With A Love Like You

I wish that you could see the true reality

I'm over your eyes

I'm over your touch

And I'm over the promises that you've broken

When you call me at night

With the sound in your voice

And undo the reason I had for leaving

When I'm out of "I Love You" and I'm out of goodbye"

You know how to hold me and dry my eyes

What should I do with a love like you?

Lagi dan lagi nada lagu itu terngiang-ngiang ditelingaku, berdengung seakan meminta perhatian.Namun aku tidak bisa mendengar, tidak bisa merasakan dan merespon.Aku mengangkat kedua tanganku menutupi kedua telingaku, lambat laun nada itu seakan mengguncang seluruh indraku.Aku berteriak, menangis hingga dadaku terasa sakit.Aku sulit bernafas, air mataku tumpah seakan membuktikan betapa sakitnya aku.

Isak tangisku menggema diseluruh kamar rawat, aku tidak bisa melakukan apapun selain menangis dan berteriak.

Aku memeluk tubuh yang diam diatas tempat tidur, aku berteriak memanggil namanya.Berkali-kali aku berteriak memanggil namanya, memohon kepadanya agar membuka matanya. Namun dia sama sekali tidak mengabulkan keinginanku itu dan hanya menutup matanya..

Lena, sahabatku memeluk tubuhku dari belakang. "Don't be like this, Di... Please, don't..." ucapnya berulang kali menenangkan diriku yang kini berteriak dan meronta-ronta.

Aku tidak perduli, aku bahkan tidak peduli dengan siapapun.Yang aku inginkan hanyalah agar dia membuka kedua matanya. Menatapku dengan mata hijau keemasannya itu, menciumku dengan bibirnya, memelukku dengan kedua tangannya yang kuat

Tuhan, aku mencintainya...

"let me go!" teriakku dan melepaskan diri dari Lena, tanpa sadar aku menampar gadis itu. Aku bahkan tidak meminta maaf pada Lena, yang bisa aku lakukan hanya menangis dan menangis..

Aku memeluk sosok pria yang berbaring diatas tempat tidur, berteriak dan memohon. "..Please, wake up Har..Please, please...!!"

Namun Harry tidak membuka matanya.Pria itu bahkan tidak membalas pelukanku seperti yang biasa dilakukannya."Oh God, please.. Don't take him away from me..Harry!" Keluargaku menangis di belakangku. Bahkan ayah dan ibuku serta kedua orang tua Harry saling menguatkan satu sama lain. Sedangkan Lena menarikku dengan kuat dan memohon agar aku melepaskan Harry

"Diana, you must let him..!" Lena berulang kali memelukku dengan kuat dan menangis.Aku berteriak dan isakanku semakin kencang dan tidak terkendali.

"I love him, Lena. He's my life!" Teriakku disela-sela isak tangisku.

Lena mengetatkan pelukannya dan menahan tangis, "I know. Kita semua tahu bagaimana kau mencintainya Diana. Tapi kau tidak bisa seperti ini..."

Lena benar, aku memang tidak bisa bersikap seperti ini. Tapi aku benar-benar tidak bisa melihat Harry berbaring diam seperti itu dengan berbagai selang terpasang ditubuhnya, Tuhan..aku benar benar tidak bisa kehilangannya.

Semalam, hanya dalam semalam..segalanya hancur hanya dalam semalam. "aku tidak peduli walaupun dia tidak mencintaiku Lena.. Aku membutuhkannya, aku sangat membutuhkannya. I love him Lena..."

Lena tidak menjawab ucapanku dan menelan isaknya sembari memelukku. Aku melepaskan pelukannya dan memeluk harry. Kedua tanganku menangkup kedua wajahnya dengan lembut, aku bahkan terlalu takut memegangnya.Tubuhnya mulai mendingin walaupun sebenarnya itu adalah suhu tubuhnya. "..Harry, I love you. I don't care even if you don't love me like I do..I even don't care if you just love Sherry, Just please, please open your eyes Harry.."

Aku bahkan mendengar isak tangis kedua orang tua Harry, kedua orang tuaku yang kini memilih keluar dari ruangan.Sedangkan aku bahkan tidak bisa menggerakkan kakiku dari sisi Harry. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja, atau aku tidak mau..

"Diana, kau pulanglah, kau sudah bersikap seperti ini sepanjang hari.."Lily, ibu Harry menepuk pundakku dan membuatku menoleh sekilas kearahnya.

