Jawaban (chap 8)

"Kemana ya?" Kamu sedang mengacak-ngacak isi kamarmu mencari sesuatu, dan membuat kamu tampak frustasi.

"Kok gaada?" Tanya kamu dengan menggaruk kepalamu yang tidak gatal.

Tiba-tiba suara bel pintu terdengar dari rumahmu.

"Aish siapa sih yang datang pagi-pagi di minggu yang cerah ini," gerutumu sambil berjalan kearah pintu depan.

Cklek

Kamu membuka pintu

"Tunggu seben--"

Kamu seketika terdiam mendapati orang yang berada di depanmu sekarang. Bukan. Dia bukan hantu atau penjahat.
Dia lebih bagus daripada itu semua. Lebih special.

"Ranpo?" Tanyamu masih tercengang, masalahnya adalah Ranpo yang ada di depanmu berbeda.
Ranpo di depanmu tidak menggunakan topi ala detektif itu.

Ranpo di depanmu tidak menggunakan baju ala detektif yang terkesan kuno itu.

Tapi Ranpo di depanmu memakai kemeja hitam dengan motif putih dan kaos coklat di dalamnya yang terlihat karena kemejanya tidak di kancing juga celana panjang berwarna hitam yang terlihat pas di Ranpo.
Ranpo bagaikan ikemen yang biasa kamu lihat di drama-drama.

"[Yourname]?"

Kamu terkesiap mendapati Ranpo melambai-lambaikan tangan kearah wajahmu.

"Y-ya?" Tanyamu gugup.

"Apakah hari ini kau sibuk?" Tanyanya dan membuatmu menggeleng cepat.

"Tidak" jawabmu.

"Tapi kenapa kau membawa bantal di tanganmu?" Tanya Ranpo sambil menunjuk sebuah bantal di tanganmu. Kamu hanya menatap bantal yang berada di tangan dengan bodoh.

"Oh ini, aku sedang membereskan kamar, inikan hari minggu," ucapmu yang seketika teringat kamarmu yang masih acak-acakan bukan rapih.

"Jadi, Ranpo kenapa kesini?" Tanyamu yang mencoba mengalihkan agar Ranpo tidak bertanya perihal bantal yang ada di tanganmu lebih jauh.

"Aku ingin mengajakmu pergi jika kau tidak sibuk," kata Ranpo dan membuatmu menatap bingung.

"Pergi?" Ranpo hanya mengangguk.

"Kemana?"

"Ikut saja, nanti kau juga tau," kata Ranpo sambil tersenyum dan membuatmu merona tapi kamu mencoba menutupinya.

"Ah ya kau bisa tunggu di depan? Aku mau siap siap dulu ya," katamu segera menutup pintu dan meredakan kegugupanmu.

"Astaga kenapa Ranpo begitu... keren," katamu sambil mengelus dada.

Kamu segera bersiap-siap merapihkan diri.
Lalu kamu melihat kamarmu yang sangat berantakan, lalu kamu sedikit meringis.

"Beres-beres kamar apanya, justru aku yang mengacak-ngacak kamar itu," batinmu sedikit prihatin dengan kamarmu. Tapi kamu memutuskan untuk nanti saja membereskan kamarmu.

.
.
.

"Ranpo gomen (maaf) aku lama ya," katamu meminta maaf di hadapan Ranpo yang sedang bersandar di dinding rumahmu.
Kamu merasa bersalah tidak mempersilahkan Ranpo untuk masuk tapi jikalau Ranpo masuk maka dia akan melihat rumahmu yang berantakan. Kamu bersiap-siap untuk mendengar sindiran atau omelan Ranpo.

"Tidak apa-apa," ucap Ranpo yang membuatmu menatapnya tidak percaya.

"Eh kok gitu?" Ucapmu tanpa sadar dan Ranpo hanya menaikkan alisnya.

"Kenapa?"

"Kok kamu tidak marah?" Tanyamu polos dan heran. Biasanya Ranpo akan menyindirmu.
"Dasar lama" ataupun "waktuku terbuang nih" pokoknya kata-kata yang membuatmu mengelus dada sabar tapi kenapa Ranpo hanya kalem.

"Tidak apa-apa, ayo kau sudah siapkan?" Tanya Ranpo dan kamu hanya mengangguk kaku.

.
.
.

Kamu hanya menatap Ranpo dengan pandangan heran, masalahnya adalah

"Ranpo kau pakai parfum apa? Rasanya wangimu tidak seperti ini?" Tanya kamu sambil mengendus wangi Ranpo yang tidak biasanya.

