11. Otanjoubi Omedetou

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto Canon Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Hening, suasana ruang sidang desa yang berada dalam kantor Hokage itu benar-benar hening. Setelah mantan sensei tim tujuh memutuskan sanksi berat pada dua orang pahlawan yang telah membebaskan desa ini, dari genjutsu panjang sang puteri kelinci.

Sasuke ia terdiam, mencoba merenungi apa yang baru saja di ucapkan pria bermasker yang ia anggap seperti ayahnya sendiri. Pernikahannya dengan Sakura adalah genjutsunya sendiri. Benarkah ia tak pernah kembali untuk memenuhi janjinya pada gadis musim semi yang selalu menantinya.

Sementara sang Hokage yang tak lama lagi akan kehilangan jabatannya ini, ia mengangkat kepala pirangnya. Menatap sang pemilik helaian indigo yang ia yakini adalah teman hidupnya, kakinya melangkah menuju sang Byakugan no Hime yang berdiri di samping sang pria bulan.

Tangannya terulur meraih tangan putih Hinata, safir birunya menatap mutiara keunguan meneduhkan milik istri sejatinya.
"Maaf...., mungkin aku sudah mengabaikan perasaanmu bertahun-tahun. Aku tahu ini terlambat. Tapi izinkan aku mengatakannya..., Hinata, aku mencintaimu..."

Tangis harupun pecah. Hinata masuk kedalam pelukan sang Nanadaime Hokage. Naruto membalas pelukan Hinata tanpa memandang Toneri yang ia ketahui adalah suami Hinata.

Naruto melerai pelukan penuh tangis yang hanya sekejap itu. Tangannya menangkup pipi putih gembul yang kemerahan bak buah persik. "Lupakan aku..., berbahagialah dengan hidupmu.."

Hinata menggeleng cepat. Seketika Naruto tekekeh pelan. "Kau ingat saat kita bertemu di tengah turun salju, saat itu kau lari dari pemakaman Hizashi Ji-san, aku ingin mengantarmu pulang tapi kau menggeleng seperti ini, maaf Hime, aku tak bisa seperti saat itu, menarikmu dan mengantarkanmu kerumah, sekarang aku tak bisa mengantarkanmu menuju kebahagiaanmu, berbahagialah bersama Toneri. Aku akan pergi dari desa, aku tak sanggup melihat kebahagiaan mu bersama orang lain, tapi tak perlu khawatir aku akan berbahagia, bukankah aku selalu hidup sendiri, hmmm." Tangan kanan yang terbalut perban putih itu menghapus lembut air mata bening yang mengalir di pipi putih Hinata.

Pipi tannya juga sudah dibasahi air mata. "Teme, ayo pergi..., aku tak mau terus menyesali kebodohanku disini." Ia berjalan mundur menjauhi tubuh mungil Hinata.

Baru saja sang Nanadaime akan melepas jubah kebesarannya. Tiba-tiba suara memekakan menguar di telinganya.

"BAKA!!!!!"

"DOBEEE!!!!"

Sepasang suami istri Uchiha itu berteriak kencang. Berusaha menghentikan tindakan bodoh Hokage mereka. Sasuke sudah bersiaga untuk menggunakan Susano'onya. Sementara Sakura sang istri sudah siap dengan kuda-kuda Shanaronya.

"Hentikan permainan bodoh ini!, atau Konoha harus berhutang pada desa lain untuk membangun kembali gedung Hokagenya!" Ancam Sakura.

Oh ayolah, siapa yang tidak takut dengan ancaman Uchiha merah jambu ini. Dia saja sudah pernah menghancurkan rumahnya sendiri. Bukan tidak mungkin ia juga akan menghancurkan gedung pusat pemerintahan Konoha ini.

Tsunade, memberikan kode mata pada Kakashi untuk menghentikan sandiwaranya. Dan Hokage keenam ini tentu sangat hafal kemampuan murid perempuan satu-satunya ini dalam menghancurkan.

"Anbu!!! Hentikan mereka..!" Teriak Kakashi.

Sasuke dan Sakura sudah memasang kuda-kuda, sementara Naruto ia hanya menatap kosong Hinata sambil mengelus helaian indigo itu, dan terus berujar 'maaf...maaf dan maaf' Kepala keluarga Uzumaki ini sudah menyerupai orang deperesi yang kehilangan arah hidup.

