Epilog
Ps: Hati-hati sama kalimat terakhir .... Hati-hati :P
-----
Datang kembali ke rumahku besok pagi, dan siapkan barang-barangmu. Kita akan latihan mengendalikan sihir. Aku juga akan menjawab pertanyaanmu, kalau kau punya.
- Penyihir Roland.
Sebuah kertas bertuliskan pesan itu kemarin malam secara ajaib ada di atas kasurku. Mungkin Penyihir Sensian mengirimkannya lewat sihir, tapi dari mana dia tahu rumahku? Oh, mungkin saja Pak Rio memberitahunya, dia yang mengantarku sampai ke rumah setelah perang kemarin.
Kemarin, aku sempat berbicara dengan Ketua mengenai diriku yang sebenarnya bukan penyihir, hanya tiba-tiba mendapatkan kekuatan sihir dan berlatih dasar-dasarnya dalam waktu singkat. Ketua menyarankanku untuk pergi ke pelatihan penyihir. Aku perlu belajar lebih banyak berlatih sihir, untuk memaksimalkan potensiku dalam perang-perang selanjutnya.
Yah ... walau sudah sempat senang saat segel yang diberikan teman Penyihir Sensian hilang tiba-tiba, ternyata tetap saja aku akan pergi ke tempat itu.
Lalu di rumah, ketika menceritakan semua ke orang tuaku, kukira mereka akan susah menerima, kemudian menolak ketika aku minta izin untuk pergi ke pelatihan penyihir. Tak disangka, mereka malah dengan senang hati membolehkan. Ah, kenapa orang tuaku terlalu santai, sih?
Sekarang, aku baru saja turun dari bus, berjalan sambil menggeret koper untuk mencari rumah dengan alamat yang diberikan Penyihir Sensian. Ugh, harusnya kemarin-kemarin kuminta mereka mengajariku sihir untuk mengangkat barang. Koper ini berat dan ribet sekali dibawa dengan cara manual.
Lima belas menitan berjalan, akhirnya aku menemukan rumah Penyihir Sensian. Kuketuk pintunya dengan tidak sabar. "Aku sudah sampai! Bukakan pintunya!"
Pintunya terbuka sendiri, menampakkan lorong kosong di hadapanku. Aku masuk, lalu refleks mencari ke ruang makan. Tidak ada. Kutaruh dulu kopernya di kamarku, lalu kulanjut mencari Penyihir Sensian di kamarnya. Tidak ada juga.
"Penyihir Sen---Roland, kau ada di mana?"
Pintu ruang buku terbuka. Ah, ternyata dia di sana.
"Bagaimana perasaanmu kemarin?" tanyanya begitu aku masuk. "Jadi bagian dari penyihir, makhluk yang paling kaubenci, dulu?"
"Yah, sebenarnya ... eh, tunggu." Aku mengernyit. "Bagaimana kau bisa tahu aku sangat benci penyihir dulu?"
Penyihir Sensian tertawa. "Pertama-tama, sadar tidak, kau pernah membaca buku yang mirip dengan buku-buku di ruangan ini, kan?"
Aku berpikir sejenak. Sampul berat yang agak mengilap ... sepertinya aku memang pernah membaca buku dengan karakteristik sampul seperti ini. "Ah, iya. Buku-buku sains di perpustakaan dekat rumahku!" Dilihat-lihat, bahan sampulnya nyaris sama. Selain itu, semua buku di sini juga membahas tentang sains.
Penyihir Sensian mengangguk. "Kau jadi sangat menyukai sains secara tiba-tiba, dan membenci sains secara tiba-tiba pula, semua disebabkan oleh buku itu."
"Hah? Memangnya apa hubungan buku-buku itu dengan aku yang tak suka sihir?"
"Itu buku ciptaanku. Yah, bukan ciptaanku sendiri, sih, lebih tepatnya ciptaan anggota divisi sains. Aku memasang sihir di buku-buku ini, yang membuat manusia yang membacanya jadi menyukai sains secara tiba-tiba. Karena hanya dengan membuat mereka menyukai sains saja belum cukup, kutambahkan sihir yang membuat mereka ikut tidak menyukai sihir."
Semua informasi yang tiba-tiba ini membuat pikiranku pusing. "Tidak masuk akal, kenapa penyihir ingin membuat orang untuk membenci sihir dan menyukai sains?"
