05 | Menace
Kalau bisa Papanya ditukar tambah, maka sudah Nirmala lakukan dari dulu. Papanya ini sebenarnya bisa masuk ke sekumpulan orang paling yabuy se-kecamatan.
Di saat tetangga-tetangganya yang sesama bapak-bapak pada flexing punya motor baru, Papanya malah flexing beli ayam ketawa yang sialnya malah sering ketawa di malam hari. Bukannya orang-orang iri, mereka malah pada protes karena dibuat parno sama suara ketawa ayamnya.
Lagian si Jarwo kenapa ketawanya malem hari, sih?
Terus di saat bapak-bapak yang lain pada pamer punya burung bagus yang dipajang di atas plafon teras, Papanya malah pamer abis custom motor bebeknya yang di-modif sedemikian rupa hingga berubah menjadi motor dengan 3 roda serta terdapat kursi penumpang tambahan di belakang. Katanya sih, buat nganter istri ke pasar dan nganter si bontot ke sekolah.
Emang yabuy Papanya itu.
Contohnya sekarang.
Memangnya boleh nonton bola ke stadion GBK, tapi outfit-nya udah persis kayak mau nobar di warkop? Atasan jersey Timnas, bawahannya amazing banget, yaitu sarung kotak-kotak warna ungu terong lengkap dengan sendal Cross warna ijo mentereng.
Pertanyaannya cuma satu, ini Papanya gak ada rasa malu apa gitu? Nirmala sebagai anaknya aja malu!
“Yang tadi itu bapaknya Nathan?!” Pertanyaan Papanya itu sukses membuat Nirmala sadar jika mereka sedang berjalan ke parkiran mobil bersama ratusan penonton yang bubar setelah pertandingan selesai. Euforia kemenangan masih sangat terasa. Nirmala bahkan tadi sempat menitikkan air mata karena akhirnya mereka semua kembali bangkit setelah diserang kekalahan yang bertubi-tubi.
“Iya. Itu Bapaknya.”
“Kok bisa mirip Papa?” tanya Papa sekali lagi. Kini sarungnya sudah dia singkap dan disampirkan ke bahunya, menyisakan celana pendek bewarna abu-abu.
“Mana aku tahu! Tadi aja aku ngira dia Papa! Untung orangnya baik gak ngamuk karena aku tiba-tiba dateng langsung ngomel.”
“Kamu ngomel karena ngiranya itu Papa?” tanya Papa merasa tersindir.
“Ya abis, di kasih tau masuk lewat gate 1, malah masuk gate 5! Padahal gate 1 ke arah parkiran mobil itu deket! Mana tadi rempong banget lagi! Kalo gak ada koyo aku udah pingsan dari tadi!” ucap Nirmala seraya melepas kedua koyo kecil yang menempel di pinggir keningnya.
“Itu koyo dapet dari mana?” tanya Papa dengan wajah mengernyit.
“Minta ke orang medis tadi. Untung mereka punya.”
Papa hanya ber-oh ria. Soalnya, di keluarga mereka sudah mulai terbiasa dengan keluhan-keluhan dan drama dari anak mereka yang paling tua. Kalo gak drama kerjaan, ya drama kesehatan. Kalau gak keduanya, pasti drama tentang percintaan.
“Eh, Mala. Katanya kamu putus sama Zayan. Itu beneran?” tanyanya. Tiba-tiba suasana jadi serius.
Nirmala memutar bola matanya jengah. Rupanya Sania, adiknya berhasil melakukan tugasnya dengan baik. Yaitu menyebarkan berita jika dia baru putus sama orang yang disebut-sebut sebagai calon mantu.
Calon mantu taik!
“Iya. Kegep lagi ciuman sama LC.”
“Kehed*!” maki Papa tiba-tiba dia merasa menggebu-gebu. “Papa boleh ketemu, gak? Mau Papa slepet pake sarung! Eh, nggak! Mau Papa gampar sampai semaput!”