Pintu ruang sidang itu bergerak. Sasuke dan Sakura sudah siap menghajar para Anbu yang akan menghalangi mereka.

Tapi yang muncul dari balik pintu itu adalah sekelompok anak kecil yang tengah bernyanyi selamat ulang tahun untuk sang Hokage.

Himawari, ada di barisan paling depan dengan membawa kue ulang tahun, di belakangnya ada Boruto, Sarada, Mitsuki, Sumire, Chochou, Shikadai, Inojin dan Metal Lee yang ikut bernyanyi.

"Otanjoubi Omedetou...."

Kepala kuning itu tertoleh kearah samping. Ia kebingungan. Kemudia menoleh kearah Hinata yang tangisnya kini berubah menjadi tangis haru.

"Otanjoubi Omedetou Anata...., Gomenasai..." Cicit Hinata lembut.

Naruto menatap penuh tanda tanya sang guru yang bangkit dari kursi kebesaran yang harusnya ia duduki.

Kakashi tersenyum.

"Selamat ulang tahun Naruto.." Kakashi, menarik paksa tangan Naruto bersalaman lalu memeluk dan menepuk punggungnya.

"A...a...ada apa ini???" Tanya Naruto tergagap.

"Kami sengaja memberikan kejutan ini untuk, Nanadaime-sama..." Sai menghampiri Naruto disertai senyuman tanpa dosanya.

"Apa maksudnya ini, aku dan Sakura-chan..., Hinata dengan Toneri ?" Naruto menoleh kekanan dan kiri kebingungan.

"Semua itu adalah rencana sahabat tercintamu ini." Sela Shikamaru sambil menunjuk Sasuke.

Naruto menoleh ke arah istri indigonya. "Hime, kau, dan aku?" Naruto bergantian menunjuk bahunya dan bahu sang istri.

Hinata mengangguk lembut dan...

Greb.

Dalam sekali tarikan tubuh mungil ibu dua anak itu masuk dalam dekapan protektif suaminya.

"Yokatta, Yokatta, Hontou ni arigatou Kami-sama... " Naruto tak henti-hentinya mengecupi kepala sang istri sambil terus mengucapkan rasa syukur. Hingga ia mulai sadar bahwa Sasuke sempat mengaku bahwa semua ini adalah permainan. Ia melerai pelukannya pada sang istri, lalu melemparkan tatapan tajamnya pada sahabat Uchihanya.

"Teme! Kau yang merencanakan semua ini?"

"Dasar Dobe! bukankah aku sudah mengatakan bahwa semua ini adalah sandiwara untuk mengerjaimu di hari ulang tahunmu." Sasuke melipat tangannya sambil membuang muka. Jujur ia masih kesal dengan permainan yang dilanjutkan oleh sang guru. Karena ia juga ikut menjadi korban.

"Kakashi-sensei kau juga terlibat?, Kami-sama kalian benar-benar bersungguh-sungguh mengerjaiku sampai mendatangkan Toneri dari bulan. Kalian tahu aku ingin mati jika harus hidup tanpa Himeku ini." Naruto kembali menarik dan memeluk posesif istrinya.

Rokudaime Hokage itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia tersenyum tipis dari balik maskernya. "Kau mulai terbawa permainan dan benar-benar menganggap Sakura istrimu, lalu Sasuke ia benar-benar pencemburu ketika kau berinteraksi dekat dengan istrinya, aku mengambil alih permainan agar kejutan mu tidak kacau."

"Kalian mengacaukan hidupku!" Naruto setengah berteriak sambil memeluk erat istrinya. "Aku tidak bisa hidup tanpa Hinata!, kalian tahu itu?"

"Lalu kau terbawa permainan dengan membelai pipi istriku!" Cecar Sasuke.

"Kau sudah tidak mencintai putriku lagi, hm?" Timpal Hiashi sambil melipat tangan dengan gaya berwibawanya.

"Hueeee, bukan begitu ttebayoooo," Naruto merengek sambil mengeluskan wajahnya ke rambut Hinata.

Ia tangkup pipi gembul Hinata, hingga ibu dari anak-anaknya itu mendongak. Safir dan mutiara itu beradu. Lalu menyandarkan kembali kepala sang istri di dada bidangnya.


