00. 43
Jihyo memilih Busan Citizens Park, sebuah taman modern yang terdiri atas lima tema, yakni memori, budaya, kesenangan, alam, dan partisipasi. Selain itu, terdapat banyak tempat bersantai seperti kafe, minimarket, hingga area bermain dan Jihyo menyukai tempat ini. Adapun tempat yang kini menjadi persinggahan mereka termasuk salah satu kafe yang terdapat di area taman, Kafe Purple yang menyajikan makanan tradisional yang tidak ada tandingnya. Jihyo sangat suka ke sini saat masa perkuliahan dan ingin Jungkook merasakan sensasi di Kafe Purple.
Jungkook menuruti permintaan Jihyo, hingga mereka kini berada di depan Kafe Purple sembari berpegangan tangan.
Jungkook tersenyum sangat lebar sembari mempersilahkan Jihyo untuk memasuki kafe tersebut. “Silakan, Tuan Putri!”
Sangat menggemaskan. Jihyo mengangguk, menerima sambutan itu. Namun, baru mengambil selangkah, ia langsung mundur hingga menabrak Jungkook.
“Oh astaga! Aku minta maaf—“
“Tidak apa-apa, Sayangku. Apa kau terluka?” tanya Jungkook yang langsung memeriksa tubuh Jihyo setiap inci. Sementara sang empu berdecak sebal dan kini menghentakkan kaki.
“Aku tidak apa-apa. Seharusnya, aku yang bertanya seperti itu! Kenapa malah Master?” Jihyo berujar seraya mengembangkan pipi, tetapi setelahnya langsung menepuk jidatnya. Alhasil, Jungkook menatap heran.
“Ada apa?”
“Aku lupa mengambil ponselku, Master. Bisa klik immobilizer mobil? Aku akan mengambilnya sendiri,” pintanya dengan memohon.
Jungkook terdiam sesaat yang kemudian menoleh ke arah mobil lalu kembali pada Jihyo. “Biar aku yang mengambilnya.”
Namun, Jihyo menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Master. Aku akan mengambil sendiri. Master silakan masuk dan pesan makan siang dulu, oke?”
“Aku akan menunggu di sini. Kita akan masuk bersama-sama.” Jungkook memberikan keputusan setelah mendengar permintaan Jihyo yang hanya mengangguk atas jawaban itu.
“Aku hanya sebentar, tidak akan lama!” ucapnya yang kemudian berjalan menyeberangi jalan. Setelah di rasa aman, ia segera berlarian kecil menuju mobil yang terparkir—tidak jauh dari area kafe dan Jungkook menatap setiap pergerakan Jihyo yang kini membuka pintu mobil.
Sementara tidak jauh dari sana, terdapat sebuah mobil berwarna hitam siap untuk melesat. Sang pengemudi mobil tersenyum menyeramkan bagai iblis kala siap menancapkan pedal gas, seraya terus mengamati pergerakan sosok wanita yang tidak jauh dari amatannya.
“Jika aku tidak bisa memiliki Jungkook. Maka siapapun itu tidak bisa menggantikan posisiku!” ucapnya dengan penekanan. Obsesi dan benci menjadi satu kala kedua matanya kini berkaca dengan sorotan itu.
Namun, Jihyo yang masih berada di dalam mobil, mendengkus sebal karena ponselnya ternyata berada di dalam laci. Ia tidak menyadari jika menaruhnya di sana sementara sejak tadi ia mencarinya di dalam tas. Jihyo lantas meraih ponselnya sembari mengambil permen lolipop milik Jungkook. Ia akan memintanya nanti dan setelah itu, ia menutup kembali mobil.
“Aku harus segera ke kafe. Jungkook pasti sudah menunggu lama dan tiba-tiba saja aku kelaparan!” ucap Jihyo yang memilih untuk segera ke tempat di mana Jungkook sedang menunggunya, memberikan amatan yang begitu lekat.
Akan tetapi, Jihyo terlebih dahulu menatap sekeliling, tidak ada kendaraan yang hendak melaju sehingga ia kemudian mengambil langkah untuk menyeberang. Akan tetapi, Jihyo yang terlalu bersemangat tidak sengaja menjatuhkan ponsel dan permen lolipopnya. Buru-buru Jihyo mengambil ponselnya terlebih dahulu dan selanjutnya permen lolipop. Namun, kenyataan naas tidak disadari Jihyo kala terdapat mobil yang melaju kencang di belakangnya. Bahkan, Jihyo tidak bisa menghindar kala putaran kejadian itu terjadi begitu cepat.
