21. Monsters
Krtk! Krtk! JDER!
Chloe menatap ke luar jendela dan menghela nafasnya pelan, "Kapan hujan ini akan berhenti?"
"Hujan seperti ini tidak akan berhenti dengan cepat... kurasa." Kata Lyra lalu petir kembali bersahutan.
"Yah, kalian bersemangatlah. Aku akan kembali ke dunia nyata. Masih ada banyak urusan di sana." Kata Oma Laine lalu kembali melompat ke dalam portal sambil melambaikan tangan. Portal pun tertutup kembali.
***
Frost melangkahkan kakinya ke balkon ruang kerjanya. Ia merasakan hujan yang turun membasahi tangannya yang sengaja ia julurkan keluar atap balkon. Di wajahnya, tercetak senyuman tipis yang terlihat kejam dan jahat.
"Trish? Apa aku harus melakukannya sekarang?" Tanya Frost lalu menengok pada wanita yang duduk memegang sebuah map di sofa ruangannya.
"Menurut kalkulasiku, jika mereka melakukan yang kemarin dengan cukup susah, kurasa yang kali ini akan sangat membuat mereka kesusahan. Lagipula, cuaca saat ini sudah dibuat sedemikian rupa oleh Nex. Rugi jika tidak memanfaatkannya." Kata Trish.
"Kau benar. Baiklah, sedikit kejutan untukku pada kalian, warga Kota Gruemor." Frost melompat ke atas atap balkonnya dan berjongkok.
"Como tu amo, te llamo. Como mi siervo, debes obedecer todo mi orden. Invocar a mis sirvientes!"
5 buah lingkaran sihir yang sangat besar dan masing-masingnya berbeda warna, terbentuk di depan Frost. Lalu, seekor burung raksasa yang berwarna biru, memiliki sayap yang sangat lebar, dan berparuh besar, muncul dari salah satu lingkaran sihir Frost. Lalu, seekor banteng dengan tanduknya yang berwarna hitam dan bulunya yang berwarna kecoklatan, muncul dari lingkaran sihir lainnya. Seekor kucing raksasa yang berwarna hitam dan corak putih, muncul dari lingkaran sihir lain. Lalu, seekor ular yang berwarna hijau dan mendesis, juga keluar dari lingkaran sihir yang masih mengeluarkan tubuhnya sangat panjang. Dan juga, seekor kalajengking raksasa yang berteriak keras dan menggerakkan kedua capitnya, muncul dari lingkaran sihir yang lain.
"Mari bermain."
***
Ervan menengok ke arah luar dan telinganya bergerak-gerak, "Suara apa itu?"
Kazuto yang juga mendengarnya, lalu membuka pintu dan hanya melihat, juga mendengar air hujan yang terus turun tak kunjung berhenti. Kazuto menggeleng pelan pada Ervan yang masih mendengar suara-suara kecil dari telinganya yang sangat peka.
"Suaranya mendekat. Sangat dekat. Astaga!" Ervan membuat sebuah lingkaran sihir yang besar dan sebuah kaki binatang raksasa menginjak-injak rumah Khanz. Tetapi, lingkaran yang Ervan buat melindungi mereka dari terjangan kaki itu. Banteng itu lalu melanjutkan dan berlari kesana kemari.
Ricuhan penduduk mulai terdengar. Dan ada beberapa penyihir lain yang terlihat berusaha untuk menghentikan banteng itu. Seluruh aparat keamanan dikerahkan dan berusaha untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
"Ervan, ki--" Ervan menyuruh Sarah diam dan ia memegangi telinganya. Keheningan terjadi di antara mereka. Hujan turun membasahi mereka semua dan Ervan masih berkonsentrasi.
"4... ada 4 di keempat mata angin. Dan... satu lagi, berteriak di atas." Kata Ervan melihat seekor burung yang melintas dengan cepat.
"Apa?!" Kazuto segera meloncat ke atas atap dan melihat asap mengepul dari seluruh arah.
"Ini parah. Terlalu parah. Kita harus segera menghentikan mereka. Ervan, gunakan telepati Sarah dan beritahu kami posisi mereka." Kata Gray. Ervan mengangguk dan ia pergi bersama Sarah menuju salah satu arah kericuhan itu.
"Kalian mendengarku?" Suara Ervan muncul dalam pikiran mereka. Dan mereka menjawab bersamaan.
"Arah barat daya, 2 kilometer dari kalian. Lalu, ada yang berada di utara, 800 meter dari kalian. Dan yang satu ini, mendesis, tak sampai 400 meter di arah tenggara."
Mereka berenam mengangguk. Chloe bersama Lyra pergi menuju arah utara. Gray pergi ke tenggara. Leon dan Reine pergi ke arah barat daya. Dan Kazuto menatap pada seekor burung yang melintas kesana kemari.