"Memangnya kenapa?" Kamu menggeleng dan menutup hidung.

"Kau tau wanginya itu membuatku pusing," katamu dan membuat Ranpo mengendus bajunya.

"Aku juga berpikir begitu," lalu dia melepas kemejanya.

Lalu Ranpo menarikmu untuk ke toko baju.

"Eh kenapa kesini?" Tanyamu bingung.

"Aku mau memilih baju," kata Ranpo dan membuatmu hanya terdiam.

.
.
.

"Kenapa aku juga ikutan," kamu lagi-lagi protes dan melihat kaos yang kini kamu kenakan sama dengan kaos Ranpo. Couple.

Kaos itu bertuliskan "Love" dengan gambar kucing sebagai penghias baju itu.

"Etto.. kenapa kucing?" Tanyamu yang melihat baju yang kamu pakai bergambar kucing. Ranpo yang mendengar pertanyaanmu hanya terdiam dan sedikit menggaruk kepalanya entah gatal atau apa.

"Mungkin bagusnya kucing," ucapnya asal dan kamu hanya berOh saja. Lalu kalian sama-sama berkaca dan terdiam melihat penampilan masing-masing, dan kemudian kamu hanya tertawa.

.
.
.

"Jadi kita mau kemana lagi?" Tanya kamu sambil menjilat ice cream rasa kesukaanmu.

Ranpo hanya celingak-celinguk tidak meresponmu.

"Ranpo?" Kamu menatap Ranpo dengan heran. Dan Ranpo melihatmu.

"Kenapa?" Tanyamu.

"Ah jam berapa ya?" Tanya Ranpo tiba-tiba dan kamu hanya menaikan sebelah alismu bingung.

"Jam 4," ucapmu dan Ranpo hanya diam saja.

"Bagaimana kalau kita beli permen kapas?" Tanya Ranpo yang langsung menarikmu.

"Ehh?" Ucapmu terkejut.

.
.
.

"Ranpo?"

"Ranpo?" Ranpo hanya menengok kearahmu dengan pandangan bingung.

"Kenapa kita sedari tadi hanya muter-muter tidak jelas?" Tanyamu dan Ranpo hanya berwajah datar.

"Jam berapa sekarang?" Bukannya menjawab tapi Ranpo malah bertanya jam untuk kesekian kalinya.

"Jam 6," ucapmu kesal. Dan Ranpo hanya mengangguk lalu tetap berjalan tidak tentu arah dan kamu hanya menghela nafas.

.
.
.

"Jam berapa sekarang?" Kamu menghela nafas ketika Ranpo menghentikan langkahnya dan menatapmu.
Kamu hanya memakan dango yang sempat kamu beli tadi tanpa sedikitpun berniat untuk menjawab pertanyaan Ranpo.

"Jam berapa se--?"

"Ranpo bisakah kau tidak menayakan jam terus-menerus?" Tanyamu menghentikan pertanyaan Ranpo tentang jam.

"Apakah kamu adalah seorang cinderella yang akan berubah tepat pukul 12 malam?" Tanyamu sarkastik. Ranpo hanya diam.

"Kau tau Ranpo sedari tadi kau menanyakan jam, kenapa? Katakan padaku?" Tanyamu bingung kepada Ranpo. Ranpo hanya diam.

"Ranpo?" Kamu memegang pipi Ranpo dan menatapnya. Ranpo juga menatapmu tapi masih terdiam.

"Hari ini kau aneh, kau tampak tidak seperti Ranpo yang aku kenal, kenapa denganmu?" Kamu bertanya lagi sambil kedua tanganmu menangkup kedua pipi Ranpo. Ranpo hanya diam saja tapi matanya menatapmu.

"Ranpo?" Panggilmu untuk kesekian kali.

"Aku..." kamu menatap Ranpo dengan pandangan serius untuk mendengar kalimat Ranpo yang selanjutnya.

"Aku..." kamu menatap Ranpo dengan pandangan tidak sabar.

"Aku mencintaimu," ucap Ranpo pelan saking pelannya hingga kamu menatap Ranpo dengan bingung. Kamu hanya mendengar samar dan kamu tidak yakin.

"Apa?" Kamu bertanya lagi. Muka Ranpo memerah dan dia mengalihkan tatapannya darimu.

"Aku..."

Duaaarr

Kamu terkejut dan menatap kearah langit dengan bingung.

"Eh kan hari ini bukan festival, kenapa ada kembang api?" Tanyamu dan kemudian sekarang gantian Ranpo yang menangkup pipimu agar melihat kearahnya.

