Problem

"Eh? Jadi kau pergi kemana?"

"Aku tidak bisa menceritakannya padamu."

"Lalu bagaimana dengan yang lain?"

"Mereka belum tahu aku ada dimana, sudah ya aku pamit dulu. Jika mereka datang mencariku bilang saja aku sedang ada urusan mungkin agak telat."

Reon segera menghabiskan makanannya dan beranjak dari tempat duduknya, "Gochisousama Deshita, oji san."

"Hai' arigato." sahut oji san.

"Tunggu Reon san." kataku.

"Ada apa?"

"Jika kau punya masalah sebaiknya diceritakan saja. Jangan dipendam sendiri."

"Ini urusan pribadiku, aku tidak mau merepotkan orang lain. Apalagi kamu."

"Tidak, aku ini temanmu. Jadi aku harus menolongmu."

"Apakah teman harus seperti itu?"

Satu pertanyaan yang terbilang cukup sulit untuk kujawab. Mungkin bagi sebagian orang sesama teman akan selalu saling membantu jika salah satu dari mereka kesulitan. Namun tampaknya berbeda dengannya.

"Ah gomen, aku sudah terlambat. Bye."

Reon pergi meninggalkan warung soba dan aku. Aku penasaran sebenarnya apa yang terjadi padanya, dari balik wajahnya aku seperti bisa melihat bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

Di jalanan menuju stasiun, Reon yang sedang menunggu kereta itu tengah duduk di sebuah kursi dekat dengan mesin penjual otomatis. Dia memutuskan untuk membeli kopi kaleng, saat ingin memasukkan koin ke dalam mesin koinnya malah terjatuh ke rel kereta.

"Haah padahal kan itu uang kembalian tadi. Harus cepat kuambil." katanya.

Dia kemudian berjalan ke arah rel kereta hendak mengambil koinnya yang terjatuh. Samar-samar dari kejauhan terdengar suara kereta yang melaju, Reon yang baru saja ingin melompat ke arah rel kereta langsung ditarik oleh seseorang hingga terjatuh ke belakang. Nyaris saja ia tertabrak kereta.

"Dasar gila. Apa yang kau lakukan di sana?"

"Nayuta?"

"Tch. Ada apa denganmu Misono?" tanyanya.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin sendiri jadi jangan ganggu aku."

"Maksudmu?"

"Bukan apa-apa. Gomen Nayuta, aku tidak ikut latihan dulu hari ini."

"Haah, kalau begitu pulang saja sana. Aku tidak akan bertanggung jawab jika kamu sakit."

"Baiklah."

Reon pun segera menaiki kereta itu dan tak lama kereta berangkat. Nayuta yang masih berpikir ada apa dengan rekan sebandnya itu kemudian terduduk di kursi. Pandangannya tertuju pada sebuah mesin penjual otomatis yang berada tepat disampingnya.

"Ada-ada saja." katanya sambil membeli dua kopi kaleng dan segera pergi dari sana.

Sementara itu di warung soba aku yang sedang asik makan didatangi oleh laki-laki berambut putih. Dia asal duduk saja disampingku sambil meminum kopi kalengnya. Aku melihatnya sekilas namun tak berani menyapanya.

"Hei, kau kenalan Misono kan?" tanyanya.

"Iya benar."

"Apa yang terjadi dengannya?"

"Aku tidak tahu. Katanya dia sedang ada urusan." jawabku.

"Dia tidak cerita padamu soal masalahnya?"

"Tidak. Aku sudah memintanya untuk cerita tapi dia menolak."

Nayuta terdiam sejenak sambil menegak kopinya.

"Sebenarnya ada masalah apa diantara kalian?" tanyaku.

"Jika kau ingin lebih tahu tanya saja pada orangnya langsung. Lagipula kau ini temannya kan?" katanya.

"Eum."

"Jika kau temannya seharusnya kau lebih tahu. Jika dia masih tutup mulut paksa saja dia bicara."

"Apa bisa aku melakukannya?"

"Entahlah. Sekarang pulang sebentar lagi larut malam." katanya sambil beranjak pergi.

"Baiklah."

Aku pun kembali ke apartemenku secepatnya dan berharap bahwa Reon baik-baik saja. Keesokannya Nayuta datang ke apartemenku seorang diri dengan menggunakan mobil, dia menghampiri kamarku yang berada di lantai 2 lalu mengetuk pintunya.

"Hei kau ada dikamar?" tanyanya.

Aku membukakan pintuku dan menanyakannya, "Ada apa?"

"Sebaiknya kau ikut saja. Mungkin kau bisa membantu."

"Ikut kemana?"

"Tak perlu kujelaskan nanti kau juga tahu. Cepatlah."

"Baik."

Kami berdua pun langsung pergi entah kemana, selama 15 menit di perjalanan sampailah kami di sebuah rumah yang besar dan luas.

"Ayo." katanya.

Aku mengikuti Nayuta masuk ke dalam rumah itu. Di depan aku sudah disambut oleh laki-laki berambut merah.

"Satozuka. Sudah kau cari keberadaan Misono?"

"Sudah."

"Hasilnya?"

"Tidak ditemukan. Handphonenya juga sepertinya mati."

"Tch, kemana sih dia merepotkan saja."

"Oh. Kau yang di apartemen itu ya?" tanyanya kepadaku.

"Ah iya. Aku (Y/n)."

"Satozuka Kenta. Yoroshiku."

"Yoroshiku."

"Apakah Reon sebelumnya bilang sesuatu padamu?"

"Tidak Kenta san. Kalau boleh tahu memang ada masalah apa?"

"Aku juga tidak tahu, tapi tiba-tiba dia bersikap seperti itu."

Aku hanya bisa merenung berharap bahwa semua masalah yang terjadi kepada Reon segera selesai.

"Reon san..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top