4. Princess Chocolate
Genre : Humor, Fantasy, Romance
Author : Naori17
Princess Chocolate
Malam yang sangat dingin aku sendiri. Duduk di teras rumah sambil menikmati segelas cokelat panas adalah salah satu pilihan yang bagus untukku. Sambil melihat bintang-bintang di langit yang indah.
Aku duduk dengan tenang sampai seseorang menepuk pundakku dengan kasar. Aku terkejut sambil menyemburkan cokelat panas di mulutku.
"Halo bro, cokelat panas lagi ya?"
Ah suara ini. Ini pasti dia. Sahabatku yang paling menyebalkan pastinya. Sahabatku yang bernama Sebastien Alexander.
Dia duduk di sebelahku dengan santainya. Tidak melihat wajahku yang sudah sebal padanya. Aku hanya diam melihatnya sambil memegang gelasku.
"Woi kau, dari tadi diem aja, ada masalah?" tanyanya padaku tiba-tiba.
"Gak," jawabku singkat, padat, dan jelas.
"Ciee... ngambek ciee"
Aku langsung menyiram cokelat yang tersisa ke mukanya. Tapi sebenarnya kalau dipikir sayang juga cokelat itu aku buang begitu saja. Masalahnya tuh coklat limited edition yang aku beli di Paris. Tinggal satu bungkus lagi.
"Anj-"
"Luh kalo mau misuh jangan di kuping gue," aku memotong ucapannya.
"Sorry gak sengaja bro, btw gue punya kejutan buat luh."
"Apaan? Kalau kejutannya foto-foto cewek cantik gak mau gue, bisa tambah merana nih hidup," kataku.
Ok aku jelasin. Aku itu jomblo ngenes alias jones. Karena itu aku sering dibully sama teman sendiri termasuk sahabatku yang satu ini. Ya walaupun dia itu tambah ngenes dariku.
"Dasar jones..."
"Luh juga jones! Udah jones mesum lagi, tukang nyimpen foto-foto anime hentai di hp, sama fotonya artis bf."
"Itu artinya gue normal, daripada luh, suka sama cewek aja gak pernah."
Ucapan ini sukses membuatku tambah kesal padanya. Ini membuatku merasa aku ini cowok jones yang homo. Ah sudahlah, sahabatku yang satu ini memang seperti ini.
"Mati aja luh," kataku kesal.
"Haha, dasar, hmm.... btw ini buat luh," ucapnya sambil memberikan kaleng kepadaku.
Aku menerima kaleng itu. Menurutku kaleng itu sangat aneh. Luarnya sudah karatan tanpa merek. Isinya juga gak dijelaskan dalam apapun.
"Apaan nih?"
"Itu kejutannya."
"Woi apaan nih? Kejutannya jelek amat."
"Gue juga gak tahu, tadi gue lewat toko, ya tokonya rada horror sih, tapi ternyata itu toko cokelat, jadi gue mampir, terus katanya itu cokelat limited edition, gak bisa dibeli di sembarang tempat."
Cokelat limited edition? Limited edition apaan? Yang ada ini cokelat kadaluwarsa. Okay, ini memang limited edition, bungkusnya yang karatan.
"Ya ini memang menakjubkan, luh membuat gue tercengang."
"Kalau gitu dibuka dong, gue penasaran, soalnya gue gak tau isinya apaan."
"Cih, baiklah."
Aku mengeluarkan pisau tertajamku bak psikopat yang akan membunuh mangsanya. Sebastien sudah ngeri melihat aura yang muncul dari jiwaku. Aku bersiap menikamnya. Menikam kaleng karatan itu.
"Hiat!"
CTARRR
Aneh, kaleng ini tidak terbuka sedikitpun. Pisauku terpental hampir mengenai kepala Sebastien yang tidak berdosa. Dia sudah menatapku dengan tatapan tersadisnya.
"Hehe, maaf bro, gak sengaja," kataku sambil nyengir kuda.
"Maaf maaf, luh jadi orang yang hati-hati, sini biar gue yang mbuka," katanya sambil mengeluarkan silet kebanggaannya.
"Ok deh..."
Aku menyerahkan kalengku padanya. Dia mulai berusaha namun hasilnya sama saja. Bahkan tangannya sudah tersayat oleh siletnya itu.
"Nih harus diapain ya biar kebuka," katanya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kita memerlukan benda yang lebih tajam dari peralatan yang tadi kita gunakan."