Aku tidak tahu betapa buruknya penampilanku sekarang, aku bahkan tidak tahu betapa bengkaknya mataku sekarang. Aku hanya tidak lagi peduli..

Aku menggeleng kepala dan menahan air mataku yang sudah siap keluar lagi, "I don't wanna leave him.."

"Diana.."

"Please, I know I cant catch his heart. At least, let me stay in side of him for awhile..."gumamku pelan. Kemudian aku menggenggam tangan Harry dan meremasnya dengan pelan.

Entah apa yang dipikirkan mereka, aku bahkan tidak mau memperdulikannya. Lena, kedua orang tuaku dan kedua orang tua Harry telah pergi.Mungkin untuk berganti pakaian dan istirahat sejenak. Walaupun mereka sudah berpuluh-puluh kali mengingatkanku untuk istirahat dan walaupun aku ingin melakukannya, aku tidak bisa..

Aku bahkan tidak bisa tidur tanpa mengingat wajah Harry yang sedang kesakitan, aku bahkan selalu mengingat betapa aku tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintainya..

Aku bahkan belum mengatakan Goodbye kepadanya..

Sudah lama aku tahu bahwa Harry tidak mencintaiku, yang dicintainya adalah sahabat kecilnya—Sherry.Tapi aku menolak untuk mengakuinya.Aku bahkan memaksa Harry untuk mencintaiku, aku bahkan meminta bantuan kedua orangtuaku.Aku terlalu mencintainya sehingga bersikap dengan begitu egois.

Tapi jauh didalam lubuk hatiku, aku tahu kepada siapa Harry memberikan hatinya. Dan sebenarnya aku sudah lebih dari siap saat malam itu ia mengirim pesan kalau ia ingin bertemu dan mengatakan sesuatu kepadaku.

Tapi aku tahu aku tidak siap.Walaupun aku berkali-kali mengatakan kepada diriku sendiri bahwa aku siap, tapi kenyataannya aku tidak. Aku mendambakan pelukannya, ciumannya..Tapi aku tetap tidak mendapatkan hatinya.

Dan kini sebagai balasan atas keegoisanku, Harry mengalami kecelakaan.Seharusnya aku melepasnya dari dulu, seharusnya aku memberikan Harry kepada Sherry.

Aku terisak lagi dan mencium punggung tangan Harry, "I'm sorry Harry. Aku egois, aku melakukan segalanya tanpa memikirkan perasaanmu. Aku hanya memikirkan perasaanku sendiri.. Please, I wont be egoist anymore. Just..Just open your eyes, Harry.."

Namun Harry tidak melakukannya..

**

When you call me at night

With the sound in your voice

And undo the reason I had for leaving

When I'm out of "I Love You" and I'm out of "goodbye"

Lagu itu berkali-kali memukul kepalaku, aku tidak bisa bernafas.Sudah 1 bulan sejak kejadian itu namun Harry belum membuka matanya.

"Diana, ini bubur untukmu.." Lena memberikan semangkuk bubur hangat namun aku menggeleng kepalaku dengan pelan

"Aku tidak bisa makan, Lena.."Itu memang benar.Aku tidak makan, aku bahkan tidak bisa tidur. Memang, berat badanku sudah turun banyak sebulan ini, tapi apa yang bisa aku perbuat? Walaupun kedua orangtuaku dan Lena memaksaku menelan makanan, aku akan tetap memuntahkan semua makanan itu..

Lena mengambil sebuah tissue dan mengelap kedua pipinya yang basah karena air mata, kemudian Lena memelukku dan membelai kepalaku dengan lembut, "he will be okay, Di..."

Aku tidak bisa menjawabnya. Aku bahkan tidak tahu lagi kepada siapa aku harus memohon..Berulang kali aku memohon agar Harry membuka matanya, namun pria itu seakan sedang menghukumku. "I don't know Len..It's feel like Harry punishing me for whole I done.."

"No..don't even think about that..!"

"apalagi yang harus aku pikirkan selain itu? Ini sudah sebulan Len, dia bahkan tidak mau membuka matanya untukku.." Kemudian aku menatap Lena dengan penuh kesedihan, "Please Len..bawa Sherry kesini. Mungkin Harry mau membuka matanya.."

Lena menggeleng kepalanya dengan tatapan tidak percaya, "Diana!Are you out of your mind?Sherry sudah menikah dan lagi kau meminta istri orang untuk membangunkan calon suamimu sendiri?Are you mad?"

