8. Ice
"Erghh!! Ini gawat!" Kata Kazuto
"Ayah...ibu..." panggil Kazuto lemah.
"Ayah......i..bu..." panggil Kazuto semakin melemah, sehingga lama kelamaan dia kembali terjatuh pingsan.
***
Kazuto terbangun di sebuah kamar. Sebuah kamar yang sepertinya dia kenal. Sebuah kamar dengan ukiran yunani disekitarnya.
"Argh! Kepalaku...ini dimana?" Tanya Kazuto sambil melihat sekitarnya.
"Ini, ruangan sihir Paman Khanz?" Gumam Kazuto.
"Sakitnya, tidak terasa lagi." Kata Kazuto sambil berjalan keluar ruangan.
"Halo?" Panggil Kazuto pelan. Kazuto berjalan melewati beberapa ruangan hingga dia menemukan sebuah ruangan yang tidak tertutup sepenuhnya, dan saat dia ingin membuka pintu, tak disengaja Kazuto mendengar percakapan orang tuanya dan Paman Khanz.
"Seiji, Kazuto...racunnya. Aku tak tau apakah itu racun apa, tapi yang aku tau, lama kelamaan keadaannya akan bertambah parah. Hanya satu yang bisa menyembuhkannya, tetesan air dari air terjun Moondif." Kata Khanz
"Mungkin, waktu maksimal kita mencarinya adalah 3 bulan. Jadi, kita harus ke dunia sihir maksimal dalam waktu 1 bulan ini. Saat kita pergi ke dunia sihir, mereka harus sudah bisa mengendalikan sihir mereka." Jelas Khanz lagi.
Setelah mendengar percakapan itu, Kazuto terkaget. Dia bahkan tak tau harus berkata apa ataupun berbuat apa. Kazuto meninggalkan ruangan itu dan dia pergi menyendiri di sebuah kamar kosong.
Sedangkan dalam ruangan lain,
"Gray, bagaimana kalau kita melakukannya?" Tanya Lyra. Yah, karena kejadian dengan Kazuto, Khanz menyuruh untuk mereka, yaitu Lyra, Leon dan Chloe untuk berdiam dirumahnya selama beberapa hari karena takut akan ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi lagi.
"Dasar bodoh! Kalau begitu kita akan menganggu Kazuto! Kita tidak bisa menggunakan halaman karena sekarang sudah gelap. Jadi, kita lebih baik berdiam saja dulu." Kata Chloe
"Apa Kazuto sudah terbangun ya? Sudah hampir 4 jam dia tertidur, walau racunnya sekarang tidak sakit, tapi nanti pasti akan kembali sakit. Dan mungkin akan lebih parah dari sekarang." Kata Reine
"Aku khawatir padanya, dia terlihat lebih pucat dari saat dia bertengkar dengan Gray." Kata Leon
"Hei! Aku tidak bertengkar ya!" Bantah Gray.
"Tapi, kita tidak bisa menyangkal keadaannya sekarang. Tadi ayahku berkata padaku bahwa semakin lama, keadaan Kazuto akan semakin kritis." Kata Reine.
"Apa yang harus kita lakukan kalau begitu?" Tanya Chloe
"Entahlah, hanya menunggu keputusan dari orang tua dan berdoa demi keselamatan Kazuto." Kata Lyra
***
Kazuto hanya terdiam di ruangan kosong itu. Tak bergerak tak bicara, hanya duduk di dekat jendela dan memandang ke arah langit. Entah bagaimana, dengan cara itu Kazuto bisa menjadi lebih tenang. Tenang dan menunggu keputusan datang.
"Bintangnya, indah." Kata Kazuto sambil tersenyum
"Kazuto!!" Panggil seseorang yang sepertinya adalah suara dari Leon.