"Belakangan ini, anak-anak muda yang bukan penyihir kebanyakan tertarik pada ilmu sihir dan jarang melirik sains. Padahal, di dunia yang kita tempati sekarang, sihir dan sains perlu bekerja berdampingan. Alat-alat yang dibuat dengan konsep sains, digerakkan dengan sihir agar energi di alam tidak habis. Kalau pada akhirnya hanya satu komponen yang bertahan, akan terjadi ketidakseimbangan, bukan?
Jadi, dari beberapa tahun yang lalu, terbentuk divisi baru di kalangan para penyihir, divisi sains. Kami bertugas mengembalikan minat sains, dengan sihir. Dan, kau adalah salah satu keberhasilan dari divisi kami."
Jadi ... selama ini aku tidak menyukai sihir dan sangat cinta sains karena dimantrai? Sungguh konyol.
"Aku sudah mencabut pengaruhnya ketika menyerap sihir jahat di tubuhmu, sih, jadi seharusnya dirimu tak lagi merasakan kebencian terhadap sihir dan kesukaan terhadap sains gara-gara sihir itu."
"Ah, jadi karena itu, ketika tiba-tiba disuruh jadi penyihir saat itu, aku tak terlalu keberatan atau melawan."
Penyihir Sensian mengangguk. "Nah, sebelum mulai latihannya, seperti yang kujanjikan di surat, silakan bertanya padaku, kalau ada yang ingin ditanyakan."
"Ah, iya, ada. Malam itu, kau terlihat seperti orang sekarat dan akan mati beberapa menit lagi setelah mewariskan sihir padaku. Tapi kenapa ... sekarang masih hidup?"
"Tidak senang, ya, aku masih hidup?"
"Sejujurnya iya." Aku tertawa, lalu Penyihir Sensian yang kesal kembali menggunakan trik lamanya, mengunci diriku. Seperti yang dulu kulakukan, aku melepaskan sihir yang pengendalian yang dia berikan. "Eits, gampang lepasnya."
Dia menatap datar. "Ya memang sengaja dibuat begitu, buat apa capek-capek mengeluarkan energi cuma untuk mendiamkan anak kecil."
"Tapi, yah, aku agak bersyukur juga. Karena kalau dirimu mati betulan, pasti tanggung jawabku sebagai yang meneruskan sihirmu makin besar."
"Yah, sebetulnya, bisa dibilang, aku saat ini sedang menggunakan sihir darimu juga. Jadi sebetulnya kita hanya bertukar sihir."
Aku mengernyit. "Hah? Memangnya sihirku sebelumnya sekuat itu sampai bisa melukai banyak monster dalam sekali sabetan?"
"Memang sekuat itu." Dia mengangguk. "Cuma sulit dikuasai. Sebelumnya, di tubuhmu terdapat sihir yang berasal dari bom ledakan roh sihir. Roh sihir akan mengikuti sihir yang dimiliki tuannya saat itu. Tuan mereka saat ini, adalah seseorang yang memiliki sihir hitam.
Sihir hitam itu sihir terlarang. Tidak ada yang dilahirkan dengan sihir hitam. Penyihir yang memegang sihir hitam berasal dari penyihir biasa, yang memiliki banyak sekali aura negatif dari tubuhnya. Kebencian, ketakutan, kemarahan, kesengsaraan, dan hal-hal negatif semua semua berubah menjadi satu. Untuk menjadi penyihir hitam, seseorang perlu mengalami semua hal negatif itu dalam kadar yang sangat tinggi dalam hidup mereka.
Kekuatannya memang sangat dahsyat jika berhasil dikendalikan dengan sempurna, namun untuk ditenangkan saja susah sekali. Bahkan, menyadari bahwa sihir dalam tubuh mereka sudah berubah menjadi sihir hitam saja banyak yang luput. Orang-orang yang kehilangan kendali atas sihirnya akan balik dikendalikan oleh sihir tersebut. Itulah kenapa, manusia-manusia yang terkontaminasi sihir ini sering lepas kendali dan tiba-tiba menjadi monster.
Lalu mengenai kenapa diriku masih hidup, ya karena diriku bisa mengendalikan sihir hitam dalam tubuhku. Aku juga sengaja mengungsikan sihirku, agar sihir hitam ini lebih mudah dikendalikan. Kalau sihir biasa dan sihir hitam tetap disatukan, hanya menunggu waktu sampai semuanya berubah menjadi sihir hitam. Lebih baik kuwariskan, kan."
"Tapi aku yang jadi repot," balasku gusar. "Sampai harus latihan di sini segala."
"Yah ... deritamu. Nikmati saja!" Penyihir Sensian tertawa meledek. "Oh, iya, hampir lupa! Siapa sih namamu?"
Aku tersenyum. "Namaku ...."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top