"I don't care!" teriakku dan bangkit dari tempat duduk. "I don't care, Len. I will do anything for him. Even I must begging for it!"

"you're mad!"

Kemudian Lena meninggalkan kamar dan membiarkanku sendirian. Aku memegang tangan Harry yang semakin kurus, "..Harry, are you mad? Are you miss Sherry? Aku rasa kau pasti merindukannya..Aku janji padamu Harry, kalau kau mau membuka matamu aku tidak akan menganggumu lagi, aku akan membatalkan semua pertunangan yang tidak pernah kau inginkan ini..Aku akan menjauh darimu.." pikiran menjauh dari Harry membuat tenggorokanku tercekat, tapi kalau ini semua yang diinginkan Harry.. I'll do it

"Please, I begging you Harry. Wake up! Open your eyes, Harry.."

Tuhan tahu betapa besar aku mencintainya, selama ini aku hanya bisa menatapnya, mengharapkannya.Dan saat kesempatan itu ada, aku melakukan hal yang bahkan tidak pernah terpikir olehku. Memaksanya untuk menikahiku..

Kalau saat itu aku tahu ini semua akan membuat Harry menjadi seperti ini, aku tidak akan pernah melakukannya. Aku bahkan akan menjauhinya dan bersikap seperti biasanya. Mengangumi dan memimpikannya...

**

One Week Later

Aku mendengar sebuah suara dari belakang dan mengacuhkannya seperti biasa.Namun kali ini aku mendengar suara yang benar-benar mampu membuatku berpaling. "Sherry.."gumamku pelan

Gadis itu seperti yang selalu aku ingat.Ikal pendek dengan mata sejernih air.Paras cantik dan lembutnya mampu menghancurkan kerasnya batu, saat aku melihatnya aku hanya bisa menangis. Sherry berlari memelukku dengan erat, "are you alright?"

Aku menggenggam tangan Sherry seakan meminta pertolongan terakhir, "please, wake up him. I begging you Sher. Please..."

Sherry mengelap air mataku dan mengecup keningku. "he'll be okay, Diana..You're the one who need help"

"No. Its not me and I don't need to helped.."

"Yes, you need it, Diana. You love him so much and it break you" Sherry menggenggam kedua tanganku dengan tatapan penuh sayang, "kau adalah sahabatku, Di. Pergilah kebelakang dan mencari udara segar.."

Aku menggeleng kepalaku, "No.. I don't wan—"

"Go" Saat mendengar suara tegas itu, aku tahu aku tidak bisa membantah Sherry. Gadis itu seperti Harry.Mereka berdua selalu tahu bagaimana membuatku terdiam dan melakukan hal yang diinginkan mereka.Aku mengangguk pelan dan menatap kearah Harry sekilas, seperti mengerti pikiranku Sherry tersenyum, "aku akan menjaganya.Just take fresh air,Di.."

Aku mengangguk dan berjalan lunglai meninggalkan kamar

**

Setelah Diana pergi, Sherry menegakkan tubuh dan menatap sahabatnya yang tengah terbaring tidak berdaya. "kau adalah pria paling brengsek, kau tahu itu Harry? Kau mampu membuat gadis malang itu begitu mencintaimu seakan kau adalah dunianya, dan kau bahkan menghancurkannya sekarang.."

Sherry mendekatkan dirinya ketempat tidur dan menghela nafas pendek, "She'll break Harry. Soon and later.."

"Kalau kau tidak membuka matamu sekarang juga, you'll see how She break herself. She need you more than you ever need me, Harry..." Sherry menggenggam tangan Harry sebelum melanjutkan ucapannya, "I know you love me, Har. Aku menyadari hal itu.Tapi aku tidak bisa menerimamu, dan kau juga menyadari hal itu.Yang tidak pernah kau sadari adalah kau mengalihkan pandanganmu kepada gadis yang benar-benar memberikan dunianya kepadamu, Har. Kau akan menyesali hal itu kalau kau tidak juga membuka matamu, Harry.."

"and I know, you'll never want see her broke.."Sherry mengelap air matanya yang timbul disudut matanya, "kau tahu kenapa aku bisa melepaskanmu dengan tenang, Har?Itu semua karena gadis itu memberikan segalanya kepadamu. Hanya kepadamu..dan bahkan aku tahu betapa dalam perasaan hancurnya saat ia tahu kau tidak pernah mencintainya, sesuatu yang selalu kau sangkal, tapi aku tahu perasaanmu, Har.."

