Versus! [SamatokixYumatoki]
Gadis itu menatap tajam pria di hadapannya itu. Tak ada rasa suka sama sekali di antara keduanya. Walaupun di ikat dengan kata saudara. Tatapan tajam tak mau kalah pun ikut menghiasi sang kakak tertua.
"Pokoknya, aku tidak mau!"
***
Hypnosis Mic
Versus!
Yumatoki x Samatoki
Happy Reading:)
***
Sosok gadis dengan surai silvernya kini menatap malas ke arah jendela. Untuk kesekian kalian, dia mengeluh dan merampal sumpah serapah dalam gumamnya. Matanya jelas jelas memancarkan amarah. Kini hatinya berkecamuk dalam emosi.
'Nii-chan sialan! Kalau saja aku bisa membunuhnya!'
Yumatoki Aohitsugi, kini tengah memendam rasa kesalnya.
Ia habis di seret ke markas milik kakaknya itu. Namun bukan dengan cara yang baik baik, melainkan langsung di seret bagaikan di culik. Tangannya mengetuk meja itu pelan, kuku kukunya yang tajam membuatnya mengeluarkan suara ketukan yang agak nyaring.
"Yumatoki-sama."
"APA!?"
Sosok pria berpakaian ala butler itu hanya bergidik ngeri. Bagaimana tidak, Yumatoki tengah marah sekarang. Semua orang tau, bagaimana jika seorang Yumatoki mengamuk.
Dan tidak ada yang ingin melihatnya lagi.
"Anda di panggil Samatoki-sama."
Yumatoki mendengus kesal. Kakaknya itu benar benar...
"Baiklah, aku akan ke sana."
Membungkuk, pelayan itu akhirnya pergi dari tempatnya berada. Yumatoki menghela nafas berat. Perasaan kesalnya mulai sedikit menguap, setidaknya.
Ia berdiri, beranjak dari tempatnya duduk. Kakinya melangkah keluar dari ruangan tersebut. Kakinya kini membawanya ke arah sebuah ruangan. Di sana, ada tiga orang yang tengah duduk bersantai. Yumatoki kembali menghela nafas.
Sosok pria berambut silver itu menatap adiknya dengan tatapan tak bisa di baca. Begitu juga dengan Yumatoki. Keduanya kini saling tatap, membuat atmosfer terasa memanas.
"Jadi, mengapa aku di seret ke sini," ucap Yumatoki tajam.
"Kau tak perlu tau, Yuma. Kau hanya perlu duduk saja." Samatoki kini menyalakan rokoknya. Membiarkan asap mengelilingi ruangan. Yumatoki mengibaskan tangannya, tanda tak suka.
"Sudah berapa kali ku katakan? Merokok itu di luar!"
"Diamlah, bawel!" ucap Samaroki.
"Oh, jadi kau tak ingin mendengarnya?!"
"Kau ini berisik!"
"Kau juga berisik!"
"Kau lebih berisik!"
"Stop, stop, stop! Kalian ini sedang apa sih?"
Jyuto menghentikan pertengkaran tak berarti kedua saudara itu. Yumatoki kembali mendengus, begitu pula dengan Samatoki. Kembali hening, tak ada yang memulai pembicaraan.
"Kembali ke topik. MENGAPA AKU DICULIK KE SINI!? KAU KAN BISA MEMBAWAKU BAIK BAIK!"
"SUDAHKU KATAKAN, KAU TIDAK USAH TAU!"
"SIALAN KAU, DASAR *piip*, *piip*, *piip*"
"APA KAU BILANG, DASAR *piip*"
Pertengkaran itu malah terus berlangsung. Membuat Jyuto menggelengkan kepalanya sabar. Dia sudah tak paham lagi, bagaimana cara melerai kedua orang ini? Sedangkan Rio? Dia hanya menatap bingung keduanya. Dia sendiri tidak tau, apa yang terjadi...
"HUH! Sudahlah! Aku ingin pergi dari sini!"
Saat Yumatoki ingin keluar dari ruangan itu, dua penjaga menghalanginya. Yumatoki kembali menggeram.
"MINGGIR!"
"Maaf nona, tapi ini perintak Samatoki-sama."
Yumatoki menggertakan giginya kuat. Oh, yang benar saja!
