10. Penyamaran

Mata Kaili terbelalak mendengar penuturan Shaka barusan. Istri? Sebentar, bukankah saat ini dia sedang menyamar menjadi laki-laki? Kenapa tiba-tiba Shaka memintanya menyamar menjadi istrinya?

Tangan Kaili mendorong dada Shaka agar menjauh dari hadapannya. Keningnya berkerut sembari menatap laki-laki itu dengan tatapan penuh tanya.

"Bukankah saat ini saya sedang menyamar sebagai laki-laki? Yang Mulia, tolong jangan membuat saya bingung."

Shaka duduk di tepi ranjang, matanya masih terfokus ke arah Kaili yang kini mengangkat alisnya, seolah menuntut jawaban.

"Desa Buyola bukan desa yang sembarang bisa dimasuki orang. Peraturan mereka sangat ketat. Setelah kita istirahat di sini, kita akan memasuki desa Buyola tanpa pengawal. Hanya kita berdua dengan status baru. Orang-orang yang baru saja menyerang kita adalah penduduk desa Buyola. Mereka semua pasukan muda yang didik langsung oleh pemimpin kota.

"Ada satu pusaka yang menjadi sumber kekuatan Desa ini. Bunga kembar. Pusaka itu adalah sumber kekuatan untuk penduduk Desa Buyola. Dan di kota ini juga ada seorang ahli dalam jurus memperlambat waktu. Namun, orang ini sangat misterius. Identitasnya sangat dijaga dengan ketat oleh penduduk desa. Maka dari itu kita perlu masuk ke desa ini, menyamar sebagai pasangan suami istri untuk mencari keberadaan ahli waktu."

Kaili bergeming. Otaknya mulai mencerna apa yang disampaikan oleh Shaka. Itu artinya selama berada di desa Buyola, dia akan terus bersama Shaka. Sementara pasukan bayangan akan melatih prajurit yang baru saja diangkat oleh Shaka di luar desa.

"Saya mengerti." Selagi hal itu untuk melancarkan serangan terhadap Ratu Annaki, Kaili bersedia bekerja sama meski hatinya terasa berat menjalankan.

"Pakaian kamu sudah disiapkan oleh Lata. Sebentar lagi kita akan masuk ke desa Buyola. Saya tunggu di depan, Istri." Shaka berujar sembari menyunggingkan senyum tipisnya, lalu keluar dari tenda meninggalkan Kaili yang menggeram kesal.

Menyamar sebagai istri Shaka? Sedikitpun tidak pernah terbesit di benaknya rencana gila ini. Kenapa dia tidak menyamar sebagai laki-laki saja? Seketat apa desa ini sehingga Shaka memilih cara penyamaran konyol seperti ini?

Sudahlah. Tidak ada gunanya Kaili melontarkan rasa tidak sukanya pada rencana Shaka. Laki-laki itu tentu tidak akan menggubrisnya. Gegas Kaili mengganti pakaian, berdandan layaknya perempuan. Seperti kata Shaka, dia harus menyamar sebagai istrinya.

***

Desa Buyola atau yang biasa diaebut dengan Desa Suci adalah tujuan Shaka saat ini. Di sana banyak aturan-aturan yang membuat mereka kesulitan jika tidak menyamar sebagai suami istri. Tujuan Shaka pergi ke desa itu pun harus jelas agar mereka mau menerima. Alhasil, Shaka memilih untuk masuk berdua saja dengan Kaili, menyamar sebagai manusia tanpa kekuatan dengan status pengantin baru yang mencari tempat tinggal serta pekerjaan.

Sebelum masuk ke batas desa, Shaka sudah menutupi aroma energi di tubuhnya dan juga tubuh Kaili. Hal ini akan memudahkan mereka melewati pintu masuk desa.

"Di depan sana adalah pintu masuk desa. Berjalan di samping saya, dan bersikap seperti seorang istri." Shaka memberi titah pada Kaili yang sejak tadi memilih berjalan di belakangnya.

Meski dengan wajah yang ditekuk kesal serta mulut yang mengeluarkan gerutuan, Kaili tetap patuh pada perintah Shaka dengan mempercepat langkah hingga dia berjalan bersisian dengan Shaka. Lantas tanpa segan Kaili memeluk tangannya lalu berkata, "Ayo kita pergi, Suami."

Shaka mengulum senyum saat mendengar Kaili yang sengaja melembut-lembutkan suaranya, bahkan bersikap manja dengan memeluk tangan serta menyandarkan kepalanya ketika berjalan.

Perempuan itu kembali bersikap normal ketika hendak memasuki pintu masuk desa. Dia menoleh ke arah Shaka, seolah bertanya langkah apa yang diambil setelah ini.

"Kamu diam saja. Biar saya yang berbicara di sini." Shaka berbicara pelan. Tangannya menepuk punggung tangan Kaili.