"Ayo!"
***
Begitu Sarah dan Ervan sampai di salah satu tempat monster itu, sudah banyak sekali korban yang berjatuhan dan seekor kucing mengeong kecil sambil menjilati kakinya. Ervan dan Sarah lalu berkomunikasi kembali dengan yang lain.
"Aku menemukan... entahlah, kucing? Monster kucing." Kata Sarah sambil menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya di pelipisnya.
"Burung sialan! Congelación de choque!" Kazuto sudah mulai melancarkan serangannya pada burung itu.
"Di sini ada banteng. Yang baru saja lewat tadi." Kata Leon dan Reine.
"Seekor kalajengking... besar dan menjijikkan." Kata Lyra setelah melihat seekor kalajengking yang menginjak-injak genangan darah.
"Dan aku menemukan makhluk mendesis itu." Kata Gray yang kini saling bertatapan dengan seekor ular yang menggerak-gerakkan ekornya.
Kazuto melancarkan udara beku dan burung itu terjatuh karena sayapnya yang sudah kaku. Kazuto tersenyum senang dan segera mengejar burung itu. Tapi, tiba-tiba, burung itu membuka paruhnya yang sangat tajam dan panjang lebar-lebar. Dari paruhnya, keluar seperti sebuah gelembung berwarna kuning yang mengambang di udara dalam jumlah banyak. Dan dengan mudah, burung itu melepaskan diri dari es yang menyerang sayapnya dan terbang kembali.
"Apa ini?" Kazuto terhenti melihat pada gelembung raksasa yang mengambang dan perlahan-lahan salah satu dari mereka terjatuh dan menyentuh pohon.
BLAR!
Gelembung itu mengakibatkan ledakan yang besar dan menghancurkan tanah tempat pohon itu tertanam. Kazuto tercengang, memikirkan, yang mana yang lebih berbahaya, gelembung yang meledak dan perlahan mendekatinya, atau si pembuat gelembung yang kini hendak menghantam Kazuto dengan paruhnya dari atas langit.
"Cih! Redimir escudo!" Kazuto membuat sebuah tameng yang besar dan kokoh, juga melompat menghindari gelembung itu.
Burung itu semakin mendekat dan sangat cepat akan menghantam Kazuto.
TRANG!
Tameng Kazuto pecah dan Kazuto terhantam menembus dinding-dinding rumah dan terperosok di tanah. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan kakinya terluka.
Ervan menembakkan lasernya pada kucing yang masih saja duduk dan tersenyum itu. Tapi, begitu lasernya menyentuh kucing itu, laser itu menghilang, dan sebaliknya, Ervan berteriak kesakitan.
"Akh! Ini apa?" Kata Ervan melihat pada kakinya yang terluka dan mengeluarkan darah.
"Counter magic?" Sarah melihat pada kucing itu yang kini sedang menatap tajam pada mereka berdua.
Jdum! Jdum! Jdum!
Suara langkah kaki kucing yang berlari itu semakin keras dan Sarah semakin menyadari jauhnya perbedaan ukuran tubuh mereka.
"Nah, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Ervan dan Sarah bergumam dalam hati.
Gray menghindar dari ekor ular itu yang terus-terusan menyerangnya.
"Pistola de llama!" Gray menembakkan api-api yang menusuk tubuh ular itu. Tapi, hampir tak berpengaruh sama sekali. Terlebih karena hujan yang terjadi dan memadamkan api yang Gray buat.
"Hindari ekornya, juga capitnya. Pusatkan kekuatan pada kepalanya." Kata Chloe dan Lyra mengangguk.
"Siap?" Lyra membuat sebuah pusaran angin dan kalajengking itu berada di dalamnya. Chloe melemparkan sebuah bola listrik berukuran kecil ke dalam pusaran angin itu, dan pusaran angin itu teraliri oleh petir.
Tiba-tiba, ekor kalajengking itu muncul dari dalam pusaran angin dan seperti terbuka, ia menyemprotkan sebuah cairan dengan sembarangan.
Chloe dan Lyra menghindar dan memperhatikan cairan yang menghancurkan bangunan-bangunan warga itu.
"Asam?"
Leon menghindari banteng itu dan mencoba menyerangnya. Tapi, banteng itu sangat cepat untuk Leon. Dan Reine tak bisa berhenti dibuat kewalahan oleh kaki-kaki banteng itu.
"Leon, kita akan habiskan dia dengan satu kali serangan, ini akan melelahkan. Kau bisa menjaganya untuk tidak bergerak?" Kata Reine. Leon berpikir sejenak, "Akan kucoba."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top