"Aku mencintaimu Hime..., aku hanya tak ingin mengabaikan Sakura seperti yang kulakukan padamu, tapi demi Kami-sama..., hanya kau yang aku cintai..."

"Aku tahu itu Anata..., aku percaya padamu.... Kau hanya dalam keadaan yang membingungkan saat itu." Jawab Hinata lembut sambil menyamankan kepalanya di dada bidang sang suami.

"Bisakah kalian menghargai usaha kami..." Suara bocah pirang yang terdengar bosan itu kini mendominasi ruangan. Para orang dewasa itu sudah melupakan para anak-anak yang juga berperan dalam kejutan ini.

Safir biru Naruto memandang pada Himawari yang berada di barisan paling depan. Senyuman tersungging di bibir sang Hokage ketika melihat dua guratan di pipi sang bunga matahari. Himawari adalah puterinya. Semua itu hanya permainan. Ia dan Hinata adalah suami istri. Dan Boruto, Himawari adalah bukti cinta mereka. "Kemari nak..." Naruto berjongkok dan membuka tangannya untuk memeluk buah hatinya.

Awalnya hanya Himawari yang berlarian menghampiri sang ayah. Lalu Boruto menyusul dengan tampang malas setelah mendapat delikan dari safir biru ayahnya.

"Papa... tiup lilin kuenya...." Pinta Himawari sambil menyodorkan kue tart sederhana.

Naruto meniup satu demi satu lilin itu, diiringi tepuk tangan para sahabat dan orang yang disayanginya. "Hima yang membuatnya, nak...?" Tanya Naruto sambil mencolek krim kue itu lalu menempelkannya ke pipi putih Himawari.

"Hihihi," Himawari terkikik geli, "Mama yang membuatnya, kalau Hima yang buat nanti Tou-chan tidak mau memakannya..."

Naruto mengusak sayang helaian indigo puteri kecilnya lalu memeluk sang buah hati. "Hei, jagoan kau tidak mau memeluk ayahmu ini...?" Tanya Naruto pada sang putera yang bergaya sok keren bagai Uchiha Sasuke muda ini.

"Sebenarnya aku punya kado untuk Tou-chan... ttebasa....." Ucap Boruto malu-malu, ia berlari mengambil kado berbungkus hijau yang ia sembunyikan di bawah meja.

"Ah... Kadonya nanti saja... yang penting kita berpelukan dulu. Sai tolong fotokan kami..."

Sai segera bersiaga dengan kamera mahalnya. Sejak teknologi mulai masuk ke Konoha Sai mulai merambahkan hobinya kedunia fotografi.

Ckrekkk

Foto keluarga Uzumakipun berhasil di tangkap oleh kamera Sai. Ia mengacungkan jempolnya ke arah Naruto. Pertanda bahwa hasil jepretan yang ia peroleh sempurna.

"Baiklah..., sekarang kita ke balkon menara, para warga sudah menunggu Hokage Bakanya ini..." Ajak Sakura.

"Tunggu dulu!" Naruto berteriak hingga orang-orang yang akan meninggalkan ruangan sidang itu menoleh.

"Siapa yang memukul kepalaku malam itu?!" Tanya Naruto dengan nada menantang.

"Aku!, jadi kau mau apa?" Pengakuan sang cucu Hokage pertama membuat nyali Naruto menciut. Dengan susah payah ia menelan ludahnya sendiri, lalu menggaruk kepalanya yang sudah tidak gatal.

"Ah, tidak apa-apa Baa-chan..., aku hanya ingin mengucapkan terimakasih karena berpartisipasi dalam ulang tahunku." Dusta Naruto. Padahal ia ingin sekali menghajar orang yang telah memukul kepalanya, jika saja orang itu bukan Tsunade.

"Baguslah." Jawab Tsunade datar sambil melangkah keluar ruangan. Disertai tawa tertahan orang-orang yang ada di ruangan itu.

Satu persatu orang-orang mulai meninggalkan ruangan persidangan itu. Hingga menyisakan Hinata dan Naruto berdua dalam ruangan itu.

"Hime...," Naruto kembali mendekap protektif istrinya.

