15. Weird
"Rayo regulador y tormentas! Chains!" Ucap Chloe mengarahkan serangan petirnya ke sebuah capung yang berterbangan.
"Chloe, maaf aku mengatakan ini. Tapi, elemen petirmu.... agak sedikit lambat." Kata Reine menilai Chloe yang daritadi hanya kelelahan untuk menangkap seekor capung dengan sihirnya.
"Iya, aku memang susah mengarahkan petirku ke sesuatu yang bergerak cepat." Kata Chloe lesu.
"Lalu kalau musuh yang ada ditanah? Kau bisa mengenainya?" Tanya Leon yang memperhatikan daritadi.
"Kalau musuh yang ada ditanah aku tak masalah. Lihat," kata Chloe sambil menjentikkan jarinya. Sepertinya Chloe mengarahkan petirnya ke seekor kucing yang ada disana. Dan benar saja, kucing itu langsung berteriak dan menjauh dari tempatnya dia berada tadi.
"Aku hanya perlu membuat sebuah gelombang listrik disekitar mereka. Dan itu sudah pasti akan mengenai mereka. Tapi, gelombang listrik hanya bekerja di tanah. Tidak di udara." Kata Chloe.
"Kalau begitu, mengapa kau tidak membuat badai petir? Dengan banyak petir, pasti setidaknya satu petir akan dapat mengenai musuhmu kan?" Kata Kazuto.
"Itu namanya langsung menghabiskan tenagaku 80% untuk sebuah musuh kecil. Lagipula, kau mau terkena petirnya?" Gerutu Chloe
"Maaf. Aku sendiri tak tau kalau itu akan menghabiskan tenagamu dan juga nyawaku." Kata Kazuto sambil tertawa kecil.
"Nah, bagaimana kalau kita bertarung saja?" Kata Reine memecah keheningan yang terjadi kembali setelah beberapa lama.
"Bertarung? Tapi, ini adalah tempat ramai. Beda dengan rumah kita di sana." Kata Leon.
"Tapi, ini juga adalah dunia sihir. Jika kita bertarung didunia sihir, itu sama dengan kita berdebat didunia nyata." Kata Gray.
"Oh benar juga." Kata Leon menggaruk-garuk belakang kepalanya.
"Kalau begitu, bagaimana jika kita bertarung jarak dekat? Nanti kita akan mencoba menemukan kekurangan dan kelebihan dari lawan. Ya?" Kata Reine.
"Aku.... lemah dalam hal jarak dekat." Kata Kazuto mundur beberapa langkah.
"Tak apa, ini bisa digunakan untuk melatih kemampuan jarak dekatmu." Kata Reine.
"Setidaknya ada untungnya kan?" Kata Lyra.
"Jangan mempengaruhiku." Kata Kazuto pasrah.
"Aku tak mempengaruhi, kalau kau tak ingin ikut tak apa." Kata Lyra membuang muka dari Kazuto.
".... baik! Aku ikut!" Kata Kazuto pasrah.
"Nah, baguslah! Kalau begitu, silahkan pilih lawan, dan kita akan berhadapan." Kata Reine.
Setelah lama mereka berdebat dan berdiskusi, akhirnya mereka berenam mendapat sebuah keputusan. Reine dengan Leon, Lyra dengan Kazuto dan Chloe dengan Gray.
Mereka mulai bertarung didepan rumah Oma Laine. Mereka bertarung dengan sengit dan tak kenal lelah. Mereka juga mendapatkan beberapa luka, bagi mereka luka adalah bukti dari keseriusan dan tekad kuat untuk mengalahkan musuh yang ada didepan mereka.
Dan tanpa mereka sadari, pertarungan yang mereka sebut sebagai latihan telah mengundang beberapa orang asing untuk menonton pertarungan mereka yang sengit. Orang-orang itu sepertinya menikmati pertarungan itu, mereka sangat serius, bahkan mereka membuat sebuah kerumunan disana.
"Eh?" Kata Kazuto tiba-tiba.
"Apa? Kau menyerah?" Kata Lyra yang menjadi lawan Kazuto saat itu.
"Bukan, itu." Kata Kazuto sambil menunjuk kerumunan orang yang mengitari rumah Oma Laine. Lyra dan juga yang lainnya langsung melihat kearah kerumunan yang ditunjuk Kazuto.
"Akh!" Chloe sontak kaget melihat banyaknya kerumunan yang sedang mengitari rumah Oma Laine untuk dapat menyaksikan latihan mereka berenam.
"Anu, maaf. Tapi... ada yang bisa kami bantu?" Tanya Reine sopan tapi dengan wajah yang kaget.
"Wah! Maaf, kami hanya terkesima melihat kalian bertarung tadi." Kata salah seorang pria yang menonton latihan mereka tadi.
