8. Friendship Chocolate
Genre : Slice of Life
Author : Alice_white110
Friendship Chocolate
"Oke semuanya, sampai jumpa bulan September. Dan jangan lupa, kerjakan tugas kalian!" Seorang guru paruh baya memberitahu semua muridnya ketika bel pulang berbunyi.
"Yahuu.... libur musim panas dimulai!" seru Kaoru, tampak senang.
"Sampai sesenang itu, memangnya kau ini anak SD?" cela Hikaru ketika Kaoru keluar dari kelasnya.
Kaoru mendengus kesal, "Hikaru, sebenarnya kau juga senang kan?"
"Tapi aku tidak seheboh dirimu kan?"
Kaoru hanya menghela napas, "Kau ini tidak asyik." keluhnya.
Hikaru mengangkat bahu, "Terserah, tapi jika kau tidak bergerak juga, kau akan kutinggal.." katanya sambil berlalu.
"Hei Hikaru, tunggu sebentar dong.." Kaoru segera mengejarnya, "Sebelum pulang, kau mau menemaniku sebentar kan?" ucap Kaoru ketika mereka berdua telah keluar dari gerbang sekolah.
"Menemani apa?" tanya Hikaru sambil menatap Kaoru curiga, ia tahu gadis itu pasti merencanakan sesuatu.
Kaoru menunjuk toko cokelat di ujung jalan. Hikaru langsung tahu maksudnya, "Tidak!" katanya tegas.
"Ayolah...sekali ini saja!" mohon Kaoru.
"Tetap tidak! kau ingin orang-orang salah paham tentang kita lagi?"
"Kali ini tidak akan, pemilik toko cokelat ini ayah temanku dan mereka tahu kita bersaudara."
"Lalu kenapa? toh aku tidak suka cokelat." ujar Hikaru, "Akan kutunggu di luar."
"Baiklah," ucap Kaoru lalu berjalan ke toko cokelat itu.
Ting!
Bel pintu toko berbunyi nyaring ketika Kaoru membukanya, "Selamat datang Kaoru-chan.." sapa seorang wanita dari balik meja kasir.
"Selamat siang bibi," balas Kaoru. Lalu ia mengambil dua batang cokelat.
"Dimana Hikaru?" tanya wanita itu.
"Dia di luar," jawab Kaoru sambil meletakkan cokelat yang baru dia ambil di meja kasir.
Wanita itu terkekeh, "Aku tahu kenapa dia tak mau masuk, dia pasti mengira aku akan salah paham kan?" ia mengambil cokelat yang dibeli Kaoru, "Tapi kalian benar-benar terlihat seperti pasangan serasi."
"Mana mungkin," kilah Kaoru, "Lagipula, bibi tahu kan, kami berdua saudara kembar."
"Tentu, nah, ini coklatmu," Wanita itu menyodorkan cokelat yang dibeli Kaoru, "Semuanya seribu yen,"
"Heh? mahal sekali.."
"Kau memilih cokelat yang mahal Kaoru-chan," ucap wanita itu, "Tapi itu cokelat terenak kami,"
"Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Kaoru setelah menyerahkan selembar uang seribu yen kepada wanita penjaga kasir, "Terima kasih bibi..."
"Sama-sama, datang lagi ya, Kaoru-chan." Kaoru mengangguk, lalu ia keluar dari toko.
"Sepuluh menit..." keluh Hikaru ketika Kaoru berjalan keluar.
"Dasar tidak sabaran..." dengus Kaoru, ia lalu menyodorkan kebatang cokelat pada Hikaru, "Ini bagianmu,"
"Sudah kubilang aku tidak suka cokelat!" tolak Hikaru.
"Kalau begitu kusimpan saja lagi..." ucap Kaoru sambil memasukkan coklat itu ke saku roknya.
Ketika mereka berdua hendak beranjak pergi, mereka melihat dua anak kecil, laki-laki dan perempuan, yang keluar dari toko sambil membawa dua batang cokelat.
"Kak, kenapa kakak hanya membeli dua batang cokelat?" tanya anak perempuan yang lebih kecil.
"Itu karena uang kita hanya cukup untuk membeli dua batang cokelat Yuki..." jawab kakak laki-lakinya.
"Tapi kenapa kakak tidak memilih cokelat yang lebih murah, sehingga kita bisa membeli tiga!"
Sang kakak tersenyum, "Bukankah itu cokelat yang kau inginkan? cokelat terenak dari toko ini, dan Riku juga menginginkannya." Kaoru melirik cokelat yang mereka beli, cokelat yang sama dengan yang ia beli, cokelat termahal di toko itu.
"Ini bagianmu dan Riku." kata sang kakak sambil menyerahkan cokelat itu ke adiknya. "Aku bisa makan kapan-kapan."
"Tapi..." Sang adik merasa ragu, lalu sejenak kemudian, ia kembali tersenyum, "kalau begitu aku akan membagi bagianku dengan kakak."
"Tidak perlu, makanlah semuanya." tolak sang kakak. Namun adiknya terus memaksa. Akhirnya Kaoru mendatangi mereka berdua.