“Ck! Gausah! Udah digampar dia kemaren sama Nathan,” balas Nirmala, tidak sadar jika barusan dia keceplosan.
“Sama siapa?” Papa menghentikan langkahnya. Menatap putri sulungnya penuh curiga.
“Sama ... Sama Nathan. Ada temen.”
“Oh. Bukan Nathan pemain bola, kan?”
Nirmala tertawa sumbang. “Ya bukanlah!” Bohong dikit-dikit untuk keamanan itu gak apa-apa, kan guys?
Papa akhirnya kembali berjalan lagi. “Ini kamu izin pulang duluan, udah dibolehin sama Om Dion, emang?” tanyanya.
“Aku udah minta izin dari sebulan yang lalu, Pa! Jadi udah pasti diizinin.”
Papa mencurutkan bibirnya. “Udah gede juga masih aja nonton konser kepop-kepop! Mending uangnya ditabung!”
Kini gantian Nirmala yang mencurutkan bibirnya. “Yeee, bukan nonton konser, tapi fan meeting! Lagian nonton konser K-Pop itu gak bahaya, Pa! Yang bahaya itu narkoba!”
Papa tidak menjawab apa-apa.
“Ayo atuh, Pa! Jalannya buruan dikit! Ntar aku telat masuk veneu! Aku belom dandan ini!”
“Ya Gusti nu agung!”
* * *
“Nirmala mana, Om Dion?” tanya Ridho saat mereka baru duduk di bus.
Nathan yang kebetulan duduk di samping Ridho refleks langsung mencari keberadaan cewek itu yang ternyata memang tidak ada. Kemana dia?
“Ada urusan keluarga. Tadi ikut Papanya pulang.”
Ridho mengangguk-angguk dan kembali duduk dengan santai. Nathan yang tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Om Dion, lantas bertanya pada Ridho. “What is he said?”
Ridho menaikkan salah satu alisnya. “Om Dion?”
Nathan mengangguk.
“He said Nirmala have a family business, so she's home early with her dad.”
Oh, begitu rupanya. Ngomong-ngomong soal ayahnya, Nathan kaget banget saat melihat ayah Nirmala sangat mirip dengan Papanya. Dia pernah mendengar ada mitos jika manusia memiliki 7 kembaran di dunia. Jika itu benar adanya, maka kembaran Papanya adalah ayahnya Nirmala. Benar-benar kebetulan yang luar biasa.
Nathan tidak mengatakan apa-apa lagi. Pria itu memilih untuk menarik gorden dan bersandar seraya mengecek ponselnya yang lagi-lagi penuh oleh notifikasi. Pertama yang dia cek adalah homepage, yang kebanyakan diisi oleh postingan-postingan teman-temannya atau berita-berita tentang olahraga terbaru. Lalu beralih ke notifikasi yang isinya gak jauh dari akun-akun yang menyebut dirinya di sebuah postingan. Awalnya dia merasa biasa saja, tapi tak lama dia menyadari sesuatu, ada sebuah username yang menyukai postingan terakhirnya.
Lazulibluee likes your photo.
Ini akun Nirmala. Dia mengenalinya dari nama Lazuli yang merupakan nama belakangnya. Akun dengan pengikut yang kurang dari 300 itu tertangkap basah men-stalk akunnya. Rupanya, cewek itu mengganti akun Instagramnya dari yang tadinya Nirmalazuli02 menjadi Lazulibluee. Cepat-cepat Nathan membuka profil cewek itu, yang memang dari kemarin sudah Nathan cek, ternyata dikunci.
Tapi bagaikan sebuah keajaiban, akun Lazulibluee itu terbuka. Pengikutnya masih di bawah 300, namun bedanya kini dia bisa melihat 15 postingannya mulai dari tahun 2020 hingga 5 bulan lalu. Ternyata, Nirmala dulunya adalah seorang mahasiswa aktivis. Ada sebuah postingan di mana Nirmala tengah melakukan kegiatan pembelajaran yang dihadiri oleh anak-anak, juga ada sebuah postingan di mana Nirmala tengah orasi di jalanan seraya memegang spanduk tentang topik kerusakan lingkungan laut.