"Nii! Aku mau keluar!" ucap Yumatoki setengah berteriak.
"Tidak! Kau harus tetap di sini!"
Yumatoki menatap tajam Samatoki. Tak ada rasa suka sama sekali di matanya. Walau pun keduanya diikat oleh kata 'persaudaraan'. Tatapan tajam tak mau kalah pun juga, menghiasi wajah Samatoki.
"Pokoknya, aku tidak mau! Aku mau keluar!"
"Aku tak mengijinkannya!"
Yumatoki menghentakan kakinya kesal. Hingga akhirnya, Samatoki mengayunkan tangannya. Kedua penjaga itu mengangguk, lalu mereka memegang tangan Yumatoki. Gadis itu tersentak.
"Hei! Lepaskan aku! HEI!"
Yumatoki di angkat, lalu di bawa keluar dari ruangan itu. Samatoki menghela nafasnya.
"Kau yakin?"
Pertanyaan Rio itu, membuat Samatoki sedikit tersentak. Samatoki mendelik.
"Tak apa. Setidaknya, dia aman."
Sementara kini Yumatoki sudah berada di ruangan saat pertama kali ia di sini. Tangannya mengetuk pintu secara brutal. Wajahnya kini masam, tak suka dengan perlakuan kakaknya.
"Buka pintunya! Hei!"
Lelah mengetuk terus tanpa hasil, Yumatoki duduk di sofa. Ia memutar bola matanya lelah. Apa apaan kakaknya ini? Helaan nafas pun ikut terdengar. Hingga akhirnya, Yumatoki memiliki ide cemerlang. Kekehan pelan terdengar di bibirnya.
"Lihat saja, saat kau buka pintunya nanti..."
***
"YUMATOKI-SAMA TIDAK ADA DI KAMARNYA!"
Sosok pria perambut kecoklatan itu menobrak pintu sambil berteriak. Hal itu berhasil membuat bola mata Samatoki membulat sempurna. Tanpa pikir panjang, Samatoki berlari keluar.
Dirinya kini sudah ada di depan ruangan yang di tempati Yumatoki tadi. Tak ada tanda tanda sosok gadis bersurai sama dengannya. Samatoki mendesah keras, mencoba menahan emosinya hingga...
Duk!
Samatoki meninju dinding itu keras. Membuat sedikit retakan padanya. Samatoki menggeram, adiknya itu! Apakah dia tidak paham mengapa dia di bawa kesini!?
"Bagaimana ini?"
Jyuto menaikan kacamatanya. Walau pun suaranya terdengar tenang, namun wajahnya jelas memancarkan kekhawatiran. Samatoki masih di tempatnya, kini wajahnya benar benar penuh emosi. Kedua penjaga itu menatap Samatoki penuh sesal.
Pasalnya, Yumatoki kabur lewat jendela menggunakan kain yang diikat menjadi satu. Dan ini di lantai tiga! Salah satu dari penjaga itu pun mencoba meminta maaf.
"Samatoki-sama, maaf kami--"
"Cari dia! Jika terjadi sesuatu dengannya, kalian yang akan ku bunuh!"
***
"Fuah! Enaknya~"
Kini Yumatoki tengah menikmati susu kotak rasa strowberinya. Ia tengah duduk di kursi depan minimarket, menikmati kebebasannya. Yumatoki tertawa, pasti lucu jika melihat ekspresi kakaknya! Seulas senyum licik menghiasi wajah Yumatoki. Rasakan! Terkadang kakaknya itu, harus di beri pelajaran.
Hingga, sebuah mobil berhenti di belakang Yumatoki. Sosok pria berpakaian serba hitam turun dan mendekati Yumatoki. Menutup mulutnya, Yumatoki tersentak. Kini ia meronta, kebetulan sekali di depan minimarket itu sangat sepi. Ketika Yumatoki ingin di bawa masuk, sosok pria berseragam minimarket iti keluar dai tempatnya bekerja.
"Hei!"
Dengan cepat, sang pelaku membawa masuk Yumatoki, dan langsung pergi dari tempatnya. Tak lupa, sang penjaga minimarket itu memfoto plat mobilnya. Ada sedikit rasa menyesal karena dia telat mengetahuinya. Hingga akhirnya, saat dia ingin menelpon polisi, sosok pria bersurai perak kini tengah menendang kursi.
