chapter 1 : new student

"(Y/n)!"

(Y/n) menoleh ke belakang dan melihat teman-temannya yang berlari menghampirinya.

"Lu benar-benar akan pindah?" Tanya seorang teman.

"Iya, ayahku dipindahkan untuk kerja di kantor cabang yang ada di Tokyo."

"Kenapa harus pindah sih, kita kan belum pergi ke berbagai tempat bersama."

"Maaf ya, tapi tenang aku pasti akan sering mengkontak kalian."

"Janji ya, awas kalo gk."

Salah satu teman (Y/n) mendekatkan diri kepadanya dan berbisik di telinganya.

"Kenapa lu pake aku-kamu dah, biasanya juga lu-gw?"

(Y/n) tersenyum kemudian berbisik di telinga temannya.

"Tadi orang tua ku nelpon mau jemput, kalo aku pake gw-lu takut ke ceplosan."

"Oh pantas, ortu lu kan larang keras untuk ngomong pake ore(gw) atau boku(gw)."

"Iya katanya gk pantas cewe ngomong boku dan ore itu emang dipakai laki-laki."

Plak.

Teman (Y/n) yang lain menepuk tangannya. Seketika perhatian (Y/n) dan temanmya beralih ke dia.

"Kalian bisik-bisik apasih, parah gw gk di ajak."

"Haha sorry Shiro, bukan hal penting kok."

"Yasudah deh, kalo gitu...  yang mulia (Y/n) apakah ada yang ingin engkau lakukan sebelum meninggalkan kerajaan ini untuk menikah dengan pangeran kerajaan sana."

(Y/n) dan temannya tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha Shiro selalu mengucapkan hal aneh ya."

"Tapi Sora, siapa tau nanti (Y/n) bertemu cinta sejatinya disana."

"Kalo itu benar gw turut ikut senang sih, akhirnya (Y/n) kita bakal dewasa dan merasakan yang namanya cinta."

"Gk gk bakal," bantah (Y/n).

"Kenapa gk? Jangan-jangan kau lesbi," ucap Shiro.

"Gw normal ya, tapi malas aja dengan yang namanya nikah."

"Ya gk usah nikah pacaran aja," ucap Sora.

"Orang-orang pacaran jelas-jelas karena mau nikah, lagipula apasih gunanya cinta?" Ucap (Y/n) dengan kesal.

"Ya biar happy," ucap Sora.

"Gw liat lu malah sakit hati gara-gara cinta, jadi untuk apa gw cari cinta toh sendiri juga masih bisa happy."

"Ah (Y/n)-chan benar-benar keras kepala."

"Sudahlah Sora, nanti juga dia akan berubah pas bertemu."

"Tapi Shiro, kita ini 2 cowo populer di sekolah ini. Tapi (Y/n) tetap aja gk merasakan apapun."

"Eh kita populer ya?"

"Shiro.. kau benar-benar polos atau bego," ucap (Y/n).

"Menurutmu coklat-coklat valentine yang segunung itu di lokermu apa?"

"Kau juga masa gk sadar beberapa cewe-cewe suka ngambil fotomu diam-diam."

"Eh jadi surat yang ada fotoku juga dari cewe penggemarku kah?"

"Surat?" Ucap (Y/n) dan Sora barengan.

Shiro menyerahkan suratnya kepada (Y/n).

Saat membukanya (Y/n) dan Sora membelalakan matanya terkejut.

"Shiro ini sih stalker, please jangan bilang kau mendapat banyak surat seperti ini."

"Kalo gitu gw gk akan bilang."

"Aduh Sora, apa gk masalah gw ninggalin dia pas masih polos kek gitu."

"Yah bakal susah sih karena kelas gw dan Shiro berbeda, tapi mau gk mau lu tetap pergi kan."

"Iya.. hah Shiro dengar aku baik-baik. Kalo ada orang yang terlihat mencurigakan jangan di ikuti langsung lari aja cari Sora."

"Eh.. umm ok deh."

"Sora aku titipkan Shiro padamu."

"Siap dilaksanakan komandan."

Lala lalala~

Bunyi bel sekolah yang gk jelas pun berbunyi, menandakan waktu istirahat sudah selesai.

"Bakal rindu dengan bel ini," ucap (Y/n)

"(Y/n) kau ada waktu nanti sore atau siang?" Tanya Sora.

"Sebelum berangkat keknya ada waktu sebentar."

"Ok.. nanti gw hubungi."

"Ok, aku harus ke kantor kepala sekolah dulu untuk ngurus kepindahan tolong antar Shiro ke kelasnya."

"Oi gw bukan anak kecil," ucap Shiro kesal.

"Siap, ayo Shiro," ucap Sora mengabaikan Shiro.

Dengan kesal Shiro mengikutinya dari belakang. (Y/n) tertawa pelan melihat mereka berdua.

"Tapi setelah dipikir-pikir, kenapa aku gk di bully ya oleh penggemar fanatik mereka."

(Y/n) memutuskan untuk tidak memperdulikannya dan berjalan menuju kantor kepala sekolah.

