00. 47
Jungkook sudah mendapatkan izin untuk pulang dari dokter, setelah keadaannya semakin membaik. Nyatanya, waktu terus berjalan begitu cepat hingga Jungkook pun berada di tahap pemulihan. Walau ia kini membutuhkan tongkat sebagai alat bantu karena pergelangan kakinya yang belum bisa beradaptasi. Tidak membuat Jungkook menunda dan terus berada di rumah sakit yang menurutnya sangat memuakkan.
Jungkook itu keras kepala, tetapi Jihyo lebih keras kepala kala Jungkook semula tidak ingin menggunakan tongkat. Mereka sempat melakukan perdebatan panjang, hingga Jungkook memilih untuk mengalah dan menjadi pasangan yang menurut.
Hanya saja, hampir 4 hari berada di rumah sakit, Jungkook tidak langsung kembali ke apartemen. Ia memberikan perintah pada supir yang mengantar mereka untuk membawa dirinya dan Jihyo ke kantor polisi. Mungkin terdengar aneh kala Jungkook bergegas ke sana, tetapi Jungkook sudah tidak bisa menahan untuk segera menyelesaikan semua masalah yang ternyata belum usai.
Pikirannya terbebani. Jihyo tidak bisa menolak kali ini. Sehingga, mereka kini berada di kantor polisi—tepat berada di hadapan seorang gadis yang tampak kurus dan pucat dengan tangan terborgol serta kepala menunduk. Mereka diberi ruang oleh kepolisian untuk berbicara 6 mata.
Berada di depan pelaku, kedua tangan Jihyo amat gatal ingin menjambak hingga kesabaran tidak bisa lagi tertahan kala mata mereka berpapasan. Jihyo mendekat ke arah Yeona lalu menjambat setelahnya.
“Dasar gadis ular! Tidak punya hati! Kau hendak membunuhku dan kekasihku hampir tewas!” pekik Jihyo disela ia melakukan aksinya. Bahkan tidak peduli ketika Yeona berteriak kesakitan kepadanya atau mungkin rambut panjangnya akan rontok.
“Hentikan! Aku tidak bermaksud—“
“Lantas apa maksudmu melakukannya, hah?” Jihyo kesal bukan main. Beberapa polisi yang berjaga sangat cepat sekali melarainya dan memberikan teguran, padahal ia belum selesai. Jungkook benar-benar tidak melakukan atau mengatakan apapun kala Jihyo bertindak nekat. Sepertinya, Jungkook memang sudah memperhitungkan semuanya.
“Aku ....” Yeona tidak melanjutkan perkataannya, membuat Jihyo kesal dan emosi saja. Ingin rasanya memusnahkan sejenis Yeona didetik itu juga. Ia belum puas melihat rintihan dan betapa berantakannya gadis itu.
“Aku apa, huh? Kau masih tidak ingin sadar diri, eoh? Benar-benar tidak tahu malu!” Jihyo kembali memekik setelah mereka kembali ditinggalkan bertiga saja dengan beberapa polisi yang berjaga tidak jauh dari keberadaan mereka.
Namun dugaan Jihyo salah kala Yeona menggelengkan kepala yang menunduk itu. “Maaf, aku minta maaf atas semua kesalahanku terbilang sangat fatal. Aku memang tidak waras dengan melakukannya—“
“Baru sadar?” Jihyo memotong perkataan Yeona. Jihyo sangat tidak bisa mengontrol emosinya kali ini dengan Yeona. Jika saja Jungkook yang berada tepat di sampingnya tidak menggenggam erat jemarinya dan memberikan bahasa isyarat untuk dirinya tetap tenang, Jihyo sepertinya akan bertindak di luar batas. Hanya saja, Jihyo kini menggunakan akal sehat dan logikanya.
Mendengar itu, Yeona belum mengeluarkan sepatah kata lagi. Posisinya masih sama. Kali ini, gadis itu begitu takut. Setelah merenungi kesalahannya yang disertai dengan manajer dan beberapa pihak mendatanginya perihal pembatalan kontrak serta pembayaran pinalti akibat kekacauan yang telah terjadi. Awal dari kehancuran karirnya. Tiba-tiba ia menangis.
Jungkook menampilkan ekspresi datar dan dinginnya—mengamati Yeona secara detail. “Kau sungguh keterlaluan, Yeona.” Jungkook berujar setelah lama diam dan memilih mengamati Jihyo yang berkata banyak hal.
Tepat setelah mendengar itu, Yeona mengangkat kepalanya, lantas bertabrakan dengan iris mata Jungkook. Isakan kembali terdengar dengan kedua bibir yang sedikit bergetar. “Aku tahu, untuk itu aku meminta maaf dengan sangat memohon pada kalian atas perbuatanku yang diluar batas.”