"Anata..., kau harus menemui para warga..., mereka sudah menantimu..."

"Sebentar lagi..., aku masih merindukanmu..." Naruto mengangkat dagu sang istri lalu mempersempit jarak diantara mereka. "Batinku selalu menolak untuk sedekat ini dengan Sakura--chan..."

Jarak mereka kian dekat, Naruto sudah memasang kuda-kuda bibirnya untuk melumat bibir mungil sang istri, jika saja...

"Naruto..." Toneri muncul dari balik pintu. Dengan wajah tanpa dosa.

Naruto memasang wajah masam karena rencananya berciuman dengan sang istri terganggu. "Apa?" Tanya Naruto kesal. Ia hanya menoleh tanpa mengubah 'kuda-kuda serangaannya' pada sang istri.

"Naruto, selamat ulang tahun ya, dan tentang yang kemarin, setelah rangkulan pinggang itu, aku tak mengambil kesempatan pada istrimu. Ayah mertuamu yang galak itu membawa Hinata Himawari pulang ke mansion, dan aku harus tinggal sendiri di rumah itu." Jelas Toneri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku tahu!, kau pikir aku berpikiran ayah mertuaku akan membiarkan kau tinggal berdua dengan istriku. Denganku suaminya saja dia sering mengganggu, apalagi kau suami palsu. Sekarang pergi sana!" Usir Naruto dan itu sontak membuat Toneri pergi sambil menunduk lesu.

"Toneri!" Naruto memanggil Toneri yang berjalan menjauh.

Toneri menampakan sebagian wajahnya dari bingkai pintu.

"Terimakasih ya..." Jawab Naruto sambil tercengir lebar.

...

"Hime..., ayo kita lanjutkan lagi..." Naruto sudah siap menyerang bibir sang istri. Tapi tangan mungil Hinata menahannya.

"Temui warga dulu Naruto-kun..." Cegah Hinata.

"Hime, tapi..."

"Ayolah Anata....," Hinata malah menarik pelan tangan sang suami

"Baik...baik...." Mau tidak mau Naruto harus mengikuti kemauan istri tercintanya ini. Juga para warga desa yang telah menanti Hokagenya.

....

"Kau masih kesal..." Sakura menoel noel punggung sang suami yang tengah berdiri menatap pemandangan desa.

Ia tahu, suaminya itu masih sangat kesal karena sahabat mereka tadi sempat mengelus pipinya. "Oh ayolah Sasuke-kun...., kau tahukan betapa bakanya sahabat kita itu, maklumi saja, dia sedang labil karena permainan yang kau buat..." Rengek Sakura manja

"Hn..." Jawab Sasuke ala kadarnya.

"Ah kau ini menyebalkan sekali...." Sakura geram dia berjinjit dan mencium paksa pipi suaminya.

"Nah sudah bereskan...Jangan marah lagi ya..." Rayu Sakura sambil menyandarkan kepala merah jambunya di bahu kanan sang suami.

Sasuke tersenyum tipis melihat tingkah manja istrinya. Perlahan satu tangannya yang tersisa itu merangkul tubuh sang istri. Dia kecup lembut pucuk kepala sewarna permen kapas itu.

"Arigatou, Sakura..." Ucapnya lirih.

Sakura tersenyum simpul sambil mengelus rahang tegas suaminya.

"Mamamu pemaksa seperti Tou-chanku." Keluh Boruto yang memandang keromantisan pasangan suami istri Uchiha itu.

"Papaku elegan seperti Kaa-chanmu..." Bangga Sarada sambil membetulkan posisi kaca matanya.

"Aku tak bisa membayangkan berapa sering rumah kami hancur jika Sakura Ba-san menjadi istri Tou-chanku."

"Karena itu lah mereka tidak berjodoh." Inojin tiba-tiba muncul. "Kami-sama sudah mengaturnya dengan baik." Bocah itu berfilsafat sambil mendongakkan kepalanya ke langit.

....

Nanadaime Hokage, menatap para warga desa yang ia kini harus ia lindungi. Safir birunya berkaca-kaca, saat mendengar mereka melantunkan lagu selamat ulang tahun untuknya.