"Tch! Sialan! Di mana gadis itu!?"
Pria itu terkejut, membutanya menatap Samatoki takut takut. Jyuto menggelengkan kepalanya kesal. Mengapa temannya ini tidak bisa menahan emosinya. Mata Jyuto kini menatap sang penjaga minimarket itu.
"Hei!"
Pria itu sedikit tersentak. Matanya melihat Jyuto memintanya mendekat. Tanpa pikir pajang, pria itu mendatanginya.
"Siapa namamu?"
"Kuroko Tetsuya." (?)
"Apa kau melihat gadis ini?"
Kuroko melihat foto yang di berikan oleh Jyuto dengan teliti. Hingga matanya membulat sempurna melihat sosok gadis yang ia lihat di culik tadi.
"Bukannya, ini gadis yang di culik tadi!?"
Brak!
"Apa kau bilang!?"
Samatoki mencekram kerah baju Kuroko. Kuroko hanya menelan salivanya.
"Ta - tadi ada orang berpakaian serba hitam menculiknya. Saat aku ingin menolongnya, ia susah di seret masuk ke dalam. A - aku sempat menfoto platnya--"
Samatoki langsung mengambil handphone itu. Matanya membulat sempurna. Dia mendesah kesal.
"Sialan! Dia itu!"
Samatoki memberikan handphone itu kepada Kuroko, lalu langsung beranjak pergi. Mengabaikan teriakan Jyuto yang memanggilnya sedari tadi.
"Memangnya kenapa?" tanya Kuroko.
"Dia adik orang aneh itu." jawab Jyuto dengan santai. Kuroko hanya diam.
***
"Kau sudah mengikatnya?"
"Sudah! Sekarang kita apakan dia?"
"Bagaimana, jika kita jual saja?"
Suara tawa tak enak terdengar. Membuat Yumatoki merinding ketakutan. Kini ia menyesal melawan kakaknya. Seharusnya ia tetap di tempatnya agar ia tak di culik seperti ini! Yumatoki akhirnya tau, mengapa kakaknya melarangnya keluar, dan memaksanya tetap di markas MTC.
Penjahat ini sudah berencana menculik Yumatoki.
Samatoki menngetahui hal itu, dan membawa Yumatoki dengan cara menculiknya. Walau pun caranya aneh, namun setidaknya Yumatoki akan aman. Namun itu hanya penyesalan belaka. Kini penjahat itu menatap sinis Yumatoki yang tengah ketakutan.
'Toki-nii, cepatlah!'
"Sialan! Di mana adiku!"
Sosok pria dengan surai keperakan kini nendobrak pintu. Kedua penjahat yang tadi sedang berbicang membelalak kaget. Samatoki kini datang untuk menyelamatkan Yumatoki! Yumatoki bersyukur, kakaknya alhirnya datang!
"Lepaskan dia sialan!"
"Tch! Pergi kau dari sini breng***!"
Dor!
Penjahat itu menembakan peluru pada Samatoki, namun untungnya dia bisa menghindar. Tembakan kedua dan ketiga pun berhasil di lewat. Hingga Samatoki menendang tangan sang penembak dan mengambil pistol yang terjatuh di atasnya. Pistol itu kini mengarah kearah dua orang.
"Ada kata kata terakhir?"
"Matilah! B*tch!"
Dor! Dor!
Keduanya langsung terjatuh. Tembakan itu tepat mengenai kekepala mereka. Yumatoki tersentak, mungkin hal itu tak akan gampang ia lupakan.
"Pesan terakhir macam apa itu!" ucap Samatoki setengah beteriak. Kini Samatoki berlari ke arah Yumatoki. Tangannya membuka ikatan tersebut. Yumatoki langsung memeluk Samatoki erat, membiarkan tangisannya pecah.
"Gomen! Gomenasai!"
Mendengar itu, Samatoki hanya menghela nafas. Tangannya kini membalas pelukan Yunatoki, lalu mengelus kepalanya lembut.
"Tak apa, semuanya baik baik saja, ok?"
***
Satu bulan kini berlaku. Yumatoki sudah selesai dengan pengobatannya. Karena kejadian itu, ia mengalami trauma dan harus di konsultasikan kepada psikolog. Untungnya, ia cepat sembuh.