Kemudian Sherry menatap jam dinding dan menghela nafas panjang. Mengecup kening Harry sekilas sebelum memutuskan untuk bangkit berdiri."Wake up, Har. You need to calm her, right now.."

**

Aku berjalan kembali kearah kamar perawatan Harry dan menatap Sherry yang berjalan dilorong.Aku menatap kepergian gadis itu.Kalau kalian bertanya apakah itu terasa sakit menatap gadis yang jelas-jelas dicintai oleh pria yang kau cintai namun tidak kau dapatkan?Yes, it hurt like hell. Tapi jika semua ini adalah demi Harry, walaupun aku sama sekali tidak menginginkannya, walaupun aku sangat membenci hal itu.. Aku akan tetap melakukannya..

Saat berjalan menuju lorong yang menghubungkan lorong Harry, aku melihat begitu banyak dokter yang lalu lalang masuk kedalam kamar perawatan Harry.Rasa panik menghantuiku, aku berlari dengan seluruh kecepatan yang aku bisa.Selagi berlari yang aku takutkan adalah Harry berhenti berdetak atau yang paling parah pria itu menyerah untuk hidup setelah kedatangan Sherry.

Begitu banyak doa yang kusematkan disela-sela lariku dan nafasku. Aku selalu mengulang kata-kata itu.Tuhan, biarkan dia hidup...

Namun saat aku masuk, Harry berada disana.Duduk dengan tenang seperti yang selalu dilakukannya, walaupun dikelilingi oleh perawat dan dokter yang tengah melakukan pemeriksaan. Dokter tersenyum dan menghela nafas lega, "lega rasanya mengetahui bahkan tidak ada keganjilan pada indra anda, Mr. Malory.."

"aku sudah mengatakan kepada anda, bahwa aku baik-baik saja Dok.."

"maaf, ini hanya berjaga-jaga saja. Karena anda sudah koma selama lebih dari sebulan.." Kemudian Dokter melihatku yang tengah berdiri menggenggam kenop pintu dengan tangan bergetar, "baiklah, kalau begitu saya tinggalkan anda ditangan kekasih anda yang begitu setia merawat anda.."

Kali ini Harry menatapku.Entah aku salah, Harry menatapku dengan tatapan lembut. Sesuatu yang tidak pernah dilakukannya..

Kemudian para perawat dan dokter keluar dari ruangan setelah selesai melakukan pemeriksaan.Suasana sunyi diantara kami membuatku kehilangan akal. Dan hal bodoh yang kulakukan adalah berlari memeluknya dengan isakan yang terus menerus keluar tanpa bisa kuhentikan

"Harry.. Harry.." aku mengucapkan namanya berulang kali

Harry mengangkat sebelah tangannya dan mengusap punggungku dengan lembut, "hmm.."

Aku memeluk Harry dengan kencang, melupakan kenyataan bahwa pria itu baru saja bangun dari koma."Harry, maafkan aku.Aku egois, aku jahat. Aku janji padamu Harry, aku tidak akan mengganggumu lagi, aku tidak akan memaksamu. Bahkan aku akan berusaha menjauhimu kalau kau tidak ingin melihatku"

"..Di—"

"aku janji akan membatalkan pertunangan konyol ini, aku juga tidak akan menganggumu Harry. Just please, don't leave me, Har.. Don't close your eyes, don't stop breathing.."

"Diana—"

"I love you Harry.. I'll do anything for you. Please don't hate me, aku akan melakukan apapun Harry, even I must leave you. If you want, I'll disappear.."

Kemudian aku merasakan tubuhku dihempaskan ke tempat tidur dengan mudahnya.Harry berada diatas tubuhku dan menatapku dengan garang.Pria itu bahkan melepaskan infusnya sembarangan yang jelas membuatku takut setengah mati, "Harry?What are you doing?!"

Namun Harry tidak menjawab pertanyaanku.Aku langsung bangkit dan menatap tangannya yang kini mengeluarkan darah karena jarum infus yang dilepaskan secara tiba-tiba.Namun Harry menghempaskan tubuhku—lagi.

"Harry.."

"kau berani meninggalkanku, Diana? If you dare do it, you'll regret it later. I'll stop breathing, I'll close my eyes forever. Do you hear me?!"