"Disini kau rupanya!" Kata Reine setelah membuka pintu kamar yang didiami Kazuto
"Apa?" Tanya Kazuto dingin
"Tenanglah, kami hanya ingin kau beristirahat dan sembuh dulu." Kata Lyra melanjutkan
"Aku... sudah dengar semuanya." Kata Kazuto
Lyra, Chloe, Reine, dan Leon hanya bisa menunduk lesu mendengar perkataan itu. Bagaimana tidak, mereka tidak tau bagaimana rasanya terkena sebuah racun yang hampir tidak ada obatnya. Tetapi berbeda dengan Gray, dia lebih terlihat marah. Gray mendekati Kazuto, lalu menarik kerah bajunya.
"Gray!" Teriak Lyra
"Kau! Sampai kapan kau ingin hidupmu seperti ini? Jangan menyerah begitu saja! Setidaknya kau masih bersyukur karena kau masih bisa disembuhkan! Apa kau ingin berkata bahwa dirimu adalah satu-satunya orang yang menderita? Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri! Bagaimana kau bisa sembuh kalau kau sendiri tak punya semangat hidup??" Kata Gray kasar.
"Maafkan aku. Gray, kau bisa melepaskanku sekarang." Kata Kazuto lebih tenang.
Gray langsung meninggalkan ruangan itu dan pergi menjauh dari mereka berlima
"Gray, bisa seperti itu? Maksudku, dia bisa berkata seperti itu?" Tanya Leon terkaget-kaget.
"Dia itu hanya dingin diluar, semakin dalam kau mengenalnya, semakin hangat kau berhubungan dengannya. Gray adalah orang yang baik. Tapi karena sebuah peristiwa, dia menjadi dingin diluar hatinya." Kata Reine tersenyum
"Peristiwa?" Tanya Kazuto
"Tapi, Kazuto. Kau tak apa?" Tanya Chloe dan Kazuto mengangguk
"Aku tak apa. Aku hanya kaget karena masalah itu." Kata Kazuto.
"Aku mungkin sebaiknya keluar dulu. Aku ingin mencari angin." Kata Kazuto lalu pergi ke halaman.
"Kita tidak bisa menyalahkannya. Dia pasti shock dengan keadaannya sekarang. Kita hanya harus mengawasinya." Kata Reine sedikit lesu.
Kazuto berjalan di halaman rumah Gray sambil melihat-lihat sekitar dan tersenyum.
"Rumputnya, menari." Kata Kazuto sambil duduk di sebuah ayunan. Rumah Gray memang memiliki keluasan dan keindahan yang sempurna. Halaman yang menyerupai taman bunga dan rumah sederhana dengan berbagai barang antiknya.
"Halo." Kata seseorang dengan suara berat di depan rumah Gray.
"Ups!" Kata Kazuto langsung berdiri dari ayunan dan mendekati orang itu.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Kazuto ramah.
"Saya hanya ingin mencari yang bernama Kagoyama Kazuto. Tadi saya mencari kerumahnya dan dikatakan oleh tetangga bahwa dia sedang berada disini." Kata orang itu sambil menurunkan topinya hingga menutupi wajahnya.
"Maaf, Kagoyama Kazuto itu saya. Anda siapa?" Tanya Kazuto sedikit merasa aneh.
"Ah! Kebetulan, saya hanya ingin menemani anda sebentar." Kata orang itu semakin bersuara payau.
"Menemani? Maksudmu?" Tanya Kazuto sambil sedikit menjauh dari orang itu.
Orang itu langsung meloncati pagar dan menyerang Kazuto dengan sebuah pedang yang pendek.
Secara refleks, Kazuto langsung menghindar dari serangan orang itu. Tapi tak hanya sampai disitu, orang itu kembali menyerang Kazuto hingga Kazuto semakin terpojok. Saat ini, Kazuto masih tetap mencoba menghindar, karena dirinya yang belum pulih sepenuhnya dari racun membuat sihirnya tertekan dan semakin susah dikeluarkan.