"Hei, kalian ingin cokelat kan? kalau begitu, ini untuk kalian." ucap Kaoru sambil menyodorkan sisa cokelatnya. Kedua anak itu menatapnya ragu.
Kaoru sadar kedua anak ini ragu-ragu menerima pemberiannya, jadi dia mencoba mengakrabkan diri, "Ngomong-ngomong...cokelat itu untuk siapa?" tanyanya.
"Untuk kami, sebenarnya kami ingin membeli tiga...tapi uang kami tidak cukup," jelas sang kakak.
"Begitu, kalian tiga bersaudara ya..."
tanya Kaoru lagi. Kedua anak itu mengangguk.
"Kalau begitu ini," Kaoru kembali menyodorkan cokelatnya, "...untuk adik kalian."
Akhirnya kedua anak itu mau menerimanya, "Terima kasih, kak," kata sang kakak malu-malu.
"Sama-sama." Kaoru tersenyum, "Perkenalkan, aku Kaoru, kalian siapa?"
"Namaku Yuki, dan ini kakakku Haru." Sang adik memperkenalkan diri. Kakaknya mengangguk.
"Nah, karena kita sudah saling kenal, bagaimana kalau kalian mengajak kami ke rumah kalian?" tanya Kaoru.
Kedua anak itu tampak terkejut, "Tapi..."
"Sudahlah..." potong Kaoru, "...kenalkan aku pada adik kalian, oke?" kedua anak itu saling berpandangan, kemudian mengangguk.
"Nah, Tuan Tidak Sabaran, mau sampai kapan kau diam disitu? nanti kutinggal lho..." ucap Kaoru sambil menoleh ke arah Hikaru.
"Tung...hei, itu kata-kataku!" seru Hikaru.
"Oh ya, itu kakakku Hikaru, kami saudara kembar." kata Kaoru pada teman barunya.
"Apa aku harus ikut?" keluh Hikaru sebal.
"Ayolah, besok sudah libur musim panas, kenapa kita tidak bersenang-senang sedikit?" Kaoru menarik tangan saudaranya, "Ayo!" katanya pada Yuki dan kakaknya.
***
Mereka tiba di sebuah rumah kecil. Kaoru terkesiap melihat rumah milik tiga bersaudara ini. Cat dindingnya terkelupas di sana-sini. Seorang anak laki-laki berumur sekitar lima tahun duduk di teras rumah.
"Kak Yuki! Kak Haru!" Anak itu berlari menghampiri kedua kakaknya, "Kakak beli yang kuinginkan kan?"
"Tentu, ini untukmu, Riku." kata Haru sambil memberikan sebatang cokelat. Anak itu bersorak gembira, "Asyiiik! terima kasih kak!"
Yuki mempersilahkan Hikaru dan Kaoru untuk masuk. Di rumah itu tidak ada siapa pun selain tiga bersaudara itu, dan perabotannya sangat sederhana.
"Orangtua kalian dimana?" tanya Kaoru.
"Ibu sedang bekerja dan baru akan kembali menjelang malam." jelas Haru. "Selalu begitu setiap hari, Ibu bekerja keras untuk kami bertiga,"
"Dan ayah kalian?"
Haru tidak menjawab. Namun, Kaoru bisa melihat kesedihan di mata bocah berusia sepuluh tahun tersebut, ia tahu, pasti terjadi sesuatu pada ayah bocah itu.
"Maaf..." desahnya pelan.
"Ayah meninggal setahun yang lalu karena sakit..." desis Haru pelan. Kaoru sedikit terkesiap, dia menepuk pelan kepala Haru untuk menenangkannya.
"Aku ingin membantu Ibu berkerja, tapi Ibu selalu melarangku karena aku masih kecil." Suara Haru sedikit tercekat, "..yang bisa kulakukan cuma menjaga adik-adikku setiap pulang sekolah, jika aku bisa melakukan hal lain..."
"Kau sudah melakukan apa yang kau bisa kan? itu bagus." ucap Kaoru, berusaha menghibur. "Sekarang makan cokelatmu, kau akan merasa lebih baik setelah memakannya.
Haru tersenyum kecil, ia membuka bungkus cokelatnya dan memakannya, "Terima kasih kak," katanya.
"Kau suka kan?" tanya Kaoru.
Haru mengangguk, "Aku suka cokelat, adik-adikku dan Ibu juga, aku harap kelak aku bisa memberikan cokelat terenak untuk mereka semua."
"Tentu, kau pasti bisa!" seru Kaoru. Gadis itu melihat jam, "Sudah sore, ini waktunya kami pulang."
"Kapan-kapan datang lagi ya kak!" seru Yuki bersemangat. Kaoru mengangguk.
"Daaah kakak, dan terima kasih sudah berkunjung..." seru Yuki riang ketika kedua tamunya telah keluar dari halaman rumahnya. Kaoru membalas dengan lambaian.
"Haah, akhirnya bisa pulang juga..." ucap Hikaru lega, "..bagaimana mungkin aku bisa menghabiskan waktuku dengan menemani Nona Cerewet ini jalan-jalan..." Hikaru melirik kembarannya, biasanya Kaoru akan marah jika Hikaru sudah meledeknya begitu, namun kali ini, gadis itu lebih banyak diam.