Entahlah, seperti Jungkook dan Jihyo masih sulit untuk menerka apa yang ada di hadapan mereka. Mereka memilih waspada, setelah apa yang terjadi, Yeona jelas bisa melakukan hal lebih.
“Aku tahu, kalian akan sulit untuk memaafkan aku. Aku rela untuk melakukan apapun, tetapi kumohon maafkan aku dan jangan biarkan proses ini semakin jauh,” katanya dengan kedua tangan mengatup. Bahkan, kini memilih untuk berlutut di hadapan mereka. Tidak peduli lagi soal harga dirinya. “Aku—aku akan meninggalkan tempat ini dan akan kupastikan kalian tidak akan melihatku lagi. Akan tetapi, kumohon tolong bantu aku.”
Yeona kembali berujar. Namun, Jihyo tidak terlena dengan itu. Tangannya mengepal kuat melihat aksi Yeona dan hendak bangkit untuk mengeluarkan amarahnya. Untuk kesekian kalinya, Jungkook menahan gejolak amarah itu. “Tenangkan dirimu, Sayang. Aku akan mengatasinya.”
Jungkook perlahan membuat amarah Jihyo mereda dengan kehangatannya. Sorotan mata itu kini menoleh ke arah Yeona dengan posisi seperti sebelumnya yang masih terus merapalkan maaf atas kesalahan dan memohon ampunannya.
“Tolong maafkan aku ...”
“Kalian bisa memegang kata-kataku. Aku bersumpah!”
Tepat setelah mengatakan itu, Jungkook menghembuskan napas kasar. “Bangunlah.”
Yeona menggeleng cepat. “Tidak! Aku pantas seperti ini, Jung.”
Gadis di depannya ini memang membuat jengkel saja. “Aku akan mencabut tuntutanku untukmu dan pergilah sangat jauh! Jangan pernah menampakkan dirimu lagi atau berbuat nekat seperti ini. Aku akan langsung memusnahkanmu didetik itu juga kalau kau masih berani melakukannya.” Kemudian Jungkook meraih pergelangan tangan Jihyo yang sang terkejut atas keputusan itu. Mereka berbalik dan langsung saja meninggalkan Yeona yang terkejut atas keputusan Jungkook.
“Jung, terima kasih. Kau bisa memegang kata-kataku kali ini!”
Hingga keduanya berada di area administrasi kantor kepolisian. Jihyo menghentikan langkah membuat Jungkook mengerutkan dari. “Ada apa, Sayang?”
“Heh, Master melepaskannya ....”
Jungkook mengerti arti tatapan dan perkataan Jihyo yang seperti salah paham lagi dengan dirinya. Lantas ia berhadapan dengan Jihyo dan mengusap pipi gadisnya itu. “Jangan salah paham dulu. Dia sudah membayar kesalahannya, walau memang kurang tetapi aku akan memberikannya kesempatan. Dia tidak lagi akan mengusik.”
Namun, Jihyo masih tidak mengerti. “Bagaimana bisa seyakin itu?”
Jungkook tersenyum tipis mendengar itu, lalu dengan kecepatan kilat memberikan kecupan ringan di bibir. “Aku akan memberikan sebuah hukuman yang tidak dibayangkan oleh semua orang jika ia kembali melakukannya.”
***
Jungkook menetapi janjinya. Yeona telah keluar dari jeruji besi itu dan proses persidangannya batal karena adanya perdamaian. Namun kali ini, Yeona juga tidak main-main dengan janjinya. Ia akan pergi jauh setelah ini. Lagipula, sudah tidak ada peruntungan lagi.
Ia menoleh ke belakang, menatap kantor kepolisian disertai dengan helaan napas kasar. “Aku sama sekali tidak punya uang untuk ke rumah Haeso, membawa semua barang-barangku untuk kembali ke New York.” Yeona bergumam.
Asetnya juga sudah menipis untuk membayar pinalti. Semua peruntungan sudah selesai di tempat ini. Hanya saja, ia tiba-tiba memikirkan Haeso. Hampir 4 hari ini, mereka belum bertemu. Ia bahkan masih malu untuk bertemu dengan sepupunya itu, tetapi Yeona harus melakukannya sebelum pergi.
Alhasil, Yeona kembali menatap ke depan dan ia terkejut kala melihat eksistensi seorang pria—Jimmy. “Jim ....”
“Kau memang tidak waras hingga seperti ini, Yeona.”
