8 - Perseteruan Tidak Sehat
Hari-hari berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, tahun baru pun tiba. Mulanya, single baru Starlight kurang diterima pasaran. Namun, setelah dua minggu berlalu, perlahan popularitasnya merangkak naik. Pagi hari di tanggal tiga belas Februari, Kaito datang membawa kabar gembira. Lagu baru mereka berhasil memuncaki tangga lagu populer di sebuah aplikasi streaming terkenal!
“Aku sangat bangga pada kalian, anak-anak.” Kaito tersenyum. “Kalian sudah bekerja keras. Jadi, sekarang, kalian berhak istirahat. Mari jalan-jalan keliling Asakusa! Khusus hari ini, kalian boleh jajan apa saja!”
“Wah, asyik!” seru Akane girang. Para anggota Starlight pun berebut masuk ke dalam van. Namun, Arisu bergeming. Gadis itu berdiri diam di pelataran kantor. Sesekali ia mengecek jam tangannya.
“Alice-chan! Kau tidak ikut? Jarang-jarang kita bisa punya waktu luang sebanyak ini!” Haruhi melambai dari kursi belakang. “Ayolah, sudah berbulan-bulan kita tidak tamasya!”
“Maaf aku tidak bisa ikut kali ini. Aku sudah ada janji,” jawab Arisu buru-buru. “Kapan-kapan saja kita hangout sama-sama, ya!”
“Tidakkah kau merasa kalau kau terlalu sering berkegiatan sendirian sekarang?” Sekonyong-konyong Chika berujar tajam. “Kau sudah membintangi iklan tanpa kami. Kau juga satu-satunya yang terpilih menjadi brand ambassador Kenzo. Series-mu sedang dalam proses produksi. Mengapa tidak sekalian saja kau mengumumkan graduate dan pergi meninggalkan kami? Ah, benar, kau masih membutuhkan nama Starlight untuk mendongkrak popularitasmu.”
Oh, sialan. Seketika wajah Arisu menegang. Ia menatap Chika lekat-lekat. Ekspresi wajahnya penuh tantangan. Ia yakin Chika iri karena tidak kunjung mendapatkan panggilan syuting meski sudah bolak-balik mengikuti casting. Tentu bukan salah Arisu kalau Chika memang tidak berbakat, kan?
“Hentikan, Chika-chan!” seru Megumi dari dalam mobil. Namun, Chika telanjur emosi. Gadis berambut pendek itu meninggalkan sisi mobil, lalu mendatangi Arisu. Ia baru berhenti waktu jarak antara mereka tinggal kurang dari lima puluh sentimeter.
“Lalu?” tanya Arisu. Suaranya ringan, tetapi mengandung ancaman. “Orang lain juga punya kesibukan sendiri-sendiri di luar Starlight. Tidak bolehkah aku melakukan hal yang sama?”
“Alice-chan, tidak perlu dianggap—” Haruhi berlari-lari kecil menghampiri Arisu. Ia berusaha menarik lengan Arisu, tetapi gadis itu menyentakkan pegangannya dengan kasar. Tanpa menoleh, Arisu berbisik menyuruhnya kembali ke mobil. Sempat Haruhi hendak memprotes, tetapi akhirnya gadis itu berbalik ke mobil.
“Kau lupa siapa yang mengajakmu mengikuti audisi Starlight? Kau lupa siapa yang membantumu waktu Starlight baru berdiri? Dulu kaubilang Starlight akan maju bersama-sama sebagai sebuah grup. Namun, apa buktinya? Pada akhirnya, kau toh tidak peduli pada kami.” Chika berdecih.
Tangan Arisu mengepal. Hampir saja ia meninju pipi Chika. Untungnya, ia segera ingat bahwa ia sedang berada dalam raga Alice. Ia sendiri tak mengerti dari mana datangnya keberaniannya. Sebelumnya ia tak pernah berani membantah, apalagi memukul siapa pun. Sungguh, ia telah mencintai Alice lebih daripada dirinya sendiri.
“Kalau itu alasanmu marah kepadaku, kau juga harus marah ketika Hana menghadiri pemotretan-pemotretan modelingnya. Kau juga harus marah ketika Akari meninggalkan kita untuk mengikuti kelas bahasa Inggris dan Italia sebagai persiapan kuliah. Akuilah, kau hanya iri karena kau belum pernah lolos casting. Maaf, aku benar-benar harus pergi sekarang,” sahut Arisu kaku. Sebelum Chika sempat menyahut, Arisu buru-buru masuk kembali ke gedung. Sepatu bersol tebal yang ia kenakan bergema nyaring di lantai agensi.
Perang dingin Chika dan Arisu berlanjut. Sewaktu Arisu datang ke kantor agensi keesokan harinya, beberapa staf dan talent menatapnya sambil berbisik-bisik. Beberapa orang, yang sampai kemarin masih ramah kepadanya, kini bersikap canggung. Tentu saja ia keheranan. Suasana canggung makin menekan ketika ia memasuki ruangan latihan Starlight. Hanya Haruhi dan Megumi yang menyapanya. Chika terang-terangan membuang muka, sedangkan Hana dan Akari pura-pura sibuk melakukan pemanasan.