Ia ingat, saat ia masih kecil, ulang tahunnya menjadi hari penuh duka bagi warga desa ini. Karena bertepatan dengan kelahirannya. Banyak warga yang kehilangan anggota keluarganya akibat penyerangan Kyubi yang sekarang tersimpan dalam tubuhnya.

"Hei bocah selamat ulang tahun, kau semakin tua sekarang. Maaf kemarin sempat ikut mengerjaimu."

Ia tersenyum simpul sambil mengangguk ketika mendengar suara batin dari mahluk yang sedang ia pikirkan. Mahluk menakutkan yang kini menjadi bersahabat dengannya. Rekan seperjuangannya di perang melawan Madara.

Safir birunya lalu teralih ke pahatan gunung Hokage. Ia memandang lekat pahatan wajah sang ayah yang kini berada sejajar dengan pahatan wajah ayahnya. Tepat hari ini orang tuanya mengorbankan diri untuk keselamatan warga desa.

'Tou-chan, sekarang aku melanjutkan perjuanganmu untuk melindungi desa ini..., kumohon awasi aku dari sana... dan Kaa-chan...' Kini safir biru Naruto menatap lembut sang istri yang berdiri disampingnya. 'Aku sudah menemukan wanita yang mencintaiku seperti dirimu... dia Uzumaki Hinata, wanita tercintaku yang akan mendampingi hidupku, dengan cinta dan kasih sayangnya, wanita yang selalu memperhatikan ku dalam diam ketika semua orang berpaling dariku....'

"Anata...," tepukan pelan Hinata di bahu tegapnya membuat Naruto tersadar dari pikirannya sendiri.

Naruto tersenyum lembut pada sang istri yang mengingatkannya untuk menyapa para warga.

Tangan kanan, sang Nanadaime Hokage yang terbalut perban putib melambai, mengucapkan banyak kata terimakasih pada warga yang telah meletakan karangan bunga di makam kedua orang tuanya dan bersedia mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

10 Oktober tak pernah lagi di peringati sebagai hari duka cita penyerangan Kyubi di Desa Konoha.

10 Oktober sekarang di peringati warga Konoha sebagai hari penghormatan untuk para pahlawan yang telah mempertahankan keselamatan desa, juga hari dimana mereka mengenang jasa Hokage keempat mereka bersama sang istri yang telah mengorbankan diri untuk keselamatan warga desa.

10 Oktober sekarang juga menjadi hari perayaan ulang tahun Pahlawan sekaligus Hokage mereka. Orang yang telah meneruskan perjuangan orang tuanya, menjaga dan melindungi desa ini.

...

"Dobe," Naruto menoleh, ia tahu betul siapa yang berani memanggil sang Nanadaime seperti itu dalam keadaan sepi seperti ini. Para teman, guru dan keluarga mereka kini tengah menikmati hidangan yang telah di pesan dari Kedai Ichiraku khusus untuk acara ulang tahun Hokage mereka.

"Ck..." Naruto menoleh malas dari pandangannya pada desa yang ia pimpin. "Sebenarnya aku malas meladenimu Teme, kau tahu permainanmu itu sangat keterlaluan, kau tahu betapa aku bergantung dengan Hinata."

"Aku juga sebenarnya malas, tapi harus kuucapkan."

Naruto menaikan alisnya meminta penjelasan lebih dari Sasuke.

"Otanjoubi Omedetou" Ucap Sasuke cepat.

"Apa aku tidak dengar....?" Naruto berpura-pura, padahal ia mendengar dengan jelas ucapan selamat ulang tahun dari sahabatnya itu. Ya, Sasuke adalah orang terakhir yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya hari ini.

"Tak akan ku ulang." Sasuke membuang wajahnya dari tatapan Naruto yang seperti anak kucing.

"Oh ayolah.. Sasuke... Ku mohon, aku tidak mendengarnya.."

"Kau menjijikan Dobe!"

"Ku mohon, jangan jadi pasangan Yaoi di hadapan banyak orang."

Naruto dan Sasuke seketika menatap horor sang empunya suara. Guru mereka sang pembaca setia novel mesum.

Merasakan aura gelap dari kedua muridnya Kakashi mencoba mengalihkan perhatian. "Errrr..., bagaimana kalau tim tujuh berfoto bersama..., Sakura, Sai kemari tim tujuh akan berfoto bersama..."