Yeona malu mendengar atau bahkan menatap mata itu. “Aku tahu. Aku minta maaf dan aku akan pergi.” Yeona beranjak setelah itu tetapi ditahan oleh Jimmy.
“Kau mau ke mana? Aku akan mengantarmu pulang. Tidak, jangan menolak kali ini.”
Agak heran mendengarnya. Namun pertolongan Jimmy membuatnya sedikit tenang kala ia tidak memiliki bekal untuk kembali ke rumah Haeso. Ia akhirnya menerima ajakan Jimmy yang ingin mengantarnya ke rumah Haeso hingga mereka berdua berada di dalam mobil dengan rasa canggung. Yeona benci jika mengetahui jarak dengan Jimmy sudah begitu jauh.
“Aku sekali lagi minta maaf, Jim. Mungkin akan sulit untuk kau lakukan, tetapi kuharap bisa dan lagi, aku akan pergi dari Busan.”
Jimmy tidak terkejut mendengarnya. Itu memang sudah seperti keharusan. Niat awal yang hanya ingin melihat Yeona, ia mendengar jika gadis itu telah dibebaskan oleh Jungkook, tetapi Jimmy tentu tahu apa yang harus dilakukan oleh Yeona setelah kebebasanya. Ia pun tidak bisa berbuat banyak.
“Sudah, jangan meminta maaf lagi. Kau sudah mengatakannya sejak tadi dan kita hampir tiba di rumah Haeso.” Jimmy berujar setelah menghela napas. Yeona memilih untuk mengangguk. Hingga mobil yang dikemudi Jimmy telah tiba di depan sebuah rumah yang Yeona maksud.
Yeona mempersiapkan diri untuk kembali berujar dengan Jimmy, mungkin untuk terakhir kalinya. “Terima kasih, kau membantuku begitu banyak, Jim. Aku berharap kau mendapatkan kebahagiaanmu. Sekali lagi, aku juga ingin meminta maaf dan terima kasih atas semua yang telah kau lakukan untukku.” Lalu Yeona membungkukkan kepala dengan pelan, kemudian meninggalkan Jimmy yang hanya diam saja.
Jimmy tidak tahu harus berkata apa. Ia seperti kehilangan semua kata-katanya. Walaupun Yeona seperti itu, ia tidak bisa membohongi diri kalau ia terkadang masih mengharapkan gadis itu. Hanya saja, Jimmy sudah tidak ingin berharap seperti ini. Ia juga harus melangkah ke depannya untuk kehidupannya yang baru.
Sementara Yeona yang berada di depan rumah Haeso, ia sedikit gelisah. Walaupun sudah memikirkan akan meminta maaf dan pergi, ia tetap merasa kacau untuk bertemu dengan Haeso. “Apa aku pergi begitu saja.” Yeona sedikit berpikir.
Namun, mana tahu, pintu tiba-tiba saja terbuka. Terlihat Haeso dengan tatapan dinginnya melirik ke arahnya. “Kau sudah bebas ternyata.”
Dengan kepala menunduk, Yeona mengangguk. “Jungkook melakukannya setelah melakukan sedikit perjanjian. Setelah ini, aku akan pergi dari Busan dan tidak akan mengganggu kalian semua.” Yeona sedikit lega setelah mengatakannya.
Kedua mata Haeso sedikit membesar. Sebenarnya agak bingung kala Jungkook memberikan kesempatan untuk Yeona, tetapi ia juga mensyukuri akan hal itu. Dampak setelahnya yang membuat Yeona kembali berpikir rasional.
“Kau mau ke mana?” Walaupun ia benci dengan Yeona, ia tetap menyayangi sepupunya itu. Rasa khawatir tentu akan terus ada.
“Ke New York mungkin. Aku akan membuka lembaran baru lagi. Namun sebelum itu, aku ingin meminta maaf denganmu. Aku—“
“Sudahlah, berhenti meminta maaf. Jika kau sudah menyadari kesalahan dan akan menebus semuanya, itu lebih dari cukup,” ucap Haeso yang memangkas perkataan Yeona yang kini mengamatinya dengan mata berkaca.
“Haeso ....” Setelah itu, Haeso langsung menghamburkan diri ke Yeona dan memeluknya, pun Yeona menangis sejadi-jadinya. “Aku ... aku minta maaf.”
Haeso mengangguk disela pelukan mereka. “Sudah, jangan menangis lagi, hm.” Namun, Yeona terus melakukannya. Kali ini, ia menumpahkan semua kesedihannya sebelum membuka lembaran baru kali ini.
Tbc.
Hm, tidak lama menuju ending kita ya guys🥰 tetap stay dulu ya😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top