"Apa yang kau mau!?" Tanya Kazuto. Tapi walaupun begitu, tidak ada yang bisa mendengar suara Kazuto maupun suara pertarungan itu, karena semua sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing didalam rumah.
"Aku hanya ingin satu orang dari enam anak legenda memasuki liang kuburnya." Kata orang itu menyeringai dan kembali mencoba melukai Kazuto
Kazuto lalu mencoba membuat sebuah pedang dengan esnya. Kazuto memang bisa mengeluarkan sihirnya, tapi tak bisa seluruhnya dikeluarkan karena kondisinya saat ini menang lemah.
Kazuto lalu terpojok karena serangan bertubi-tubi dari orang itu. Tapi Kazuto sempat membuka topi orang itu dan memperlihatkan seorang pria seumuran ayahnya dan berambut pirang.
"Kau! Sepertinya aku pernah melihatmu!" Kata Kazuto
"Iya, kau pernah. Aku adalah orang yang menembakkan anak panah beracun itu padamu." Kata orang itu semakin menyeringai.
Seketika itu juga, Kazuto merasakan sesuatu dalam dirinya keluar. Keluar dan ingin memberontak.
"Kau ya?" Kata Kazuto
"Kau harusnya berterimakasih padaku. Kali ini aku memberitaumu karena aku tak yakin kau bisa mendengarku di akhirat." Kata orang itu sambil tertawa
"Jadi memang kau orangnya." Kazuto menatap orang itu dengan tatapan yang lebih serius dari biasanya. Matanya berubah dari abu-abu menjadi biru pekat.
Kazuto membuka sedikit mulutnya. Dan terlihat seperti dia menghisap udara disekitarnya.
"Panas? Malam begini?" Tanya orang itu kebingungan.
"Devorsé. Aku adalah pengendali es. Aku memakan dingin dan menyerapnya menjadi kekuatanku." kata Kazuto langsung menyerang orang itu hingga orang itu terlihat bersusah payah menahan serangan dari Kazuto
"Congeladores y regulador de frío. Dardo." Kata Kazuto dan seketika muncul anak panah dari belakang Kazuto dan menyerbu orang itu.
"Congeladores y regulador de frío. Espina congelada." Ujar Kazuto kembali. Dan kali ini yang terjadi adalah rumput disekitar mereka berubah menjadi beku dan runcing seperti duri.
"Jadi, aku berikan kau pilihan." Kata Kazuto menyeringai
"Satu. Terkena panahku. Atau dua, jatuh tersungkur di antara duri itu." Kata Kazuto semakin menyeringai dan memperkuat serta memperbanyak anak panahnya.
Walaupun anak panah beberapa berhasil ditangkis orang itu, ada juga anak panah yang mengenai orang itu. Setelah beberapa lama Kazuto menyerang, orang itu akhirnya terjatuh dari tempatnya dan tersungkur di rumput beku itu.
Walaupun begitu, orang itu kembali mencoba berdiri.
"Akhh!!!" Teriak orang itu kesakitan akn banyaknya luka yang dia dapat
"Dasar, keras kepala ya? Baiklah, karena saat ini aku sedang berbaik hati. Bagaimana kalau kau kubunuh saja sekalian?" Kata Kazuto dengan tawa kecil.
" Trituradora de magia . Granizo." Kata Kazuto dan perlahan, ada beberapa butir es kecil berjatuhan dari langit.
"Kau tau? Es itu berubah menjadi es yang lebih besar berbentuk bunga jika terkena sesuatu." Kata Kazuto.
Dan dalam sekejap, orang itu sudah tertimbun bunga es dan membeku di antara bunga es itu.
"Oya, satu lagi kuberitahu. Aku tak punya satupun tetangga." Kata Kazuto menyeringai.
Hei! Apa kabar?
Bagaimana dengan ini? Mohon vomment ya.
Makasih. Bye
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top