The Reason (end)
Di tengah jalan perkotaan, Reon sedang sibuk melihat handphone nya yang sama sekali tidak menyala itu dengan wajah sendu.
"Apakah aku terlalu egois? Tapi sepertinya ini yang terbaik daripada aku harus merepotkan orang lain."
Tiba-tiba saja handphonenya berdering menunjukkan nama Kenta san yang menelepon di seberang sana. Sejenak Reon melihatnya namun ia dengan cepat menolak panggilan itu.
"Maaf, aku pergi." katanya sambil terus berjalan.
Sementara itu aku, Nayuta dan Kenta yang sedang duduk di ruang tamu pun hanya berusaha meneleponnya. Entah sudah berapa kali namun hasilnya sama saja.
"Hasilnya sama saja. Percuma." kata Nayuta.
"Biar kucoba sekali lagi, Nayuta. Mungkin kali ini dia akan mengangkatnya." kata Kenta sambil terus menelepon.
Aku berpikir sejenak mencari cara agar dapat membantu mereka yang sedang kebingungan. Di tengah aku sedang berpikir, seorang laki-laki berambut hitam dengan highlight kuning itu menatapku dengan tatapan bingung.
"Hmm?" gumamnya.
"Woah. Gomennasai." kataku.
"Daijobu~" katanya sambil tersenyum kemudian dia memberikanku sebuah permen.
"Mau?"
"Boleh, arigato." aku menerimanya, dia mengangguk sambil duduk di sampingku.
"Ada apa datang kesini?"
"Aku sedang membantu mereka mencari Reon san."
"Reon kun ya~ hmmm... sepertinya dia sedang ada masalah."
"Akebono. Jika kau tak ada kerjaan jangan menganggu kami." kata Nayuta.
"Baik~"
Kami berempat hanya diam sambil terus memikirkan cara. Dari arah kamar seorang lelaki berambut panjang itu datang sambil membawa secarik kertas.
"Semuanya, aku menemukan ini di kamar Reon kun."
"Coba lihat." kata Nayuta sembari merebut kertas tersebut.
"Jika kalian menemukan kertas ini, aku terpaksa harus memberitahukan kalian kemana aku pergi. Aku pergi ke tempat yang tak jauh dari sini. Kalian bisa menemukanku dengan mudah. Aku akan menceritakan semuanya di sana. Kalau kalian tak kunjung menemukanku mungkin kita memang sudah tak dipertemukan lagi, selamat tinggal."
"Apa-apaan dia? Apa maksudnya?" tanya Kenta.
"Sebaiknya kita harus cepat mencarinya." kata Miyuki.
"Ayo. Semuanya ikut, kau juga (Y/n)." kata Nayuta.
"Aku?"
"Masalah ini berawal dari pertemuanmu dengannya kan?" tanya Nayuta dengan tatapannya yang mengintimidasi ku.
"Maksudmu?" tanyaku.
"Nayuta. Jangan seperti itu. Mungkin Reon sebelumnya memang punya masalah." kata Miyuki.
"Tch, terserah lah."
Nayuta langsung pergi keluar rumah diikuti oleh Kenta dan Ryo. Aku berpikir apakah ini adalah salahku hingga membuat Reon jadi seperti itu? Rasanya aku mau menangis mendengarnya. Tanpa sadar aku menitikan air mataku.
"Eh kenapa kau menangis?" tanya Miyuki.
"Ah..tidak...bukan apa-apa. Mataku hanya pedih saja."
"(Y/n), aku tahu Reon kun pasti tidak akan bertindak seperti itu jika ada masalah. Kau tidak perlu cemas. Ayo."
"Arigato. Miyuki san."
"Miyuki kun juga boleh." katanya sambil tersenyum dan menghapus air mataku.
Aku keluar bersama dengan Miyuki dan segera naik ke dalam mobil untuk mencari keberadaan Reon. Di tengah perjalanan kami terus menyusuri tempat yang sekiranya sering dikunjungi oleh Reon. Mulai dari live house tempat mereka sering berlatih, cafe, bahkan tempat yang jarang dikunjungi oleh banyak orang.
"Apa kalian tak tahu lagi biasanya dia pergi kemana?" tanyaku.
"Tidak." jawab Nayuta.
"Mungkin dia pernah ingin ke suatu tempat dimana bunga sakura banyak mekar disana." kata Kenta.
"Kau tahu darimana Satozuka?"
"Kau tak ingat waktu kita pulang setelah konser? Sepertinya Reon-kun pernah bilang sesuatu." kata Miyuki.
"Kenapa kau tak bilang dari awal?" kata Nayuta sedikit emosi.
"Maaf. Tapi dia ingin agar ini jadi rahasia, dia bilang begitu padaku."
"Lalu. Kau tahu tempatnya?"
"Ya, aku tahu." kata Miyuki.
"Cepat ke sana."
Miyuki langsung melajukan mobilnya dengan cepat menyusuri jalanan yang tak terlalu ramai. Perasaanku mulai membaik saat tahu bahwa kami akan bertemu dengan Reon. Ryo yang daritadi tampak tak peduli dengan situasi yang agak tegang itu menatap wajahku.
"(Y/n) kelihatan senang sekali~"
"Benarkah?"
"Um." katanya sambil tersenyum.
"Iya. Aku senang karena bisa bertemu dengan Reon san. Semoga dia baik-baik saja."
"Aku juga berharap begitu. Reon kun pasti baik-baik saja~"
Setengah jam diperjalanan sampailah kami di sebuah lapangan yang penuh dengan pohon sakura yang dimana di sana terdapat sebuah cafe sederhana. Tampaklah seorang lelaki berambut biru keunguan itu tengah duduk dengan tenangnya sambil menikmati secangkir kopi.
