Chapter 02 : Warlock
"Kalian esper, tapi kalian sangat bodoh rupanya," ujar Ackbar duduk di atas mobil memandangi tiga orang yang terkapar dengan baju yang terbakar dan luka bakar si sekujur tubuh mereka.
"T... tidak mungkin. Penyihir... harusnya... tidak sekuat... ini," ucap si manusia harimau terbata dan memaksa tubuhnya untuk berdiri tegap walau sluruh ototnya bergetar.
Ackbar turun dari mobil yang ia jadikan tahta sementara dan berjalan menuju si manusia harimau lalu memegang mulutnya kemudian mengangkatnya hanya dengan satu tangan. "Karena aku bukan penyihir, goblok. Aku adalah warlock."
*BWUSH!
Ackbar membakar hangus kepala si manusia harimau hingga si manusia harimau tidak sadarkan diri tapi masih bernapas.
"Seperti yang kuduga dari esper macro tipe hybrid hewan, resistensi yang tinggi dan tidak mudah mati," ujar Ackbar melempar si manusia harimau seperti melempar sampah.
"Bajingan! Aku akan membunuhmu!" teriak si manusia serigala tapi tidak mampu menggerakkan satu jari pun.
"Bahkan kumpulan crawler tak berotak jauh lebih pintar ketika menghadapi bahaya," balas Ackbar berjalan menuju sebuah truk berukuran sedang.
"Jangan menyentuh truk itu! Aku akan membunuhmu!"
Ackbar mengabaikan gertakan tersebut dan membuka paksa truk milik tiga orang yang telah ia kalahkan. Matanya membelalak ketika melihat seorang gadis terikat dan banyak makanan kaleng serta beberapa senjata api.
Keadaan gadis itu sangat mengenaskan. Tidak berpakaian, bertubuh kurus sampai beberapa tulang rusuk terlihat. Memar biru dan hitam di sekujur tubuh serta beberapa cairan putih kental menyelimutinya dan rambut hitam panjangnya yang acak-acakan.
Bibirnya yang pucat bergerak. "B... bu... bunuh... a... aku..." ujar si gadis dengan tatapan mata yang kosong dan gelap.
Ackbar menghela napas panjang kemudian menggelengkan kepala membayangkan apa yang sudah dilaluinya. Ia mengeluarkan si gadis dari truk, membaringkannya di atas aspal lalu menatapnya. "Apa kau ingin mati?"
Si gadis mengangguk perlahan diikuti air mata mengalir di wajah datar tak berekspresi. Ackbar menutup mata si gadis perlahan. Seluruh tubuh pemuda itu diselimuti kobaran api.
"Aku akan mengakhiri penderitaanmu dengan cepat, beristirahatlah dengan tenang," ucap Ackbar bersiap membakar hangus si gadis.
Seulas senyuman kecil terlihat dari wajah gadis itu.
"Dunia ini memang kejam."
*BWUSH!
Kobaran api besar dan panas. Kobaran setinggi 3 meter dan suhu yang sedikit melelehkan aspal meski tak sepanas aksi sebelumnya.
Si gadis hangus terbakar, meski tubuhnya masih bebentuk, tapi tidak diragukan lagi kalau gadis tersebut sudah mati. Ackbar berdiri dan menghela napas panjang sembari menatap mayat yang baru saja ia bakar selama beberapa detik. Tanpa kata-kata, hanya helaan napas yang sangat berat.
Ackbar memajukan lengannya ke arah si gadis lalu membakarnya lagi. Lagi. Lagi. Lagi dan lagi.
Tanpa ekspresi, pemuda itu terus membakarnya hingga tubuh hangus berubah mejadi debu dan tulang.
Ia berbalik dan menuju mobil truk, mengambil beberapa makanan kaleng dan membakarnya dengan kekuatan apinya. Ackbar berdiri di atas truk sambil memandangi si manusia serigala dan manusia ular yang menatap penuh kebencian.
"Beraninya kau menjarah truk kami!" teriak si manusia ular.
Ackbar memakan makanan kaleng itu dan melempar kalengnya ke arah si manusia ular. "Kalimat yang tidak pantas diucapkan oleh penjarah."
