Wizard of the Volcano

Aku menatap kearah gunung berapi yang dapat kulihat dari jarak yang jauh. Rambut pirangku bergoyang goyang, daun – daun berterbangan bersama angin. Aku mengenutup kepalaku menggunakan tudung kepala.

"Lama tidak berjumpa," ucapku sambil menggenggam erat kalungku.

*

Seorang gadis mengumpulkan beberapa buah apel yang baru dipetik di kebun, liburan musim panas bulan ini dia habiskan untuk memetik buah apel dan juga buah mangga. Desa ini awalnya agak asing baginya, namun lama – kelamaan ia biasa juga, ia pergi ke desa nenek dan kakeknya yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Vega menggigit salah satu apel, dan kedua tangannya yang lain mengangkat keranjang buah.

Saat perjalanan pulang ia kembali melihat anak lelaki itu, anak lelaki yang akhir – akhir ini terlihat bolak balik membawa setumpuk buku.

Vega mempercepat langkah kakinya, mensejajarkan dirinya dengan anak itu.

"mhmmmhmhmh" Vega berusaha untuk menyapa namun ia lupa dengan apel yang ada di mulutnya.

"Hah? Kalau bicara jangan sambil makan," katanya sambil mengambil apel di mulut Vega lalu memakannya. Hari ini dia hanya membawa tiga buku, lebih sedikit dari hari kemarin.

"Namaku Vega, namamu siapa?" kata Vega, meski mereka sering kali berpapasan namun baru kali ini mereka berbicara.

"Cyrus, kau cucu kakek Shinjin kan?" kata Cyrus, Vega mengangguk.

"Kau selalu membawa buku kemana – mana, apa kau tidak mendapat liburan musim panas?" tanya Vega, gadis 9 tahun itu memandang tiga buku berdebu yang dipegang Cyrus.

"Tentu saja, tapi aku punya rencana lain untuk liburan kali ini," kata Cyrus

"Apa itu? Membaca buku?" tanya Vega

"Rahasia, akan kujelaskan lain kali dah!" kata Cyrus berbelok ke jalan setapak yang lain.

*

Mulai saat itu mereka berdua sering mengobrol dan menghabiskan waktu bersama, selesai memetik buah atau mengurusi kebun, Vega membawa beberapa apel untuk dirinya dan Cyrus yang sering duduk di bawah pohon, diatas sebuah bukit kecil di dekat desanya.

"Kau terlihat serius sekali, kau sedang membaca buku apa?" tanya Vega sambil mengambil salah satu buku dan membacanya.

"Aku mau jadi penyihir," ucap Cyrus

"Hah?" ucap Vega

"Aku akan menjadi penyihir, untuk itulah aku mempelajari semua buku ini," kata Cyrus, Vega menatap buku tentang beberapa latar belakang penyihir dunia itu.

"Wow! Hebat!" kata Vega, "Kenapa kau tidak sekolah di sekolah sihir saja?"

Cyrus memandang kearah gunung yang berdiri tegak di utara,

"Pertama-tama aku harus punya sebuah pegangan, aku harus punya kekuatan." Kata Cyrus.

Vega mengangguk angguk mengerti,

"Aku juga sekolah di sekolah penyihir," kataku

"Oh ya? benarkah?" kata Cyrus

"Tentu! Nanti kalau kau mau sekolah, kau bersekolah saja di tempatku!" kata Vega

"Baiklah!" kata Cyrus

"Janji?"

"Janji!"

*

"Aku dengar ada sebuah berlian yang bisa membuat kita memakai sihir dengan mudah! Hanya dengan meletakkannya di tanganmu." kata Cyrus pada Vega saat mereka bertemu pagi berikutnya.

"Benarkah?" tanya Vega

"Tentu! Berlian itu ada di dalam gunung berapi dan dijaga oleh seekor naga!" jawab Cyrus mantap.

Vega sedikit tertawa,

"Itu terdengar seperti cerita dongeng,"

"Aku serius, jadi maukah kau membantuku mencarinya?"

"Eh?!!"

Vega terkejut, namun ia mengiyakan ajakan Cyrus.

"Jadi kapan kita akan berangkat?"

"Hari ini!" kata Cyrus

*

Vega mulai menyiapkan beberapa perlengkapan untuk mendaki, dia memasukkan beberapa apel.

"Kau akan pergi kemana?" tanya sang nenek

"Jalan – jalan." Jawab Vega lalu menggandong tasnya, rambut pirang pendeknya bergoyang goyang saat dia bercermin, melihat bayangannya.

