7. Pleased

"Satu, jangan berteriak. Dua, jangan berani-berani untuk kabur. Tiga, jangan melawan. Aku akan menyayat lehermu kalau kau melanggar." Kazuto mengeratkan pegangan tangannya pada rantai yang mengikatnya.

Kazuto lalu melepas kakinya dan menahan satu bahu orang jangkung itu dengan kaki kirinya dan kaki kanannya menyangga tubuhnya.

"Hei! Apa kau sudah gila! Berani-beraninya kau melakukan ini! Kau su--"

Kazuto menggores leher orang itu dengan kuku kakinya yang terlapisi es tipis.

"ADUH!"

"Sst, satu." Orang itu kembali terdiam sambil menahan rasa sakitnya dan darah yang mengucur dari lehernya.

"Air yang ada di udara memihakku dan membeku di sekitarku. Aku akan mulai bertanya."

***

"Lyra, para pasukanku akan segera melakukan pencarian informasi dan menyebar luas diantara penduduk setempat. Kami akan menyamar dan mencari berbagai informasi yang bisa kami dapatkan, selebihnya, kami mohon untuk selama itu, agar kalian tetap berlatih dan menyusun rencana sebaik mungkin." Kata Zint. Lyra mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan setelah mengucapkan terima kasih.

***

"Cih, hahahahahaha! Kau begitu naif!"

Kazuto mengernyitkan dahinya dan menatap tajam orang yang kini malah memegangi kaki kiri Kazuto.

"Kau pikir kekuatanku hanya sebatas petir?" Orang itu lalu menggerakkan jari-jarinya dan berbagai macam benda terwujud dengan tiba-tiba.

"Object Replicator. Aku bisa menggandakan seluruh benda yang pernah aku sentuh sebelumnya. Dan untuk kali ini, mari buat suatu hal spesial. Sedikit hukuman untukmu, Kazuto!" Orang itu lalu membuka tangannya dan sebuah pemukul bisbol yang terbuat dari besi muncul diatas tangannya.

Orang itu menggenggam pemukul bisbol itu dan memukul dada Kazuto sekeras mungkin. Kazuto memuntahkan darahnya, menahan rasa sakit yang tak bisa ia bendung lagi. Orang itu memukul Kazuto terus menerus dengan sekuat tenaganya.

"Biar kuberitahu kau satu hal, namaku Teckin, satu dari sepuluh jenderal yang ada di sini."

Teckin memukul Kazuto sekuat tenaganya pada bagian kepala Kazuto. Dan Kazuto, seketika itu juga langsung melihat warna hitam dan tubuhnya lunglai tak bisa bergerak lagi.

***

"Ervan, lakukan yang seperti biasa. Dan Sarah, kau akan hancurkan mereka semua." Kata Frost di tengah ruangannya kepada Sarah dan Ervan yang kini tengan tersenyum jahat.

Ervan lalu berlari dengan cepat keluar dari ruangan Frost. Dan Sarah, perlahan keluar menuju dapur untuk mengambil nampan dan makanan lalu membawanya ke tempat Kazuto terikat.

Begitu Sarah masuk ke dalam, Kazuto memar disekujur tubuhnya. Teckin yang berada di sebelahnya sedang duduk menyantaikan dirinya.

"Teckin, kau keluarlah." Kata Sarah menaruh nampannya di meja tempat Teckin duduk.

Teckin lalu keluar dengan tangannya yang berlumuran darah Kazuto. Begitu Teckin keluar, Sarah menepuk pundak Kazuto.

"Kazuto." Panggil Sarah, tapi Kazuto tak bergerak sedikitpun.

Sarah memanggil Kazuto terus menerus, dan Kazuto sedikit demi sedikit mulai tersadar dan menatap Sarah.

"Ini, makan. Aku tak ingin kau mati kelaparan di sini." Kata Sarah memberi Kazuto satu buah roti dan memasukkan roti itu ke mulut Kazuto.

"Nah, bagus. Telan dulu, aku akan memberimu air setelah itu." Dan Sarah mengambil satu gelas berisi air dan menuangkannya ke dalam mulut Kazuto.

"Kau beristirahatlah. Sekedar info, sekarang ini larut malam." Kata Sarah lalu mematikan lilin dan menutup pintunya.

Kazuto merasakan berbagai hal sedang melumuri dirinya. Marah, lelah, sakit, ia mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari cengkeraman rantai di kedua pergelangan tangannya.

Cring! Cring!

Kazuto semakin berusaha untuk melepaskan tangannya. Dan dengan tenaga yang ia miliki,

TRANG!