Setelah mengurus beberapa hal, (Y/n) pun kembali ke kelasnya.

"(Y/n)-chan," sapa seorang siswi.

"Hanabi-chan," sapa (Y/n) balik.

"Kudengar kau akan pindah, hati-hati ya di sana."

"Hm (Y/n)-san akan pindah?."

"Ah Aoi-chan, kau gk masuk sih selama berminggu-minggu. (Y/n)-chan mau pindah sekolah ke Tokyo.

"Eh Tokyo, dari Osaka dan Tokyo itu berapa kilometer ya? Kalo gitu hati-hati ya (Y/n)-san selama perjalanan kesana."

"Terima kasih Aoi-chan Hanabi-chan."

"Akhirnya kau pindah juga ya," ucap seorang siswi yang tidak suka dengan (Y/n).

"Huh Nee-chan kenapa disini? Kelasmu kan di sebelah," ucap Hanabi."

"Hanami-san, aku akan merindukanmu disana," ucap (Y/n) dengan nada sarkas.

"Huh semoga kau pergi untuk selama-lamanya. Akhirnya Sora terbebas dari benalu sepertimu."

"(Y/n) bukan benalu," ucap Shiro menghampiri mereka.

"Ugh kenapa kalian selalu membelanya, ah sudahlah selamat jalan ya (L/n)-san."

"Tunggu Hanami-san," ucap (Y/n) sambil menahan tangan Hanami.

"Bahkan jika aku pergi Sora tetap tidak mau denganmu, kau tau alasannya?" Bisik (Y/n) di telinga Hanami.

(Y/n) tersenyum menyidir.

"Karena dia tidak menyukaimu."

Hanami mengepalkan tangannya, raut wajahnya berubah menjadi kesal.

"Ah aku di telpon, sebaiknya aku cepat pergi."

"Eh sudah di jemput ya, bareng-barengmu sudah beres semua kan apa ada yang mau kubawakan untukmu."

"Tidak perlu Shiro."

"(Y/n)-san hati-hati ya," ucap Aoi sambil memeluknya.

"Baik Aoi-chan," ucap (Y/n) sambil membalas pelukannya.

"Hanami-san maaf tapi kau menghalangi pintu, apa kau sengaja biar aku tidak pergi."

"Siapa juga yang mau kau tinggal, pergi sana," ucap Hanami sambil melangkah pergi meninggalkan kelas tersebut.

"Maaf ya (Y/n)-chan kakakku emang suka begitu. Kadang kesal sendiri kadang malah senyum-senyum sendiri."

"Tidak masalah Hanabi-chan, meski kembar pun belum tentu sikap mereka sama."

(Y/n) pun mengambil bareng-barengnya dan melangkah pergi.

Sebelum dia benar-benar keluar, dia berhenti di ambang pintu dan membalikan badannya.

"Sekolah di sini benar-benar menyenangkan, terima kasih sudah jadi temanku Shiro, Hanabi, dan Aoi."

"(Y/n)," ucap mereka bertiga terharu.

(Y/n) pun melangkah pergi. Lorong panjang  yang biasa dia lewati kini terasa pendek. Dia menatap ke lantai bawah merasa kalau rasanya jauh lebih pendek daripada saat pertama kali dia menginjakan kakinya di sekolah ini.

Kenangan-kenangan bersama teman-temannya muncul satu persatu. Tidak terasa dia sudah sampai di depan pintu gerbang.

(Y/n) menoleh ke belakang dan melihat gedung sekolahnya.

"Selamat tinggal semuanya," ucapnya pelan.






























~skip time

(Y/n) sibuk membereskan kamarnya. Kamarnya yang dulu penuh di isi oleh bareng-bareng yang berguna dan gk berguna kini terasa sepi dan luas.

Dia keliling kamarnya, merasa rindu dengan kenangan yang terdapat di dalamnya.

Hp (Y/n) berbunyi. Dia segera mengambilnya dan melihat nama kontak yang tertera di hp tersebut.

"Halo Sora."

"(Y/n) bisa keluar rumahmu sebentar."

"Ok tunggu sebentar ya."

(Y/n) mematikan panggilan dan segwra berlari ke pintu depan rumahnya.

Saat keluar dia melihat Sora yang berdiri disana dengan sebuah boneka di tangannya.

"(Y/n) aku senang kau belum pergi."

"Sora.. apakah itu untukku?"

"Yup, aku, Shiro, dan Hanabi memilihkannya. Ini boneka khusus yang dapat merekam suara kami jadi kau tidak akan terasa kesepian disana."

"Hanya kau, Shiro, dan Hanabi?"

"Ada suara Aoi juga, kau ingat kan dia harus di rawat inap karena penyakitnya itu. Makanya hari ini dia baru bisa mengisi suaranya di boneka ini.. karena itu juga aku terlambat dari waktu janjian."

"Sudahlah kau hanya terlambat 15 menit, beruntung orang tuaku masih mengurus beberapa hal, jika tidak kita tidak bisa bertemu."

"Ah haha... ini," ucap Sora menyerahkan boneka tersebut ke (Y/n).

"Dijaga baik-baik ya."