Dia lulusan kelautan rupanya. Sebab ada foto dia sedang diving di antara terumbu karang bersama temannya. Wah, masa kuliah Nirmala begitu ceria. Apakah ada pria yang mendekatinya saat itu?
Tunggu, apa yang Nathan pikirkan?
Tanpa cowok itu sadari, dia berdecak kesal. Lantaran tak lama dia mengatakan itu di benaknya, ada postingan Nirmala di tahun lalu yang menandai seorang cowok dengan username Zynrandi. Itu siapa lagi kalau bukan mantannya. Kalau tidak salah namanya Zayan, Nirmala pernah mengatakannya. Postingannya cukup simpel hanya memotret kedua tangan yang saling bergandengan.
Tch, kenapa postingan bodoh ini belum dihapus olehnya? Bukankah mereka sudah putus?
Kini Nathan mencurutkan bibirnya. Entah kenapa dia malah sedikit kesal. Setelah puas melihat postingannya, kini dia melihat highlight yang diberi judul dengan emoticon kamera. Isinya ternyata adalah kumpulan hasil jepretannya yang kebanyakan bertema langit, perkotaan, laut dan juga underwater. Nathan yang melihatnya sempat dibuat takjub. Ternyata memang, cewek itu pandai dalam dunia photography.
Setelah puas dengan semuanya. Kini dia beralih pada story cewek itu berupa potongan video konser musik. Di story-nya pun juga ada foto dia dengan 3 temannya tengah mengenakan pakaian yang cukup nyentrik. Tapi yang membuat Nathan terdiam menatap foto tersebut selama 5 detik lamanya adalah karena tersadar penampilan Nirmala begitu berbeda. Dia mengenakan make-up yang sedikit lebih fearless, dengan eyeliner tajam serta softlens berwarna abu yang entah kenapa begitu pas di wajahnya. Rambut hitam panjangnya diikat dua, menambah kesan imut serta menyamarkan usianya yang kini sudah beranjak 22 tahun. Cewek itu mengenakan sepatu boots hitam dengan rok tennis pendek dibalut stocking net yang memberikan kesan gahar. Atasannya dia mengenakan crop tee bewarna hitam dengan model sablon yang begitu abstrak. Tak lupa aksesoris-aksesoris yang menghiasi leher, lengan dan telinganya.
Hanya ada dua kata di benak Nathan. Ini Nirmala?
Pasalnya cewek itu terlihat sangat berbeda. Apakah ini adalah kehidupan lain dari seorang Nirmala Lazuli?
Tangan Nathan secara otomatis bergerak untuk me-reply story tersebut.
|I thought you have a family business.
Setelah terkirim. Baru Nathan meng-klik follow, hingga pengikut akun tersebut bertambah satu orang.
* * *
Nirmala baru pulang pukul 2 malam. Dia tidak sempat melihat ponselnya sejak acara fan meeting selesai. Beberapa pesan bahkan belum sempat dia cek, mungkin akan dia buka dan balas saat nanti pagi saja. Sesampainya di kosannya pun dia langsung bersih-bersih dan tidur tanpa ba-bi-bu.
Bangun-bangun dia dikejutkan dengan ponselnya yang berdering terus menerus. Matanya yang lengket terpaksa terbuka dan mengangkat teleponnya tanpa mengecek siapa peneleponnya. “Halaw!”
“I hope you don't forget what you promise, my dear.”
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
“HAHH!” Nirmala terbangun seratus persen dengan jantung yang berdegup kencang. Tipikal ketika orang yang bangun tidur karena kaget. Sensasinya seperti habis terjatuh dari ketinggian ribuan kaki.
“Are you alright?” tanya si penelepon.
Nirmala dengan ragu-ragu melihat nama kontak di ponselnya. Sedetik dia dibuat panik saat yang menelepon adalah cowok keturunan Semarang yang akhir-akhir ini selalu memberikan gebrakan baru untuk membuatnya salting kayak orang tolol.
