langkahnya, setelah melihat ada katana karatan tergeletak di lantai. Trek jongkok untuk melihat lebih jelas lagi katana itu.
"Apa ini adalah katana yang berhasil direbut oleh tuan Nik saat melawan orang itu..." Trek melihat sekitar. "Kalau memang benar, berarti seharusnya ada mayat pria itu di sekitar sini." Sekali lagi Trek melihat sekeliling, namun tidak melihat hal yang diperkirakannya. "Apa anak buahnya yang meguburkan pria itu? Tapi... kenapa rekan-rekan mereka yang sudah dibunuh tuan Nik tidak diurus juga, malah dibiarkan tergeletak membusuk... Tunggu, apa mung-" Kalimat Trek terhenti karena merasakan sesuatu yang bergetar di saku celanannya.
Trek pun mengambil benda yang bergetar itu. Ternyata itu adalah sebuah handphone, tepatnya smartphone. Dari layar, ada panggilan dari Puni. Trek pun menekan tombol menerima pesan, kemudian mendekatkannya ke daun telinga.
(Trek... maksudku, Darling. Cepatlah kemari, ada sesuatu yang harus kau lihat.)
"Apa kalian baik-baik saja? Apa tidak terjadi sesuatu dengan Nana?"
(Kami baik-baik saja. Sudah, cepatlah kemari.)
"Baik, aku akan segera ke sana!" Kemudian panggilan pun berakhir.
Trek kembali melihat layar smartphone-nya, kemudian membuka sebuah aplikasi. Tiba-tiba, cahaya hijau keluar dari layar. Cahaya hijau itu menerangi selurung lorong, sampai akhirnya hilang. Setelah itu, dari layar muncul denah lokasi, kemudian ada panah merah mengarah ke samping. Trek pun berjalan kembali sesuai dengan petunjuk panah itu.
Setelah terus mengikuti arah panah di layar, Trek tiba di depan daun pintu berwarna putih... tepatnya awalnya putih sebelum berlumut. Trek membuka pintu itu, sebuah ruangan cukup besar dengan beberapa benda berserakan dapat dilihat dan dua sosok gadis yang tidak asing bagi Trek.
"Darling, kemari," panggil Puni.
Trek mendekati Puni, dan langsung disodorkan sebuah pedang karatan. "Tunggu, ini kan..."
"Kurasa ini adalah pedang milik ayah..." jawab Puni serius.
"Berarti benar, ini adalah rumah sakit yang akan dijadikan tempat pembedahan mereka."
"Selain pedang ini, ada dua tas dan beberapa senjata yang kurasa milik ayah dan ibuku. Tapi, sayangnya senjatanya tidak bisa dipakai lagi."
"Wajar saja, karena senjata itu dibiarkan selama bertahun-tahun."
"Wah-wah, ternyata di sini adalah rumah sakit tempat mereka berdua akan dibedah."
Mendengar itu, Puni dan Trek terkejut dan melihat ke arah Nana yang tadi sedang menelusuri ruangan ini. Namun, sekarang Nana... tepatnya tubuh Nana sedang berdiri melihat mereka berdua.
"Na-Nana?" bingung Puni.
"Ke-Kenapa kau munculdi saat seperti ini?" gumam kesal Trek.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top