"Oh pake ini aja bro!" ucapnya sambil mengeluarkan gergaji mesin yang sudah menyala.
"Eh luh dapet darimana tuh gergaji?! Luh nyolong ye?"
"Eh ini gue dapet di belakang luh kale, sekarang luh minggir, biar gue gergaji tuh kaleng."
Aku meletakkan kaleng cokelat aneh itu di lantai rumahku. Aku mundur dua langkah. Sebastien mulai beraksi. Dia mengarahkan gergajinya ke arah kaleng itu.
Tiba-tiba, dari dalam kaleng tersebut mengeluarkan cahaya. Cahaya yang sungguh menyilaukan mata. Kami memejamkan karena tidak tahan.
Aku membuka mataku. Aku sangat terkejut. Sekarang di depanku bukan lagi teras rumahku yang kumuh. Aku melihat cokelat di sekelilingku. Berbentuk sungai, danau, pohon, dan apapun itu. Ini dunia cokelat.
Aku melirik sebelahku. Tampak Sebastien yang sudah kebingungan melihatnya.
"Ini dimana ya?" tanyanya.
"Mana gue tau, gue aja gak tau apa yang terjadi."
"Selamat datang di negeri cokelat, Chocolate Land."
Suara perempuan yang terdengar imut menyambut kami. Kami menoleh ke sumber suara tersebut. Aku melihat perempuan muda yang mempunyai rambut berwarna kecokelatan. Tidak terlalu tinggi ataupun pendek. Menggunakan gaun putih. Hanya kata cantik yang bisa menggambarkan dirinya. Namun ia terlihat rapuh.
Di dalam hatiku aku merasakan perasaan yang tidak pernah aku rasakan. Jantungku serasa ingin melompat dari tempatnya. Apakah ini yang namanya cinta dari pandangan pertama?
"Siapa kau?" tanya Sebastien padanya.
"Aku adalah Princess Chocolate, Sonya Alexandra, penguasa dari Chocolate Land, panggil aku Sonya."
Kami berdua tercengang. Jadi perempuan yang terlihat rapuh ini adalah penguasa negeri ini? Sulit dipercaya.
"Aku akan mengajak kalian berdua berkeliling."
Kami berdua diajak Sonya berkeliling. Negeri ini sungguh indah, walaupun semuanya terbuat dari cokelat. Aku sangat kagum dengan negeri ini. Tapi, di sini tidak ada orang ataupun hewan sama sekali. Suasananya sepi dan mencekam. Kami bahkan diajak masuk ke istananya. Istana yang terbuat dari cokelat nan megah. Kami dipersilakan duduk di dalam dan mengobrol dengannya.
"Jadi Sonya, kau tinggal seorang diri?" tanyaku.
"Ya kurang lebih seperti itulah, hehehe."
"Berarti kau jones dong?" semprot Sebastien tiba-tiba yang membuatku tersedak. Aku merasa jones.
"Bodoh!" rutukku dalam hati.
"Jones? Apaan tuh? Apa sejenis cokelat?" tanyanya polos yang membuatku geli. Mungkin kalau dia temanku, pipinya udah kutampar dan kepalanya kujedotin di tembok biar sadar.
"Oh bukan, jones itu sebutan dari orang yang gak punya kekasih, tapi ngenes gitu, contohnya ada di sebelahku."
"Eh luh nyindir gue?"
Aku merasa tersindir. Aku tersinggung. Nih kenapa malah jadi membicarakan jones sih?
"Iya, masalahkah?"
"Oh masalah banget, apalagi luh nyindir the legend of jones kayak gue."
"Wow, si Ferdinand sudah mengakui dirinya jones! Aku tercengang bung! Ah harusnya gue bawa hp terus dijadiin video!"
"Eh Fak! Sini luh!"
"Eh jones abadi ngamuk! Kabur!"
Dia mulai berlari. Aku mengejarnya dengan penuh nafsu. Rasanya aku ingin menghajarnya. Menguliti tubuhnya. Lalu dipersembahkan kepada setan penunggu Alas Roban.
Sonya sudah cekikikan melihat tingkah memalukan dari kami berdua. Ah aku jadi sangat malu. Tidak seperti Sebastien yang masih cengar-cengir gak jelas. Tuh anak memang gak punya malu.