“Nirmala, Are you alright?”
“Yes! Aim olright, Meneer!” ucap Nirmala. Cewek itu segera turun dari ranjangnya dan melihat jam digital di meja tolet. Jam 8 lewat 15 menit. Dia telat kerja. Sialan dia telat kerja!
“Wait, Naith. I'm late to go to work! I'll call—”
“Did you forget that's everything is done?” Nathan dengan cepat memotong kalimatnya.
“Hah?”
“The match is over. Last night we're celebrate it. And it's too bad you couldn't come because your having time a family business.”
Nirmala berdecak. Dia tahu cowok ini pasti mau nge-roasting dia perkara acara fan meeting kemarin. Beberapa menit sebelum acara fan meeting dimulai, Nirmala berteriak ketakutan saat ada notif DM dan follower baru dari akun centang biru. Cewek itu semakin takut saat tahu jika akun itu adalah milik Nathan. Itu artinya kedoknya terbongkar.
Orang-orang di kerjaannya hanya tahu jika hari ini dia ada acara keluarga, bukannya acara fan meeting girlband Baby Monster yang berlangsung kemarin.
“Do not mocking me, Meneer!” kesal Nirmala.
Di ujung sana Nathan terdengar sedang tertawa. “I'm not mocking you. I'm just saying what they tell me. Do you want me to tell Om Dion what is happening?”
“NO!! JANGAN!” panik Nirmala. Lagi-lagi terdengar suara tertawa dari ujung sana. “Please. Whatever it is, just don't!”
Nathan masih tertawa. Sepertinya dia senang sekali melihat Nirmala kebakaran jenggot. Awas aja nanti, dia beneran bakar jenggot mini-nya itu!
“Oke oke! What do you want?!” putus Nirmala. Sepertinya cuma ini cara yang ampuh agar Nathan tutup mulut. Kalau dia ketauan bohong, apalagi sama Om Dion, ada kemungkinan dia dipecat!
“Let my Instagram to following you, and you follow me back.”
“What?!”
“Oke, I'll tell Om Dion right—”
“IYA IYA! GUE BAKAL FOLLOW!” panik Nirmala. Ya Allah pagi-pagi dia sudah keringetan perkara takut dipecat.
“Fine. Do it now!”
Tch!
Nirmala berdecak. Dia membuka aplikasi Instagram yang sudah dia bersihkan total sejak kemarin, agar jejak media sosialnya tidak terdeteksi oleh para fans-fans cegil yang menuduhnya pacar Nathan. Mulai dari menghapus permintaan mengikuti, mengganti foto profil, biodata, hingga username yang lumayan berbeda dari username lama. Tapi anehnya kenapa si Nathan bisa tahu akunnya?!
Cewek itu akhirnya melakukan apa yang diminta cowok itu. “Done. Sudah I follow.”
“Good girl.”
“Merasa puas, Meneer?!” kesal Nirmala. Bodo amat kalau dia kagak ngerti.
“Once again, Mala. You forgot something.”
“Apaan lagi??” Nirmala terduduk di pinggir ranjang. Pagi-pagi begini energinya udah terkuras abis.
“Bring me to your hometown, and be my tour guide. I'm free until next week.”
Demi goyangan goal geol Ahyeon Baby Monster semalam, dia benar-benar menyerah! Kapan sih, dia bisa lepas dari Meneer satu ini?!
“Emangnya you're not going back to Netherlands?”
“I said, I'm free until next week.”
Anjir lah! Bisa berubah jadi kepala batu juga nih cowok rupanya!
Sekarang hari apa sih? Hari Rabu ya. Biasanya Bogor gak terlalu rame kalo weekdays. Hayuk lah, gaskeun hari ini ke Bogor!
“Okay, Meneer. I got it. I'll pick you up at eleven. Don't be late, okay!”
“Cool.”
* * *
Nathan anjing.
Jangan sampai dia jadi admin anti fans dari cowok itu untuk melawan para fans-nya yang semakin menjamur tiap harinya.