"Iya, kami belum pernah melihat sebuah pertarungan yang sangat serius seperti tadi." Kata seorang wanita kali ini.
"Maaf, tapi kami akan pergi saja." Kata wanita itu lagi dan langsung meninggalkan tempat ia berdiri tadi.
Mereka semua yang tadinya menonton langsung menyebar seperti ternak yang lepas dari kandangnya, tapi Kazuto melihat seseorang yang daritadi hanya berdiam ditempatnya. Seorang pria dengan tuksedo yang mewah dan memakai kacamata sedang tersenyum sinis. Tapi, orang itu langsung menghilang tiba-tiba tanpa satu jejakpun.
"Siapa itu?" Gumam Kazuto memicingkan mata hingga yang lainnya lihat adalah sebuah garis yang melintas dibawah alis Kazuto.
"Hei!" Panggil Gray
"Ah! Oh, ya?" Kata Kazuto sedikit kaget.
"Kau kenapa? Matamu rusak?" Kata Gray dingin.
"Manusia bodoh berkata hal yang bodoh." Balas Kazuto.
"Ehem!" Kata Reine yang membuat mereka berdua langsung menghentikan pembicaraan mereka.
"Ini bukan rumah milik kita. Jadi, sekali lagi kalian beradu mulut, kalian akan kehilangan lidah kalian." Kata Reine dengan tatapan dinginnya
"Baik! Maafkan kami!" Kata Gray dan Kazuto bersamaan.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita masuk saja. Kita latihan besok saja lagi. Aku takut dengan kerumunan tadi." Kata Reine melangkah masuk kedalam rumah dan diikuti oleh yang lain.
"Selamat datang di rumah Oma Laine." Kata Oma Laine yang daritadi sudah menunggu dibelakang pintu rumahnya.
"Oma! Mengagetkan saja!" Kata Lyra
"Ahaha, maaf. Tapi, waktu Oma ingin memanggil kalian, kalian sepertinya sibuk sekali dengan urusan kalian bersama orang-orang asing tadi." Kata Oma Laine sedikit tertawa.
"Dasar, Oma yang aneh." Kata Gray.
"Jadi, Oma ingin bicara apa? Kenapa menunggui kita?" Tanya Kazuto
"Memangnya Oma mau bilang apa?" Tanya Oma Laine balik.
"Memang Oma aneh." Kata Lyra
"Maaf, Oma bercanda." Kata Oma Laine kembali tertawa.
"Dasar, Oma yang aneh." Kata Gray lagi.
"Kalian duduk dulu, kalian pasti capek kan? Akan Oma buatkan sesuatu untuk kalian. Teh? Susu? Kopi? Atau Vodka? Atau mau yang derajatnya tinggi?" Kata Oma Laine.
"Oma! Buatkan 6 teh saja!" Kata Reine sedikit memijat dahinya.
Oma Laine kembali tertawa sebelum dirinya pergi ke dapur untuk membuatkan minum bagi cucu-cucunya itu.
"Dia aneh." Kata Gray lagi.
"Seingatku, dari dulu memang sudah aneh." Kata Reine.
Tak lama kemudian, Oma Laine datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi 6 gelas berisi teh.
"Silahkan." Kata Oma Laine sambil duduk dan membagikan teh yang dibawanya itu.
"Jadi, Oma ada apa memanggil kita?" Kata Reine
"Hmm," Oma Laine terlihat berpikir keras, "Oya! Begini, Kazuto pasti sudah tau kan? Bahwa kalian akan pergi ke air terjun moondif." Kata Oma Laine.
Kazuto mengangguk sedangkan yang lainnya hanya terdiam.
"Anu, sebenarnya kami juga sudah tau hal itu." Kata Leon memecah keheningan diantara mereka.
"Oh! Baguslah kalau kalian sudah mengetahuinya." Kata Oma Laine.
"Jadi, sebenarnya rencananya, kalian akan pergi menuju air terjun itu sekitar satu minggu lagi. Ingat! Gunakan waktu itu sebaik mungkin, latih kemampuan bela diri kalian! Latih kemampuan sihir kalian. Dan juga," Kata Oma Laine diam sejenak.
"Dan juga?" Tanya Chloe penasaran
"Latihlah pesona kalian!" Kata Oma Laine
"HAA??" sontak semuanya langsung terkaget mendengar perkataan dari Omanya itu.
"Latih pesona kalian. Dengan begitu, kalian bisa mendapat lebih banyak penonton dengan latihan dan pertarungan kalian." Kata Oma Laine sambil tersenyum tak jelas.
"Orang ini sungguh aneh!" Kata Gray dengan nada sinis.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top