Sakura yang tengah bergosip dengan Ino lari secepat kilat, saat sang guru mengucapkan kata 'berfoto'. Sementara Sai ia berlari senang bukan main ketika Kakashi menganggapnya anggota tim tujuh.

...

Kakashi, Naruto, Sasuke dan Sakura sudah siap dengan posisi yang benar-benar pas. Sementara Sai yang baru datang dengan kameranya langsung berdiri disamping Naruto.

"Kau kenapa disini Sai?" Tanya Naruto enteng.

"Jika kau disini siapa yang akan mengambil fotonya?" Timpalan Sakura benar-benar membuat hatinya hancur. Ternya ia dia ajak oleh Kakashi hanya untuk mengambil foto mereka.

"Gunakan kamera mahal milikmu Sai." Perintah Kakashi tanpa dosa dengan senyum di balik maskernya.

'Padahal kan aku juga anggota tim tujuh.' Batin Sai miris.

Empat orang itu tersenyum manis menghadap kamera, tanpa tahu betapa teririsnya batin sang pemilik kamera yang memotret mereka.

...

Malam itu usai upacara peletakkan bunga di makam Yondaime Hokage dan sang istri. Konohamaru berjalan dengan wajah sumringah menyusuri jalanan menuju mansion Hyuuga.

Ia begitu bahagia saat Hiashi sendiri meneleponnya untuk datang ke mansion Hyuuga. Terlebih lagi saat mendengar Hiashi mengatakan ini urusan keluarga. Beribu khayalan indah sudah terbayang di otak Konohamaru. Angan-angan Hiashi akan membicarakan tanggal pernikahan, sudah terlintas di khayalannya.

Di tangannya sudah tergenggam karangan mawar nan indah untuk di hadiahkan pada sang bungsu Hyuuga. Hakama terbaik warisan sang kakek sudah ia kenakan khusus untuk menemui Hiashi malam ini.

Dan hatinya semakin berbunga-bunga saat Hanabi menyambutnya di gerbang mansion.

"Konbawa Konohamaru-kun.." Ujar Hanabi dengan gaya manja.

Wajah Konohamaru makin memerah.

"Ayo masuk.., Tou-sama sudah menunggu..." Ajak Hanabi dengan gaya manjanya yang membuat Konohamaru makin mabuk kepayang.

...

Konohamaru duduk bersimpuh di hadapan Hiashi. Ia benar-benar sudah siap di intrograsi oleh ketua klan Hyuga ini. Ia sudah berlatih banyak dengan Naruto, bagaimana cara menjawab pertanyaan intrograsi Hiashi, saat kakak angkatnya itu akan melamar Hinata.

'Jadilah dirimu sendiri, dan tunjukkan tekad dan cintamu.' Pesan dari Naruto itu terus terngingang-ngiang di kepalanya.

"Ehem..." Hiashi memulai pembicaraan. "Begini Konohamaru, aku menintamu datang kesini untuk mengundangmu menginap disini."

'Menginap? Apa Tou-sama sudah menyiapkan acara pertunangan untukku dan Hanabi sehingga aku disuruh menginap supaya tidak repot besok?'

"Setelah acara peletakan bunga di pemakaman pahlawan.." Hiashi melanjutkan pembicaraan. "Naruto dan Hinata tiba-tiba menghilang. Dan Hokage mesum itu langsung menyegel rumahnya sehingga tak ada siapapun yang bisa masuk. Ia menyekap puteriku di dalam sana."

'Kenapa membicarakan Naruto Nii-chan ?" Konohamaru merasa ada yang janggal dengan tujuan dia diundang kesini.

"Karena itu Boruto dan Himawari menginap disini. Himawari akan tidur bersama Hanabi. Dan Boruto bocah itu punya kebiasaan berjalan saat tidur. Jadi kuminta kau menjaganya agar ia tidak merusak barang-barang antikku saat dia berjalan dalam tidur."

Wajah Konohamaru pucat pasi. Sia-sia sudah usahanya malam ini mengenakan hakama terbaik. Ia dipanggil ke mansion Hyuuga hanya untuk menjaga Boruto tidur.

つづく
Tsudzuku

Masih ada epilog chap depan yang manis-manis nya naruhina ✌😀 maaf endingnya di undur lagi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top