Kalau bukan karena cowok itu, dia gak akan mandi dan siap-siap di saat dia sedang free dengan pekerjaannya. Mungkin besok atau lusa, dia akan diberi project baru oleh Om Dion, dan kembali digempur untuk mencari pundi-pundi rupiah.
Pukul 11 kurang 15 menit, Nirmala sudah berada di depan lobby hotel. Bukan hotel yang kemarin para pemain Timnas menginap. Rupanya Nathan pindah hotel tadi pagi-pagi buta. Entahlah, dia juga tidak mau ambil pusing soal itu.
Nirmala sempat menelepon Nathan untuk segera turun, dan beruntung tidak butuh waktu lama, cowok itu akhirnya datang juga. Dia mengenakan celana cargo selutut dan kemeja putih lengan pendek. Rambutnya dibiarkan acak-acakan (tidak diberi pomed seperti biasanya), serta kacamata hitam yang bertengger di wajahnya. Sekilas, Nathan udah persis seperti superstar yang pakai merek baju apapun akan tetap stand out.
Cowok itu membuka pintu mobil dan duduk di sampingnya, tak lupa mengenakan sabuk pengaman. Setelahnya, tanpa menunggu lama lagi Nirmala langsung melepas rem tangan dan tancap gas dari lokasi tersebut.
“Feeling good, Meneer?” tanya Nirmala sekaligus menyapanya.
Nathan hanya down smile seraya menoleh ke arah Nirmala yang fokus mengemudi. “Feeling good, Juffrow,” balasnya. Cowok itu memperhatikan Nirmala yang mengambil card hold yang persis seperti alat pemukul lalat saat mereka tiba di gerbang tol. “Can I drive?” ucapnya menawarkan diri.
Sebagai balasan cewek itu menggeleng. “Jangan Meneer. Just let me be a good tour guide for you, Meneer.”
Merasa terus dipanggil demikian, senyum di wajah Nathan langsung luntur. “Stop call me Meneer!” protesnya
“Why? It means Sir in English, right?” tanya Nirmala sok polos.
“Just call me Nathan.”
“What about Mr. Chu? That's cute!” alih Nirmala. Godain Nathan lah, sekali-kali.
“Call me Nathan.”
Nirmala tersenyum masam. “Oke, Meneer!”
Respon Nathan langsung menatapnya tidak suka. Mata tajamnya langsung menusuknya, membuatnya mendadak kikuk dan canggung. “I—iya, iya. Sorry,” ucapnya kemudian. Lalu disusul dengan gumam kesalnya yang mengatakan; “Galak banget.”
Satu jam berlalu. Akhirnya mereka sampai di akses keluar tol Jagorawi yang mengarah ke arah jalan Binamarga. Sengaja Nirmala lewat sana. Selain dekat, juga tidak terlalu macet jika dibandingkan harus lewat Baranangsiang.
“What's your plan?” tanya Nathan.
Nirmala menoleh sejenak ke arah cowok itu. “Oke, let me explain you something. Rules number one, if you want to enjoy Bogor vibes, you must use motorcycle. Like I said before, there are so many trees and you can feel the vibes more than just using a car.”
“Oke.”
“Rules number two. If you want visit and enjoy the city, so come when it's morning or afternoon around 2 pm or 3 pm.”
“Got it.”
“And rules number three. My mood will be bad if I'm hungry. So we have to get lunch first.”
“Alright. Which restaurant?”
“What do you mean restaurant? I'm not eat in the restaurant while my mom made me delicious food ever in the world, duh!”
Nathan bingung. Jadi maksudnya ...
“Yes, you right!” Nirmala menjentikkan jemarinya. “First, we have to go to my house. My mom already made Nasi uduk for me. And also for you. Well, I didn't tell her that you're come with me. But don't worry, my family is really welcome.”
Oke. Sekarang gantian. Nathan yang jadi kikuk.
* * *
Note:
Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Sincerely, Nanda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top