The Deep Web

"Ini semua salah lo!"

Suara menggelegar itu menusuk-nusuk telingaku. Tidak! Bukan hanya telinga, tapi juga hatiku. Jauh di dalam sana, aku sadar sepenuhnya bahwa ini memang salahku.

"Tenang, Al. Jangan emosi! Mungkin Farah cuma pergi ke rumah temennya dan lupa ngabarin." Suara lembut Langit yang biasanya mampu menenangkan kegelisahanku, kali ini tak berarti apa-apa. Jantungku masih saja berdebar keras, tapi bukan karena tatapan tajam Alfa yang seolah ingin megoyak tubuhku hingga ke tulang.

"Pergi lo bilang? Farah hilang! Emang kapan dia pergi nggak ada kabar, nggak bawa handphone segala, hah?"

Aku membeku. Diam tak bergerak, tak tahu harus bereaksi seperti apa. Lagi-lagi, hatiku membenarkan dugaan Alfa. Farah tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Ini semua gara-gara cewek sialan ini!" maki Alfa lagi sambil menuding ke arahku yang masih membisu. "Kalau bukan karena dia yang ngotot buka deepweb laknat itu, Farah nggak bakalan ilang."

"Kita semua udah sepakat, Al. Itu keputusan kita berempat, jadi bukan cuma dia yang salah."

"Heh, lo!" panggil Alfa lagi, tak mengindahkan permintaan Langit - pacarku- untuk tenang. "Lo pasti diem-diem nyari tahu soal perkumpulan itu, kan? Iya, kan?!"

"Al ... udah, Al! Jangan panik kayak gini. Semua kan masih belum jelas."

Darahku berdesir.

"Denger, ya ... kalau sampai besok Farah nggak ada kabar, gue yang bakal ngabisin lo sebelum keduluan sama mereka."

Kuhela napas panjang, berusaha menenangkan debaran dadaku yang terlalu berisik. Alfa mungkin telah pergi, tapi suaranya masih terdengar jelas di ruangan ini. Merobek membran yang terlalu sensitif, dan menyalurkan informasi yang kubenarkan dalam hati; semua memang salahku.


-o0o-

"Just try to sleep!" Pelan, tangan besar Langit mengusap kepalaku. "Aku tidur di luar, ya," pamitnya setelah menaikkan selimut untuk menutupi tubuhku yang masih gemetar. Seulas senyum manis masih sempat kulihat sebelum tubuhnya menghilang di balik pintu.

Malam itu aku mencoba untuk tidur. Mencoba melupakan semua hal buruk yang terjadi, seraya meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Namun yang kulihat malah sebaliknya. Dengan jelas, kulihat tubuh telanjang Alfa yang terkoyak dengan sayatan mengerikan di dadanya.

"Shit!"

Peluhku membanjir saat mataku -akhirnya- terbuka lebar. Kupandangi dinding kamarku yang memantulkan cahaya bulan, menerobos jendela menembus kegelapan kamar. Kutarik napas berulang-ulang, menenangkan dadaku yang terus berdetak kencang.

Perlahan, aku bangun dari ranjang saat rasa haus akhirnya mengembalikan kesadaranku. Ini hanya mimpi, gumamku pada diri sendiri.

Ruangan tengah yang menuju dapur, gelap. Langit pasti mematikan semua lampu. Setelah membasahi tenggorokan dengan beberapa teguk air dingin, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Baru beberapa langkah, kakiku mendadak kaku. Tubuhku menegang, dan aliran darahku seperti terhenti begitu saja. Kepalaku serasa dihantam keras, saat pemandangan mengerikan itu kulihat.

Vitruvian Man

Satu kata itu melintas cepat di kepalaku yang mulai kelu. Di sana, di tengah ruangan, tubuh telanjang Langit terlentang tepat di tengah-tengah sebuah lingkaran. Kedua lengan dan tungkainya terentang sempurna. Tubuhnya terkoyak mengerikan layaknya jemaat pengampunan dosa yang mengikat dirinya dengan cilice. Dan di sana, tepat di atas dadanya, terukir sebuah simbol sakral yang selalu menghantuiku. Simbol yang keberadaannya kukejar selama bertahun-tahun; sebuah pentagaram.

Seolah telah dicabut seluruh tulang dari dalam tubuh, aku terduduk di depan mayat Langit. Menghamburkan semua rasa takut yang mendadak lenyap entah kemana, berganti dengan sensasi yang menyesak di dalam dada. Malam ini, pencarianku telah mencapai batas.

Jawaban itu, sudah kutemukan.



P.S :

Kok pendek? Ini cerita mini 500 word yang dibuat sebagai tugas tantangan sebuah ruang hijau berisi sebelas penulis amatir yang masih banyak belajar. Eh, dua belas ding sama yang punya. Setiap minggu, kita harus membuat sebuah cerita dengan aturan yang sudah ditentukan. Dan ini, satu tulisan yang saya buat di kelas 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top