"Pasti, terima kasih banyak Sora."

Sora tersenyum senang dan mengelus kepala (Y/n).

"Jangan bandel loh."

"Ih emangnya aku anak kecil."

"Kalo begitu (Y/n).. aku akan merindukanmu."

"Aku juga akan merindukanmu Sora."

"Ok kalau begitu aku pergi dulu semoga perjalananmu lancar ya."

"Ok bye bye Sora."

(Y/n) melangkah memasuki rumah. Sora melihatnya dari kejauhan hingga pintunya tertutup.

"Sejujurnya aku mau bilang aku menyukaimu.. tapi itu pasti akan membebanimu bukankah begitu (Y/n)."

Dengan hati yang sedih Sora berjalan kembali ke rumahnya. Memendam perasaannya untuk dirinya sendiri.

Tidak begitu lama setelah Sora pergi. Orang tua (Y/n) kembali. Dengan cepat (Y/n) memasuki bareng-barengnya di mobil. Setelah semuanya sudah beres mereka pun pergi ke bandara.



























Skip time~

Hari ini hari pertama (Y/n) masuk ke sekolah barunya. Jantungnya deg-degan karena gugup.

Dia menyisir rambutnya perlahan, mencoba terlihat serapih mungkin.

"Huft semangat (Y/n) ingat kesan pertama itu penting," ucap (Y/n) sambil menepuk kedua pipinya.

"(Y/n) ayo berangkat!" Teriak ibu (Y/n).

"Iya bu," teriak (Y/n) dari kamarnya.

(Y/n) segera mengambil tasnya dan berlari keluar dari kamarnya.

Selama perjalanan menuju sekolah,    (Y/n) terus memikirkan teman-temannya.

"Kabar mereka gimana ya? Rasanya kangen juga," batin (Y/n).

Setelah beberapa menit berlalu (Y/n) pun sampai di depan pager sekolah barunya.

(Y/n) berpamitan dengan ibunya lalu berjalan memasuk sekolah. Kepalanya menoleh kesana kemari melihat dan membandingkan sekolah barunya dangan sekolah lamanya.

Sakin asiknya mengamati sekolah tanpa sadar (Y/n) menabrak tembok.

"Ow."

"Kau tidak apa-apa?" Tanya seorang murid yang kebetulan liat saat (Y/n) menabrak tembok.

"Eh i-iya."

"ADUH MALU BANGET," batin (Y/n).

"Um apa kau anak baru? Soalnya gerak-gerikmu kayak baru pertama kali masuk sekolah ini."

"Iya aku anak baru disini, apa kau tau ruang kepala sekolah dimana?"

"Ada di lantai atas, mari kuantar daripada kau membenturkan kepalamu sama tembok lagi," ucap murid itu tertawa pelan.

"Kumohon lupakan hal memalukan tadi."

"Haha baiklah, jadi namamu?"

"(Y/n)."

"Nama keluargamu?"

"Panggil saja (Y/n), aku lebih nyaman dipanggil begitu."

"Baiklah kalau begitu tolong panggil aku Minami, senang bertemu dengan mu (Y/n)-san.

Minami mengulurkan tangannya. (Y/n) membalasnya dan tersenyum.

"Senang bertemu denganmu juga Minami-san."

(Y/n) dan Minami pun berjalan berdampingan menuju ruang kepala sekolah.

Sambil berjalan mereka berbincang-bincang sedikit. Tidak butuh waktu lama untuk mereka berdua menjadi akur.

"Ini ruang kepala sekolah, aku akan menunggu di luar sini," ucap Minami.

"Baiklah, semoga kita sekelas ya."

(Y/n) pun masuk kedalam ruangan. Setelah (Y/n) menyelesaikan urusannya dia pun segera keluar dan menghampiri Minami.

"Aku ada di kelas ○○"

"Wah berarti kita sekelas," ucap Minami riang.

"Yeay kalau begitu mohon bantuannya Minami-san," ucap (Y/n) riang.

Minami tersenyum lslu bertanya.

"(Y/n)-san apa kau menonton tv?"

(Y/n) agak terkejut karena Minami menanyakan hal yang tiba-tiba sekali. Benar-benar gk nyambung sama topik.

"Nonton sih, emang kenapa?"

"Aktor favoritmu siapa?"

"Entahlah aku gk terlalu merhatiin pemerannya yang penting ceritanya bagus."

"Ah jadi kau gk tau sama sekali soal aktor ya."

"Hanya tau mereka orang yang kerjanya akting, kenapa emangnya?"

"... aku tidak melihat kebohongan dalan ucapanmy."

"Minami-san?"

"Semoga kita bisa berteman baik," ucap Minami.

"Ah iya semoga kita bisa berteman baik."

"Mari ke kelas (Y/n)-san."

(Y/n) dan Minami pun berjalan menuju kelas sebelum bel masuk berbunyi. Sambil berjalan Minami diam-diam melirik (Y/n).

"Apa dia benar-benar orang yang mau berteman tulus denganku.. atau hanya orang yang awalnya tulus lalu meninggalkanku sendirian," batin Minami.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top