"Btw, bagaimana caranya kami kembali ke dunia kami?" tanyaku.
"Hmm... aku tidak tahu, untuk sementara waktu kalian menginaplah di sini sambil aku memikirkan caranya."
"Baiklah..."
Kami berdua memutuskan untuk menginap di sini untuk sementara waktu. Tapi kalau disuruh selamanya juga tidak apa-apa. Kami berdua tidur di dua kamar berbeda. Kamar untukku cukup mewah bagiku. Bahkan, menurutku ini lebih mewah daripada rumah presiden Amerika. Kalau kamar Sebastien sendiri aku tidak tahu.
***
"Ferdinand, aku mau curhat."
"Curhat apaan luh? Kalau gak bermutu mending gak gue dengerin, mending tidur deh gue."
"Eits dengerin gue dulu."
"Apaan?"
"Sebenarnya..."
"Hmmm???"
"Gue suka sama Sonya."
"What the?!"
Hatiku serasa tersayat-sayat pedang yang tak terlihat dan dirudal secara bersamaan. Sakit sekali rasanya. Jadi inikah rasanya ditikung sama sahabat sendiri?
"Kenapa luh vroh? Kaget?"
"Bukan itu!"
"Kenapa?"
"Gue argh sebenernya gue juga suka sama Sonya!" kataku terus terang.
"Eh what the?! Sejak kapan luh suka sama cewek? Luhkan homo!"
"Enak aja luh bilang gue homo! Gue normal! Gue suka sama cewek sejak gue ketemu Sonya, cinta pada pandangan pertama, pandangan pertama awal aku berjumpa," aku mulai bernyanyi dengan suara bak knalpot bocor dikasih oli.
"Heleh, dasar, gue juga suka sama Sonya sejak pertama kali ketemu."
"Eh sama!"
"Pokoknya Sonya milik gue!"
"Bukan! Dia itu milik gue!
"Dia milik gue selamanya."
Akhirnya kami rebutan wanita bak anak kecil yang rebutan permen. Sungguh hal yang memalukan. Aku menyesal melakukannya.
"Gini aja, gue tantangin luh nembak Sonya pada saat 14 Februari atau Valentine, jika dia menerima, gue relain dia buat luh, tapi jika dia nolak, luh harus relain dia buat gue."
"Ok, siapa berani! Eh siapa takut! Gue terima tantangan luh!" aku menerima tantangan darinya.
"Cih.. baiklah," katanya sambil meninggalkanku.
Sejak saat itu persahabatan kami retak hanya gara-gara satu perempuan. Ia sudah tidak mau berbicara lagi padaku. Akupun lebih fokus pada tantangannya. Aku terus berlatih menghilangkan rasa malu sambil menatikan 14 Februari yang tinggal beberapa hari lagi.
***
Hari yang dinantikan tiba. Aku sudah mengirimkan surat untuk menemuiku di Chocolate Park. Aku menulis surat dengan penuh perasaan dari hatiku yang penuh dosa ini. Semoga dia sudah membacanya.
Aku menantinya di Chocolate Park. Sudah sekitar 8 jam aku di sini tapi dia belum muncul juga. Jadi inikah perempuan? Kalau bersolek lama sekali.
Aku mulai mengantuk. Wajar saja, ini sudah jam 11 malam. Seharusnya aku sudah terlelap di kasur yang sekeras batu nisan Om Camat. Tapi, untuk hari ini saja aku rela begadang untuknya.
Tiba-tiba aku merasakan ada yang memegang pundakku. Aura-aura seram serasa berada di sekitarku. Dengan pandanganku yang kabur karena mengantuk, aku menoleh ke belakang.
"Setan!" teriakku yang membuat burung-burung terbang.
"What?! Mana setan mana?"
"Oh kamu, kukira setan," kataku terlalu terus terang.
"Cantik-cantik gini dibilang setan."
"Maaf."
"Hmm... sebenarnya ada apa kau memanggilku kemari? Dan kenapa kata-kata di suratnya lebay dan alay sekali?"
"Eh itu alay ya?"
Astaga, aku sudah menulis susah-susah dibilang lebay dan alay. Sakit sekali. Salah apa aku ini.
"Iya, banget malah, hmm.. sekarang cepat jelasin ngapain manggil aku?"
"Gini... ah gimana ya, susah bilangnya."
"Di dunia ini gak ada yang susah Fer."