"Kenapa?" tanya Hikaru.
"Bukan apa-apa..." desah Kaoru, namun Hikaru tahu, Kaoru masih memikirkan Haru dan adik-adiknya.
"Hikaru..."
"Apa?"
Kaoru berpikir sebentar, "Menurutmu...jika aku memberi mereka cokelat lagi, apa mereka akan senang?"
"Sudah pasti," jawab Hikaru, "Tapi, kenapa kau tidak mencoba memberi sesuatu yang lain?"
Kaoru menggeleng, "Tidak, aku ingin memberi cokelat pada mereka, yah...sebagai...tanda persahabatan."
"Nah, kurasa...besok aku akan beli cokelat untuk mereka semua." cetus Kaoru.
"Cokelat batang biasa seperti tadi?"
"Tentu saja! kenapa memangnya?"
"Kau ini bodoh ya.." cetus Hikaru. Namun, sebelum Kaoru sempat memprotes omongannya, dia melanjutkan, "Kau pandai memasak kan, jadi kenapa kau tidak coba membuat cokelat sendiri?"
Kaoru terdiam, "Apa...buat sendiri?"
"Yah, ini cuma saranku sih...tapi biasanya sebuah hadiah akan lebih berkesan jika itu buatan sendiri."
Kaoru tampak sangat senang, "Benar! kau jenius Hikaru!" Dia hampir saja melompat memeluk saudaranya jika Hikaru tidak menghindar.
"Oke, hentikan itu, sekarang kita pulang." ucap Hikaru. Dan dua bersaudara itu pun pulang ke rumah mereka.
***
Kaoru sangat bersemangat siang ini, dia baru saja kembali dari minimarket sehabis membeli bahan untuk membuat kue cokelat. Kaoru menumpuk semua bahan itu di meja dapur.
"Heeh, kau benar-benar serius membuatnya ya?" cetus Hikaru ketika memasuki dapur.
Kaoru mengangguk bersemangat, "Ya! aku akan berikan kue cokelat bikinanku pada mereka,"
Bau harum khas kue cokelat menguar memenuhi ruangan. Kaoru mengeluarkan kuenya dari oven, kue itu tampak sangat lezat. Kaoru memotong kue itu sedikit dan memberikan potongannya pada Hikaru, dia juga mengambil potongan untuk dirinya sendiri.
"Ini enak! menurutmu bagaimana?" tanya Kaoru.
"Yah, aku tidak terlalu suka makanan manis sih..." ucap Hikaru, "...tapi kurasa sudah cukup asalkan kau tidak keliru memasukkan garam ke dalam kuemu."
"Memangnya aku pernah melakukannya?" dengus Kaoru agak kesal.
"Mana kutahu, cepat potong dan bungkus kuemu, kau tak ingin kuenya jadi dingin dan tak enak kan?" ucap Hikaru.
"Oh iya," Kaoru segera memotong-motong kue itu.
Kini, kue cokelat Kaoru sudah terbungkus rapi. dan siap dibawa ke tempat Haru dan adik-adiknya. Dua bersaudara itu pun pergi untuk mengantar kue itu.
Mereka sampai di depan rumah kecil nan sederhana itu. Seorang gadis kecil sedang bermain bersama adik laki-lakinya di teras rumah. Begitu melihat Kaoru, gadis itu langsung berlari menyongsongnya.
"Kakak..." Yuki memeluk Kaoru erat. Ia senang sekali Kaoru kembali mengunjunginya.
"Apa kabar Yuki, ngomong-ngomong...dimana Kakakmu?" tanya Kaoru.
"Kakak di dalam, akan kupanggilkan, masuklah kak!" Setelah berkata begitu, Yuki segera berlari masuk ke dalam rumahnya. Kaoru pun masuk.
Ketika Haru keluar, Kaoru segera menyodorkan bungkusan yang ia bawa, "Untuk kalian," katanya.
"Apa ini?" tanya Haru bingung.
"Bukalah, aku membuatnya sendiri."
Haru membuka bungkusan itu. Dan, betapa terkejutnya dia begitu melihat kue cokelat itu. "Ini..."
Kaoru tersenyum, "Terimalah, sebagai tanda persahabatan."
Yuki dan Riku menghampiri bungkusan itu. Mereka terlihat sangat senang, mereka mengucapkan terima kasih pada Kaoru.
"Apa...tidak apa-apa, kakak memberikan kue cokelat sebesar ini pada kami?" Haru tampak ragu.
"Tak apa, lagipula, itu cokelat persahabatan."
Haru tersenyum senang, "Terima kasih."
"Sama-sama, nah sekarang kenapa tidak kau cicipi saja kuenya?" ucap Kaoru. Haru mengambil sepotong kue dan menggigitnya, "Enak!" Yuki dan Riku juga terlihat senang ketika memakan kue itu.
Kaoru sangat senang, cokelat buatannya begitu berarti untuk tiga anak kecil ini. Dan hari ini, adalah hari terindah bagi tiga bersaudara yang hidup sederhana tersebut.
***
~End~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top