Aku menggeleng kepalaku dengan cepat, "..You can't do it.." gumamku pelan seakan berbisik

Harry mengelap air mataku dengan ibu jarinya kemudian mengangkat tubuhnya sehingga sejajar dengannya, dan mengecup bibirku seperti yang pernah dilakukannya, air mataku mengalir—lagi."..I can hear you even I'm coma, Diana.."

Aku merasakan kedua tangan Harry menangkup wajahku dan membuatku menatapnya.Namun air mata membuatku tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.

"..I'm sorry Diana..aku membuatmu menangis, aku mengecewakanmu.." Harry mengecup pangkal hidungku yang memerah, "aku bahkan membuatmu seperti ini..."

Aku menggeleng kepalaku, "no. It's all my fault.."

"No. Ini semua karena harga diriku. Aku menolak menerimamu, karena aku berpikir kau hanya akan mencintaiku untuk sementara dan pergi kemudian. Aku melakukan begitu banyak tes kepadamu. Aku tidak mengagumi caraku, dan aku masih tetap tidak mempercayaimu..namun saat aku koma, aku mendengar walaupun tidak melihat.." Harry mengecup kedua tanganku dengan lembut dan melanjutkan ucapannya sambil menatapku dengan mata keemasannya, "aku mendengar begitu banyak pernyataanmu, aku mendengar begitu banyak tangisan yang kau keluarkan untukku..aku melihat begitu banyak emosi dirimu selama itu menyangkut diriku.."

Aku tidak sanggup mengatakan apapun.. Aku hanya terdiam, mataku seakan terpaku menatap matanya..

"Aku memang arogan, aku merasa kau bukanlah orang yang aku pikir akan mencintaiku, Di..Tapi aku mencintaimu. Aku mencintai segala kelemahanmu, aku mencintai keegoisanmu.. Bahkan aku mengharapkan begitu banyak keegoisanmu dimasa mendatang.."

Kali ini aku menggeleng tidak percaya.Apa Harry baru saja mengatakan cinta?Apa aku baru saja bermimpi bahwa Harry bangun dari komanya dan mengucapkan begitu banyak kata cinta kepadaku? Aku seakan baru saja mendengar Harry mengatakan ia mencintaiku hingga 4 kali..

Kemudian Harry bangkit turun dari tempat tidur dan berusaha berjongkok sambil tetap memegang tanganku. Harry bahkan menatapku dengan penuh kelembutan, tidak..ia bahkan mengecup jemariku. "..Diana Foster, Could you give me a happiness? Could you accept me as your husband? Would you marry me?"

Ketika aku tidak menjawab, Harry menambahkan pengucapannya, "..I love you Diana. Maybe I'm kind a jerk, but I love you and I know you love me like I did, Di.."

Kali ini aku menangis dan aku yakin isak tangisku sudah berada diseluruh ruangan ini.Ini adalah sebuah mimpi yang aku yakini selalu aku mimpikan. Sebuah mimpi yang selalu aku yakini tidak pernah terjadi didunia nyata..

Tapi kali ini aku mendengarnya dari mulut Harry..

"..I love you Harry.. Aku tidak bisa meminta lebih dari ini, aku berharap kau akan bangun.. Aku—"

Harry menghentikan ucapanku dan mengecupku dengan dalam, aku membuka mulutku menerima cintanya yang ditunjukkan melalui ciuman ini.Selama sebulan ini aku begitu merindukannya, aku memohon dan terus menangis. "..Would you marry me, Diana?"

"..yes..." ucapku dan memeluk Harry diselingi isak tangisku, "yes, Harry.. yea, I would, even this just a dream.."

"and you promise to never leave me?"

Aku melepaskan pelukanku pada lehernya dan mengecupnya dengan cepat, "I love you Harry. How could I leave you? You're my life, my soul..you're my breath, Harry..I couldn't do anything without you..."

"so do i..." gumam Harry pelan. Pria itu mampu membuatku melakukan hal yang paling tidak bisa aku lakukan, pria itu juga orang yang selalu membuatku merasa sakit hingga tidak dapat bernafas, pria itu segalanya alasan mengapa aku menangis. Namun pria itu satu-satunya yang dapat membuatku bernafas dan tersenyum disaat aku tidak bisa lagi tersenyum..

Dan pria itu juga yang mampu membuat segala mimpiku menjadi nyata...

Aku mungkin tidak bisa mengatakannya saat itu, namun sekarang dan nanti aku akan terus mengatakannya kepadanya..

you're my reason to breath, You're my reason to cry, You're my reason to smile..

What must I do with a love like you?

I love you—

End



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top