"Jadi ah... bagaimana aku harus memulainya?"
"Gak tau."
"Aku sebenarnya..."
"Sebenarnya apa?"
"Aku suka sama perempuan."
"Wih... ciee ciee..."
"Dan perempuan itu adalah dirimu, wahai Sonya, yang indahnya melebihi 1000 bunga," sepertinya gombalanku gagal.
"Jadi..."
Terlihat wajah Sonya yang sudah sangat shock bercampur kaget mendengar ucapanku. Dia menatapku dengan sedih berkaca-kaca, seakan ia akan meneteskan air matanya. Aku menjadi merasa bersalah padanya.
"Kenapa? Jika kau tak suka, tolak saja aku."
"Bukan itu Ferdinand."
"Lalu?"
"Sebenarnya aku..."
Aku terdiam menantikan kata yang akan keluar dari mulutnya. Mulutku melongo nista. Mataku pedas melihatnya.
"Aku... aku.. aku juga menyukaimu."
Mendengar ini hatiku sangat damai. Tak kusangka aku akan berhasil dalam tantangan ini. Namun kata selanjutnya merubah segalanya.
"Tapi, aku tak bisa menerima cintamu," dia mulai meneteskan air matanya.
"Kenapa?"
"Karena aku mempunyai kutukan sejak lahir."
"Kutukan apa? Apa bisa dihilangkan?"
"Tidak, tidak bisa dihilangkan, kutukan mengatakan bahwa seorang Princess Chocolate menyukai seseorang, dan seseorang itu juga menyukainya, lalu ada yang menyatakan cinta diantara mereka, maka Princess Chocolate akan menghilang untuk selamanya."
"Apa?!"
"Lagipula jika aku tetap di sini maka kau dan Sebastien tidak akan bisa kembali ke dunia manusia, dan persahabatan kalian hancur, aku tidak ingin hal itu terjadi."
Aku tertegun melihatnya. Tak kusadari mataku menitikkan air mata buaya. Ini pertama kalinya aku menangis untuk wanita yang merepotkan.
"Oh ya, aku menyiapkan kenang-kenangan untukmu."
Dia mengeluarkan sesuatu dari kantungnya. Aku sangat penasaran. Dan ternyata sesuatu itu adalah kaleng karatan aneh yang diberikan Sebastien padaku. Kenang-kenangan macam apa ini? Ya tapi aku tetap menerima hal yang disebut 'kenang-kenangan' ini.
"Selamat tinggal Ferdinand, terima kasih untuk semuanya."
Perlahan-lahan tubuhnya menghilang menjadi serpihan-serpihan kecil seperti debu. Aku tak bisa mencegahnya. Semakin lama tubuhnya hilang sepenuhnya. Terbang di langit malam yang redup. Aku menangis bak anak ayam kehilangan induknya.
Hujan turun membasahi bumi. Hujan mengiringi tangisku. Aku terlalu lelah dan akhirnya pingsan saat diguyur hujan.
***
BYURRR...
"Bangun! Ini sudah pagi!"
Wajahku basah. Aku merasakan ada yang menyiramku dengan air. Aku membuka mataku. Di depanku sudah ada ibuku yang galak menampakkan ekspresi marah. Di sampingku, Sebastien sudah ketakutan.
"Kalian berdua ngapain tidur di teras?"
"Anu Mak, eh Ma, tadi malam ketiduran," jawabku dengan wajah sangat tak berdosa yang membuat ibuku jijik.
"Dasar bodoh! Untung ini Minggu," ucapnya sambil masuk ke dalam rumah.
"Eh tumben Ma, marahnya gak lama."
"Anak gak tahu diuntung! Mau nambah?!"
"Eh ampun Ma, gak jadi deh."
Ibuku lanjut masuk ke dalam rumah sambil misuh-misuh gak jelas. Aku melihat sekelilingku. Aku menemukan kaleng karatan tanpa celah di sampingku dan membawanya masuk. Sebastienpun pamit pulang kepadaku.
***
Hari Senin. Membosankan sekali, sekolah. Sekolah bagiku hanya mendengarkan omelan guru. Namun hari ini ada yang berbeda, ada murid baru yang masuk ke kelasku. Aku seperti pernah melihatnya.
"Silahkan memperkenalkan diri."
"Namaku Sonya Alexandra."
Apa? Dia? Kenapa ada di sini?
TAMAT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top