"Hati – hati ya."

"Baik nek~" kata Vega

Gadis itu lalu menemui Cyrus di bawah pohon dekat perbatasan desa, anak itu membawa sebuah tas yang lebih basar dari Vega.

Gadis itu menahan tawa saat melihat penampilan Cyrus yang memakai helm, dia terlihat lucu!

"Kenapa kau tertawa?" tanya Cyrus saat melihat Vega terus tertawa di perjalanan.

"Topimu lucu!" jawab Vega.

Cyrus menyentuh helmnya, dan memperbaiki letaknya.

"Bukankah itu kebesaran?" tanya Vega

"Ini milik Ayahku," jawab Cyrus.

Berbeda dengan Vega yang menganggap perjalanan ini sebagai ajang rekreasi, Cyrus menganggap perjalanan ini serius.

"Bagaimana caranya melewatinya?" tanya Cyrus saat mereka menemukan sebuah genangan lumpur yang cukup besar.

"Aku pernah melihat gambarnya di buku, itu sejenis lumpur hisap." jawab Vega

Mereka melihat sekeliling untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk melewatinya. Cyrus lalu naik ke salah satu pohon.

"Ayo naik! Kita akan menggunakan ini!" kata Cyrus sambil memegang akar pohon,

Vega menurutinya dan naik, di dahan pohon yang besar itu mereka bersiap siap untuk melompat menggunakan akar.

"Hanya ada satu, pegangan yang kuat." Kata Cyrus, Vega memegang erat akar itu.

"Baiklah ini dia!"

Mereka lalu berayun melewati genangan lumpur itu.

"Kya!!!!" teriak Vega.

"Lepaskan!" kata Cyrus, Vega melepaskan pegangannya, mereka mendarat dengan tidak mulus. Vega mengelus pantatnya yang sakit, sedangkan Cyrus nyungsep di semak – semak.

Ternyata gunungnya tidak jauh ya, batin Vega saat mereka sudah dekat dengan kaki gunung.

Mereka lalu mendaki gunung itu, cukup berat hingga mereka beristirahat sesekali.

"Kenapa kau ingin mendapatkan berlian itu?" tanya Vega saat mereka sedang duduk memandang kearah matahari yang mulai terbenam.

Mata Cyrus memandang jauh, seperti memikirkan sesuatu. Vega menunggu jawabannya.

"Karna aku ingin menjadi kuat, aku ingin melindungi semuanya."

"Melindungi semuanya?"

"Orang – orang yang kusayangi, aku tidak ingin mereka pergi lagi. Orang tuaku meninggal tahun lalu, karena bandit – bandit itu."

"Maaf," kata Vega

"Tak Apa," kata Cyrus sambil bangun

"Aku akan membantumu sekuat tenagaku!," kata Vega sambil berdiri, entah mengapa dia merasa semangat. Cyrus memandang Vega, semangat itu meningkat beberapa kali lipat.

*

Mereka masuk ke dalam gunung merapi lewat sebuah gua yang gelap. Panas dari magma gunung membuat mereka sedikit gerah.

Vega terkesima dengan pemandangan di depannya, seumur hidupnya dia tidak pernah melihat isi dari gunung berapi.

Sebuah bayangan besar muncul, meraung membuat keduanya terkejut.

Seekor naga terbang kearah mereka, Cyrus segera menyalakan pematik apinya, menarik perhatian si Naga.

"Sebelah sini!" teriaknya,

Dalam kepanikkan Vega mencari berlian itu.

[Disana!]

Vega segera mengambil berlian yang berkilau diantara api magma yang menjalar.

Dia memagangnya, mengangkat berlian itu keatas.

"Bakar si Naga!" Teriaknya

Keajaiban pun terjadi, Naga itu mulai terbakar dan jatuh ke dalam magma, Vega terkejut menyadari kalau Cyrus berada di dalam mulut si naga.

Jadi gadis itu kembali berteriak.

"Ubahlah Cyrus menjadi berlian! Agar dia tidak terbakar oleh magma!"

Cahaya menyilaukan membuat Vega menutup matanya. Gadis itu lalu menatap ke dalam magma yang ada di sana.

"Aku akan menyelamatkanmu ketika aku menjadi penyihir yang benar – benar hebat!" tekad Vega.

*

Aku menatap buah apel yang kita sering kita makan bersama,

"Hari ini, Aku akan menyelamatkanmu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top