"Itu dia~" Ryo menunjuk ke arah Reon. Lalu tanpa berlama-lama lagi kami semua datang menghampirinya.
"Reon san!" aku memanggilnya sekencang mungkin agar dia mendengar. Reon menoleh ke arahku sambil sedikit kaget.
"(Y/n)? Kalian? Bagaimana kalian tahu aku ada disini?" tanyanya.
"Kami semua khawatir denganmu tahu. Dasar egois." kata Nayuta sambil melipat tangannya di depan dadanya.
"Khawatir denganku?"
"Jika tidak sudah kubiarkan dirimu tertabrak kereta waktu itu."
Semuanya kaget termasuk aku mendengar hal tersebut dari Nayuta.
"Iya. Memang dia yang teledor. Entah apa yang ada dipikirannya."
Aku mendekat ke arah Reon sambil tersenyum bahagia.
"Reon san syukurlah kamu baik-baik saja."
"(Y/n). Kamu sampai mengkhawatirkanku juga?"
"Entahlah padahal kita baru kenal. Iya kan?"
"Itu namanya cinta." kata Miyuki.
"Cinta?" tanyaku.
"Iya. Kalo bukan cinta apalagi namanya? Sayang?"
"Bisa saja Miyuki." kata Kenta.
"Yee apaan sih lu ikut-ikutan. Lu sayang ke adek lu aja gak dibales."
Kenta merasa tersinggung akan hal itu kemudian dia menarik rambut halus milik Miyuki dengan satu tangannya.
"AAAA JANGAN MAIN TARIK RAMBUT INDAH GUE!!" katanya.
"Sudahlah kalian! Nah sekarang ceritakan maksud dari tulisanmu ini." kata Nayuta sambil memberikan kertas tersebut pada Reon.
"Ah kalian sudah menemukannya ya, baiklah akan aku ceritakan."
"Aku sangat ingin melihat bunga sakura di awal musim semi, namun tampaknya aku tak bisa. Karena aku tahu kalian sibuk berlatih, kalau aku minta hal yang macam-macam pasti aku langsung dikeluarkan dari band kan? Lagipula hal semacam itu juga tidak terlalu penting."
Reon menundukkan kepalanya dalam-dalam, aku dan yang lainnya hanya melihatnya. Nayuta yang tampak agak kesal kemudian mendekat ke arah Reon sambil memegang bahunya.
"Nayuta?"
"Hanya kali ini saja. Jika kau bersikap seperti itu lagi aku tak akan segan mengeluarkanmu, paham?"
"Arigatou Nayuta." kata Reon sambil tersenyum diakhir.
Malam harinya kami menginap di sebuah penginapan. Reon duduk di teras sambil melihat bintang-bintang yang ada di langit. Aku menghampirinya sambil mengagetkannya sedikit dengan menepuk bahunya pelan.
"Reon san."
"Ah. Ya ampun aku kaget."
"Sedang apa?"
"Melihat bintang. Lihat, indah bukan?"
"Iya. Indah sekali."
"Tapi udara malam ini dingin sekali." katanya sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"Iya." kataku.
"Aku benci dingin."
"Tapi aku akan memberikanmu kehangatan."
"Tetaplah di sisiku dan jangan pergi kemanapun."
"Aku akan selalu berada di sisimu."
Reon menatapku sambil tersenyum dan sedikit terharu. Kemudian memelukku dengan eratnya.
"Arigato (Y/n) chan."
"Doumo, Reon kun."
Keesokan harinya kami bersiap-siap untuk melakukan hanami, semacam menikmati bunga sakura yang akan mekar sambil menghabiskan waktu bersama. Aku membantu Miyuki membuat bekal untuk dimakan bersama. Setelah semuanya siap kami berangkat menuju tempat impian Reon.
"Lihat-lihat. Sakuranya sudah mau mekar~" kata Ryo.
"Benar. Ayo cepat." kata Reon.
"Jangan lari-lari." kata Miyuki.
Bunga sakura memekarkan dirinya dengan indah, angin musim semi yang hangat berhembus menenangkan hati semua orang yang melihatnya. Semerbak bau harum menarik perhatian hingga bunganya banyak yang berjatuhan seperti hujan. Kepala Nayuta yang berada di bawah pohon sakura itu pun terkena hujan bunga sakura.
"Nayuta imut sekali~" kata Ryo.
"Apa maksudmu Akebono?"
"Ini harus diabadikan." kata Kenta yang langsung mengambil ponselnya dan memotret Nayuta yang kepalanya penuh dengan bunga sakura.
"Mantap." katanya.
"Ngapain lu Satozuka?"
"Enggak kok. Gak ngapa-ngapain."
Nayuta langsung merebut handphone milik Kenta dan melihat dirinya yang difoto diam-diam. Yang punya handphone udah lari duluan, otomatis Nayuta ngejar balik.
"SINI LU SATOZUKA!!!"
"Ya ampun mereka ada-ada aja." kata Reon.
Awal musim semi yang sangat hangat, sehangat hati yang sedang bersama dengan keluarga dan orang yang dicintai. Sakura terus memancarkan keindahannya bersama dengan angin yang berhembus lembut. Aku harap kalian juga menikmati musim ini dengan hati yang bahagia, tak peduli apapun musimnya.
Tamat.
-----------------------------------------------------------
Konnichiwa Minna san. Da Kun dayo!!
Gimana dengan ceritanya? Seru? Apa ngebosenin? Saya harap kalian suka sama cerita saya yang yaahh mungkin gak terlalu srek ini.
Saya juga berusaha untuk membuat cerita yang bagus lagi dan bisa membuat kalian terhibur. Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih kepada yang sudah baca dan vote.
Doumo Okini to Matta Ne👋
For my dearest, Reon Misono and my reader. See you on the next Story.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top