"Ini untukmu," kata Ranpo menatapmu dan kamu hanya mencerna kalimat Ranpo.

"Eh?" Tanyamu bingung padahalkan ini bukan hari ulang tahunmu.

Ranpo kemudian menyerahkan sebuah buku kearahmu dan ketika kamu menerima buku itu wajahmu memerah.

"Kau melihat isinya ya?" Tanya kamu dengan muka yang memerah. Dan Ranpo hanya menatapmu polos.

"Jadi kau melakukan ini semua karena melihat diaryku?" Tanyamu dan Ranpo hanya mengangguk pelan. Dan kamu tertawa membuat Ranpo menatapmu kesal.

"Dilarang tertawa," kata Ranpo dan kamu kemudian berhenti tertawa lalu kemudian menatap Ranpo dengan lembut.

"Ranpo-kun," kamu memanggilnya dengan embel-embel "kun".

"Terimakasih atas usahamu hari ini," katamu dengan tersenyum tulus membuat lagi-lagi kedua pipi detektif itu memerah.

"Tapi kau tau, kau tidak perlu melakukan hal ini," ucapmu lagi dan membuat Ranpo bingung.

"Seseorang pernah bertanya kepadaku tentang, apa yang aku sukai dari Ranpo?" Kamu menatap Ranpo dan Ranpo juga menatapmu.

"Pada waktu itu aku tidak tau jawabannya tapi sekarang aku tau, aku tau apa yang aku sukai darimu"

"Aku suka ketika kau makan manisan"

"Aku suka kau ketika bertingkah seperti anak kecil"

"Aku suka kau ketika sedang cemberut"

"Aku suka kau ketika berebut makanan dengan anak kecil"

"Aku suka bau khasmu"

"Aku suka ketika kau menatapku"

Kamu memberi jeda untuk bernafas dan menatap Ranpo dengan senyuman.

"Aku suka ketika aku bersamamu karena aku bisa tau keburukan dan kebaikanmu"

"Aku suka semuanya dan karena itulah aku mencintai seorang Edogawa Ranpo," akhir dari ucapanmu dan kamu mendekati Ranpo yang masih terdiam lalu mengecup bibirnya dan itu justru membuat Ranpo terkejut.

"Arigatou (Terimakasih) Ranpo-kun," ucapmu dengan muka yang memerah karena mengingat kamu tadi mengecup bibir Ranpo dengan seenaknya.

Hening

Dan seketika kalian berdua jadi canggung.

"Tanganmu," Ranpo tiba-tiba berucap dan membuatmu tersentak.

"Eh?" Ranpo langsung menarik tangan kananmu dan memasangkan sesuatu yang membuatmu seketika memerah dan terharu.

"Mulai sekarang namamu adalah Edogawa [Yourname]," ucap Ranpo dan membuatmu hanya terdiam.

Dan kamu tiba-tiba menitikan air mata terharu dan kemudian kamu menatap Ranpo.

"Dasar apakah dengan begini kau melamar seorang gadis?" Pertanyaanmu yang retoris itu hanya membuat Ranpo tersenyum.

"Arigatou [Yourname] karena mencintaiku," kata Ranpo yang langsung memelukmu. Kamu hanya ikut tersenyum dan membalas pelukan Ranpo.

"Aku mencintaimu [Yourname]," bisik Ranpo tepat di telingamu dan membuatmu terkejut dan kemudian tersenyum semakin lebar.

Entah kamu berpikir bahwa seromantis apa dan sesedih apa drama-drama yang pernah kamu lihat dan seganteng apa aktornya, yang jelas kamu sudah tidak menyamakan lagi dengan kehidupanmu.

Karena kehidupanmu sekarang adalah dengan Ranpo, kekasihmu sekaligus aktor di kisah hidupmu dan juga kamu yang menjadi aktrisnya.

Bersama orang yang kamu cintai adalah hal yang lebih indah dibanding drama-drama karangan orang lain.

With you

Denganmu aku bisa merasakan kebahagian juga kesedihan

Karena denganmu aku tau apa arti sebuah ketulusan dalam hidup ini.



End

Wow end wkwk sebenernya nanti ada chapter special kok tenang aja. Aku cuma pengen cepet-cepet buat mereka married wkwk lho lho jadi gak sabar.

Semoga chapter ini bagus dan jangan lupa vommentnya ya supaya aku semangat.
Semangat buat bikin chapter special sama semangat buat ujian nanti wakakak chapter special agak lama ya soalnya aku sedang sibuk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top