Tangan kirinya terlepas dari rantai itu. Kazuto lalu dengan mudah bisa melepaskan diri dari rantai yang mengikat tangan kanannya. Kazuto lalu terjatuh dengan cukup keras dan merasakan sakit di sana sini.

Banyak tulangnya yang patah dan sobekan di kulitnya kembali mengeluarkan darah. Dengan rantai yang terlepas itu, Kazuto bisa kembali menggunakan sihirnya. Dan seperti biasa, ia menutup seluruh sobekan itu dengan esnya.

Dengan langkah yang pincang, Kazuto membuka pintu perlahan, dan semuanya sudah gelap. Ia sepertinya terkunci di ruang bawah tanah. Kazuto berjalan semakin cepat dan menggunakan instingnya untuk mencari jalan keluar. Beberapa buah kepingan es beterbangan dan memberitahu Kazuto lokasi keluar yang terdekat.

Beberapa penjaga terlihat di pintu keluar, dan Kazuto menembakkan peluru es kepada seluruh penjaga itu.

Kazuto membuka pintu keluar ruang bawah tanah, dan menaiki tangga. Hampir tidak ada pencahayaan, hanya ada beberapa orang yang bermondar-mandir menjaga lorong. Kazuto lalu membuat lantai menjadi es yang licin dan meluncur dengan cepat menuju pintu keluar. Kazuto membekukan seluruh orang yang ia temui dan segera membuka pintu keluar.

Kazuto merasa sangat terpukau menatap langit setelah 2 hari ia terkurung memandang lilin yang sama. Tapi, Kazuto sendiri tidak mengetahui, bahwa seseorang telah membuntutinya selama ia mencari jalan keluar.

***

Leon terbangun karena ingin buang air kecil. Ia menggaruk-garuk kepalanya dan melihat keluar jendela kalau hari sudah benar-benar gelap. Bulan mencapai titik puncaknya dan bintang-bintang menemaninya. Leon segera menuju kamar mandi, dan melepaskan kenikmatan. Leon menuju lantai bawah dan segera ingin meneguk air menghilangkan kehausannya.

Tiba-tiba, mata Leon tertuju pada Chloe yang tengah terduduk di sofa dan menatap keluar jendela.

"Chloe?"

"Hm, Leon!" Chloe sedikit terkaget dengan Leon.

"Sedang apa kau?" Tanya Leon ikut duduk disebelah Chloe.

"Melihat matahari terbit." Kata Chloe.

Leon berpikir sejenak lalu menarik Chloe keluar rumah, "Di atas kurasa lebih baik." Leon lalu membuat permukaan tanah menjadi lebih tinggi dan berjalan menaiki atap bersama Chloe.

"Nah, lebih baik kan? Mataharinya akan datang sebentar lagi." Kata Leon dan Chloe memeluk lututnya.

Chloe dan Leon terdiam sejenak sambil melihat jalanan yang sungguh sepi karena waktu yang memang sangat tak memungkinkan terjadinya keramaian.

"Ah benar, suasana disini lebih indah."

Leon dan Chloe saling menengok, Sarah ada di antara mereka berdua. Sarah menggerakkan jarinya dan sebuah cahaya putih masuk ke dalam kepala Chloe dan Leon. Sarah tersenyum lebar.

***

Kazuto menyeret kakinya yang masih tidak bisa ia gunakan dengan baik. Ia sudah memasuki kawasan kotanya. Ia menyadari kalau jarak dari tempat ia disekap dan rumahnya merupakan kawasan yang ia kenal.

Kazuto berjalan dan matahari sudah memunculkan sedikit demi sedikit bagiannya. Kazuto lalu akhirnya tiba di depan rumah Oma Laine. Pemandangan yang sangat ia rindukan dan inginkan. Ia bisa mendengar suara dari masakan Reine dan aromanya yang sangat khas dengan bumbunya. Kazuto berjalan dengan pelan dan mencoba untuk merasakan rumput yang diinjaknya. Ia tersenyum bahagia.

Kazuto berjalan menuju pintu depan dan berharap bahwa ia akan disambut dengan tangisan. Ia mengetuk pintu dan memanggil nama Chloe, Leon, Omanya dan yang lain dengan suaranya yang parau. Tenggorokannya sakit karena siksaan dari Frost. Kazuto terus mencoba mengetuk pintu.

Dan suara Lyra yang mengatakan, "Datang!"

Suara kunci pintu yang dibuka dan juga suara decitan pintu yang Kazuto rindukan akhirnya terdengar kembali di telinganya.

a/n

Kritik saran dong gaes 😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top