Yumatoki kini tengah menyandarkan kepalanya di pundak Samatoki. Mereka tengah duduk di bangku taman, menatap ke arah orang orang yang kini tengah berlalu lalang.
Yumatoki menghela nafasnya pelan. Samatoki hanya menoleh.
"Ada apa?" tanya Samatoki.
"Tidak ... aku hanya menghela nafas kok."
Kembali hening diantara keduanya. Angin berhembus pelan, membiarkan berhembus mengenai surai kedua saudara itu. Meski terkadang keduanya selalu bertengkar, namun keduanya saling mencintai.
Samatoki tak ingin adiknya mengalami hal yang tidak baik. Dia tak mau masa lalunya kembali terulang. Di mana ayahnya selalu menyiksa ibunya. Di mana ayahnya akhirnya mati dibunuh ibunya sendiri. Dan, di mana ibunya mati, bunuh diri.
Dia tak mau adik satu satunya itu hilang dalam hidupnya. Dia akan terus melindunginya, walau pun nyawanya taruhannya!
Dia menyayangi Yumatoki, seperti dia menyayangi dirinya sendiri.
Tamat~
Note:
Telah lulus sensor/di tabok
Ini ceritamu:v
Dua kali up asek
Ku bingung ingin membuat omake seperti apa:'v
Dan aku g tau kenapa cerita ini makin aneh(?)
Hm...
Mungkin, kalian sdh tau masa lalu Samatoki?
Jika blum, baca saja omakenya:((
Btw, sepertinya Samatoki sangat populer di kalangan temen w yak:v
Jyuto: aku kapan keluar?
Rio: aku juga kapan?
Jiro: hei bodoh, aku jg!
Ramuda: aku juga kapan keluar!?
Gentaro: aku tidak apa apa jika tak keluar. Kok^^
Uso desu yo, kapan aku keluar juga?
Dan chara lainnya yang blom nongol
Rina: SABAR OI, SATU SATU NJIR. AAAAA
/slap/
Ok jd:') /habis kelar menabok semua pemeran hypmic/
Jika kalian ingin req, silahkan melihat bctan chap pertama.
Udh ah, bctan gua makin panjang ae:v
Jaa nee!
***
Omake
Masa lalu
"Sialan! Matilah!"
Sosok perempuan itu tengah memegang pisau, dan terus menancapkan pada tubuh seorang pria paruh bayah. Pria itu merintih nyaring, namun tak ada yang peduli. Bahkan kedua anak kecil itu tetap meringkuk dalam kamarnya, sambil berpelukan.
"Samatoki-nii, aku takut!"
Samatoki memeluk tubuh Yumatoki yang lebih kecil darinya. Keduanya kini sedang bersender di pojokan kamar. Tubuh keduanya begetar ketakutan mendengar setiap teriakan ibunya, atau ringkihan ayahnya yang semakin melemah.
Ibunya membunuh ayahnya sendiri.
Alasan? Ibunya sudah tidak kuat lagi dengan kekerasan yang ayahnya berikan kepada dirinya. Sedangkan Samatoki dan Yumatoki? Mereka dapat menghindari itu semua dengan lancar.
Namun, itu membuat ibu mereka stres, dan akhirnya berujung membunuh ayahnya. Suara teriakan dan caci maki itu masih terdengar, membuat Yumatoki srmakin memeluk Samatoki erat.
Hingga pagi pun ikut menjemput, ibunya di temukan bunuh diri dengan pisau yang sama. Pisau yang sama untuk membunuh suaminya. Samatoki dan Yumatokilah satu satunya yang di temukan hidup oleh tetangga.
Kedua anak polos dan tidak tau apa apa itu hanya bisa meratapi nasibnya. Di umurnya yang kecil ini, mereka sudah harus menerima kenangan pahit.
Samatoki tak ingin adiknya ikut pergi seperti kedua orang tuanya. Maka dari itu, ia terus melindungi adiknya. Sampai akhirnya dia menjadi Yakuza, dan memiliki Hypnosis Mic.
Walau pun tak tinggal di rumah yang sama, Samatoki terus berusaha melindung adiknya dengan cara yang menurut adiknya menyebalkan. Walau begitu, keduanya tau mereka saling menyayangi.
Mereka saling mencintai, dan tidak mau merasakan kehilangan. Lagi.
Tamat~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top