“Hm?” Arisu melempar tatapan penuh tanya. Megumi langsung menarik tangannya, lalu membawanya ke toilet perempuan di ujung lantai tiga, yang memang terkenal sepi karena letaknya agak tersembunyi. Gadis itu langsung bertanya, mengabaikan ekspresi ketidaknyamanan Arisu terhadap gelapnya pencahayaan.
“Alice-chan, apa benar Chika-chan yang memperkenalkanmu pada dunia idol dan mengajarimu sebelum audisi? Ia bilang kalian dulu sahabat karib, dan ia bahkan mengizinkanmu memakai koreografi dance yang ia ciptakan untuk audisi Starlight. Ia mengatakan hal ini pada semua orang yang mengetahui pertengkaran kalian kemarin,” ujar Megumi sungguh-sungguh.
“Ali—eh—aku melakukan hal itu?” Nyaris saja Arisu salah bicara lantaran terkejut. Entah Chika berkata jujur atau bohong, sisi Alice yang ini sama sekali belum pernah terungkap ke media. Di saat demikian, Arisu mensyukuri ilmu dari kelas akting yang membuatnya bisa dengan cepat menguasai diri. Dengan tegas ia menjawab, “Tidak, itu tidak benar. Ia cuma mengarang cerita.”
“Baiklah kalau kau berkata begitu,” sahut Megumi gelisah. “Dengar, aku tidak tahu apa yang terjadi antara kalian berdua sebelum bergabung ke Starlight. Aku cuma mengkhawatirkan reputasimu. Lagipula, Alice-chan, sejujurnya aku merasa sikapmu agak berubah semenjak konser di Yokohama.”
“Kurasa aku hanya agak stres akhir-akhir ini.” Arisu memasang senyum palsu. Ia menepuk-nepuk bahu Megumi. “Tenang saja, Megumi-chan, ini cuma pertengkaran antar teman biasa. Aku berjanji takkan meninggalkan Starlight dalam waktu dekat.”
Pada malam hari, sesampainya di apartemen, Arisu langsung membanting pintu. Ia lemparkan tas dan aksesorisnya serampangan ke kasur. Ah, terkutuklah orang yang berani menghina Alice untuk selama-lamanya! Andai Arisu tidak takut pada hukum dan penjara, ketika Chika berbicara tadi siang, barangkali sudah ia hantamkan kepala gadis itu ke lantai.
“Dasar perempuan gila!” Arisu membanting bantalnya ke dinding. Belum puas, ia melayangkan tinju berkali-kali ke bantal tak bersalah itu. “Aku tahu Chika memang banyak membantu Alice ketika Starlight baru debut, tetapi haruskah ia bersikap seperti itu? Dari dulu aku tahu kalau ia memang ular!”
“Lalu, kalau ia benar-benar menyebalkan, mengapa kau tidak menyingkirkannya saja?” Entah dari mana, suara si kelinci terngiang di telinga Arisu. Refleks, gadis itu melihat ke sekeliling kamarnya. Namun, ia tidak melihat siapa pun. Hanya tirai tipis pelapis jendela kamarnya yang berkibar pelan, bak hantu yang melambai-lambai. Perlahan, Arisu mendekati tirai itu. Entah sejak kapan, jendela kamarnya sudah terbuka. Padahal, ia yakin telah mengunci seluruh jendela sebelum mandi tadi. Tiba-tiba saja bulu kuduk gadis itu berdiri.
“Tuan Kelinci?” Ia melongok ke luar. Taman apartemen sudah sepi. Salah satu lampu taman berkedip-kedip. Seorang lelaki berdiri di bawah lampu itu. Arisu tidak bisa melihat wajahnya. Selagi Arisu mengamat-amati, tiba-tiba lelaki itu mendongak. Mata mereka beradu pandang selama beberapa detik, lalu lelaki itu segera berlalu. Entah mengapa, Arisu merasa pernah melihat lelaki itu sebelumnya.
Sial, ini mulai menakutkan. Arisu cepat-cepat mengunci jendela dan menarik tirai hingga tertutup. Lalu, ia mundur perlahan. Tangannya meraba-raba ke belakang. Ia menghela napas lega waktu ujung jarinya menyentuh seprai yang lembut. Beberapa saat lamanya ia duduk merenung di tepian kasur.
Pasti Tuan Kelinci tadi kemari, tetapi aku tidak melihatnya. Pasti ia baru saja memberiku pesan. Arisu merenung. Orang tadi mungkin cuma tetanggaku yang kebetulan berjalan-jalan.
Arisu menggeleng. Ia keluar kamar dan menuang segelas susu cokelat untuk dirinya sendiri. Ia putuskan untuk tidak memikirkan kejadian aneh dan lelaki misterius itu terlalu banyak. Ia masih harus mengurus persoalan Chika sebelum gadis itu menyebarkan gosip buruk tentang Alice ke media.
“Benar juga, gadis brengsek itu menggunakan hal-hal yang tidak diketahui publik tentang Alice untuk menyerang. Karena tidak ada yang bisa membuktikan kebenaran perkataannya, mengapa aku tidak melakukan hal yang sama?” Seulas senyum licik muncul di bibir Arisu. “Dengan Queen of Hearts, orang-orang pasti akan memihakku.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top