"Memangnya kenapa?! Itu adalah hasil rampasan kami! Kami butuh makan!"
Ackbar masih melanjutkan makannya. "Sungguh kebetulan, aku juga lapar."
"Itu tidak adil!"
Ackbar tertawa terbahak-bahak hingga menjatuhkan beberapa makanan kaleng yang ia pegang. Ia tersenyum lebar dan menatap kedua esper hewan tersebut. "Kalian benar! Hidup itu tidak adil!"
Ackbar tiba-tiba terdiam dan meluruskan posisi duduknya. "Bicara soal makanan, sepertinya bukan hanya aku saja yang lapar."
Satu crawler besar muncul dan begitu pula beberapa crawler berukuran normal. Si manusia serigala panik dan si manusia ular berusaha menggeliat menjauh meski tubuh keduanya sangat tidak mampu untuk bergerak banyak.
"Tidak! Aku tidak mau mati di sini!" teriak si manusia serigala melihat ajalnya di depan mata.
Ackbar hanya duduk manis sementara para crawler berjalan memutari truk sembari memandangi pemuda tersebut. Tidak ada satu pun crawler yang bergerak menuju dirinya, semuanya hanya tertuju pada ketiga manusia yang hanya terbaring tak berdaya.
"Tidak! Aku tidak mau mati!"
Si crawler besar langsung menggigit kepala si manusia harimau hingga putus dan menjilati darah yang mengalir. Di saat si crawler besar memilih makanannya, di saat itu pula crawler lain meloncat menuju si manusia serigala dan si manusia ular.
"TIDAK! TIDAK! TIDAK! TIDAK! TOLONG AKU!"
Teriakan keputus asaan membuat Ackbar membayangkan nasib si gadis yang disekap sebelumnya. Membayangkan si gadis berteriak minta tolong saat diikat dan tidak diberi makan. Berteriak minta tolong saat diperkosa dan digilir oleh 3 orang. Berteriak minta tolong saat tubuhnya dihajar karena melakukan perlawanan. Berteriak minta tolong sampai pada akhirnya sadar tidak ada yang bisa menolongnya.
Ackbar menghela napas panjang lalu kembali mengamati dua orang yang menjadi mangsa crawler. Mereka berdua menggeliat dan berteriak meminta pertolongan tapi tidak ada satu pun yang membantu.
Para crawler menggigiti mangsanya, merobek perutnya, menarik keluar ususnya, dan mengoyak tangan juga kaki hingga putus. Teriakan penuh penderitaan memenuhi udara sementara Ackbar menonton dan memakan makanan jarahannya.
Tidak membutuhkan waktu lama hingga semua teriakan hilang, digantikan oleh suara tulang patah dan daging yang terkoyak.
Ackbar mengamati tulang Dika dan Tina yang tidak tersentuh oleh para crawler. "Setidaknya kematian kalian tidak menyakitkan."
Setelah beberapa saat, semuanya hanya tersisa tulang dan sedikit genangan darah yang menghitam. Si crawler besar menatap Ackbar dan ia menatap balik. Si crawler besar menunjukkan taringnya tapi pemuda itu tidak bereaksi. Gerombolan crawler akhirnya berjalan menjauh setelah puas dengan santapan mereka.
Ackbar tersenyum kemudian bergumam, "Bahkan para crawler lebih pintar dari 3 idiot itu."
Pemuda itu melanjutkan santapannya yang tersisa dari truk yang ia jarah. Makan,makan, dan terus makan semuanya hingga tak tersisa seakan lambungnya tidak memiliki dasar.
"Mereka bilang bos akan menyukai budak penyihir, siapa sebenarnya bos mereka? Sampai tahu keberadaan penyihir dan mampu memperbudaknya." Ackbar menggigit sosis yang baru saja ia bakar. "Tapi setidaknya dia tidak sekuat itu sampai tdk mengetahui keberadaan warlock." Ia menghentikan kunyahannya. "Kecuali dia tahu tapi tidak memberitahukan mereka."
Ackbar terkekeh. "Aku penasaran seberapa kuat bos mereka."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top