Dua pengawal yang berjaga di depan pintu masuk desa langsung menyilangkan tongkat yang ada di tangan mereka saat Shaka dan Kaili tiba. Shaka merasakan remasan ringan pada tangan yang digenggam Kaili. Nampaknya tatapan dua penjaga yang tajam membuat Kaili sedikit terpengaruh.

"Identitas dan tujuan." Salah satu dari penjaga itu bertanya.

"Shaka, dan ini istri saya Kaili. Tujuan kami bersembunyi dari kejaran Ratu Annaki. Dan kami ingin mendiskusikan hal penting dengan pemimpin desa."

Sejenak mereka saling melempar pandang sebelum kemudian menyerang Shaka dengan kekuatan tenaga dalam. Kaili berteriak saat melihat Shaka terlempar cukup jauh. Shaka meringis, menampilkan wajah yang kesakitan, lalu mengeluarkan darah dari mulutnya.

Kaili berlari menghampiri Shaka, memasang raut khawatir. Perempuan itu bahkan memeluk tubuhnya sembari menangis.

"Tuan, tolong izinkan kami masuk. Tubuh suami saya sudah sangat lemah. Kekuatan tenaga dalam yang dia miliki sudah diserap habis oleh Ratu Annaki. Kami benar-benar tidak punya cara lain lagi." Kaili berlutut di depan penjaga pintu masuk. Sementara Shaka dibuat tercengang oleh tindakan Kaili. Perempuan ini ... cepat sekali membaca situasi.

"Kenakan tanda pengenal ini dan segera selesaikan urusan kalian." Salah satu penjaga melempar dua tanda pengenal ke arah Kaili yang langsung disambut oleh perempuan itu. Dia lantas berbalik mendatangi Shaka sembari mengangkat satu sudut bibirnya.

"Kalau saya tidak mengambil inisiatif, mungkin kamu akan mati," ucap Kaili sembari membantunya berdiri.

"Terima kasih, Istri."

***

Kaili dan Shaka tinggal di salah satu rumah kosong yang dekat dengan kediaman pemimpin desa. Kaili berdiri di depan jendela kamar, menatap para penduduk desa yang melakukan kesibukan mereka masing-masing. Desa ini memang sangat berbeda dari kota atau desa yang pernah Kaili lalui. Suasananya cenderung tenang dan damai. Tidak ada yang terlibat perkelahian yang biasa ditemuinya. Semuanya hidup dengan rukun.

Namun, satu hal yang Kaili tidak mengerti. Mengapa semua orang terkesan menjauhinya? Sejak Kaili dan Shaka tinggal di desa ini, tidak ada satu orang pun yang bisa Kaili ajak bicara. Hanya ketika melakukan transaksi jual beli saja mereka mengeluarkan suara. Pun tidak ada kata ramah apalagi bersahabat pada wajah mereka.

"Apa mungkin karena Ratu Annaki?" Kaili berbalik, mendatangi Shaka yang sedang membersihkan pedang miliknya.

"Kapan kita bertemu dengan pemimpin, Yang Mulia? Orang-orang di desa ini sepertinya tidak menyukai kita." Kaili bertanya. Dia lantas mengambil kendi air lalu menuangkannya ke cangkir kecil sebelum meminum dengan perlahan.

"Bertemu pemimpin desa hanyalah alasan untuk memasuki desa ini. Namun, sepertinya setelah pemantauan beberapa hari ini, saya mulai menemukan petunjuk. Identitas ahli waktu ini nampaknya tidak sederhana. Malam ini kita akan pergi menemui pemimpin desa. Tugas kamu, patuhi semua perintah yang saya berikan." Shaka berbicara dengan tenang. Tidak ada emosi yang tergambar di wajahnya.

Mata Kaili menyipit, entah apa yang akan terjadi nanti setelah mereka bertemu dengan pemimpin desa. Sembari mengembuskan napas panjang, Kaili beranjak dari duduknya. Tanpa aba-aba, dia mengeluarkan jurus jarum mematikan, lalu menyerang Shaka. Namun, jarum itu tidak berhasil mengenainya. Kaili tersenyum senang. Shaka memiliki refleks yang baik. Dia akan aman jika berada di sisi laki-laki itu.

"Baik, Yang Mulia. Saya akan menuruti semua perintah yang diberikan."

***

Selesai ditulis tangggal 5 Oktober 2024.

Lengah dikit ketusuk jarum. Wkwkwkwkwkw. Dua pasangan ini emang agak lain. Satu suka nyerang pakai panah, satunya lagi pakai jarum. Seriusssss aku yang nulis nggak sabar mereka berhadapan sama Ratu Annaki. Skskskskskk.

Kaili dan Shaka mode suami istri.

See u gesss.

Luv, Zea😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top