“Jihyo!”
Tabrakan terjadi. Permen lolipop yang hendak diambilnya bahkan hancur terinjak ban mobil itu. Hanya saja, Jihyo merasakan tidak ada luka apapun, hanya benturan kecil pada kepalanya serta rasa panik yang menghantui dirinya. Hal itu karena Jungkook yang langsung berlari ke arahnya untuk menghentikan tabrakan itu. Nyatanya, Jungkook yang menggantikan posisi Jihyo yang menjadi korban tabrak lari. Dengan rasa panik, kepala Jungkook yang mengeluarkan begitu banyak darah dengan beberapa bagian tubuhnya terasa kaku, kini berbaring di atas paha Jihyo.
“Master, kenapa kau melakukannya?” Jihyo terisak. Tidak tahu harus berkata apa, bahkan kala keduanya kini menjadi sorotan para pengunjung yang merasa prihatin.
Jungkook yang masih sadar, memilih tersenyum tipis. “Ini tidak seberapa, sudahlah, Jangan menangis, oke? Apa kau terluka, Sayangku?”
Sayangku? Bisa-bisanya Jungkook membuatnya merasa bersalah seperti ini. Jihyo memilih untuk menggelengkan kepala dengan isak tangis yang tidak bisa tertahan. “Jangan banyak bergerak! Master terluka dan jangan tutup mata dulu, aku, aku segera menghubungi ambulans!” katanya disela tangis.
Jungkook hanya tersenyum tipis kala melihat Jihyo yang kini menelepon ambulans dengan ponsel yang menjadi alasan Jihyo hampir tertabrak. Jungkook tidak mengatakan apa-apa, ia hanya tersenyum tipis dengan tatapan yang menatap ke langit.
‘Apa yang sebenarnya kau inginkan, Yeona? Kehancuranku lagi?’
Jungkook berujar dalam hati. Ia bisa melihat sekilas sebelum tabrakan itu terjadi. Bahkan, plat mobil itu masih teringat dengan jelas. Setelah ini, ia akan membuat perhitungan dengan Yeona yang telah bergerak sejauh ini.
“Master, tetaplah sadar dulu, ambulans akan segera datang!” ucap Jihyo panik.
Jungkook menoleh ke arah Jihyo. Kekasihnya begitu manis dan cantik. Hanya senyum tipis yang terlihat, kedua bibir terasa kelu untuk mengatakan sepatah apapun, padahal ia ingin menenangkan kekasih bahwa ia baik-baik saja. Walau pada dasarnya, Jungkook tidak baik-baik saja karena kedua matanya yang terasa sangat berat hingga ia tidak menyadari jika alam bawah sadarnya kini merenggut semuanya.
***
Yeona sangat panik. Ia tidak pernah membayangkan bahwa dirinya menabrak Jungkook, padahal rencana awalnya hanya ingin menabrak Jihyo setelah mengikuti keduanya. Yeona menggelengkan kepala tidak percaya sembari menggigiti kukunya. “Tidak, Jungkook pasti baik-baik saja! Dia tidak akan kenapa-kenapa. Akan tetapi, kenapa Jung? Kenapa kau bahkan rela tidak memikirkan dirimu sendiri demi gadis itu?” tangisnya yang kemudian tidak tertahan.
Kini, Yeona berada di dalam kamarnya. Ia bersembunyi, berharap tidak ada yang mengetahui jika ialah pelaku penabrakan. Selain ia tidak ingin dipenjara, Yeona tidak ingin karirnya hancur. Memikirkan itu semua,Yeona dibuat sangat frustrasi. “Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bermaksud menabrak Jungkook! Seharusnya Jihyolah yang berada di posisi itu, kenapa malah—“
“Apa maksud dari ucapanmu, Yeona? Kau menabrak Jungkook, astaga!”
Suara itu lantas membuat Yeona membulatkan mata. Sontak ia berbalik, dapat dilihat ekspresi wajah Haeso yang shock mendengar semuanya. Tentu, Yeona mendekat dengan tangis sembari menggelengkan kepala. “Tidak, aku tidak sengaja melakukannya. Aku—“
“Kau tadi mengatakan, seharusnya Jihyolah yang berada di posisi Jungkook. Apa maksud dari ucapanmu, Yeona?” kata Haeso dengan tatapan tajam pada Yeona dengan isakannya.
Mendengar perkataan Haeso, Yeona terdiam kemudian menghentakkan kedua kakinya. “Iya! Yang kau ucapkan memang sangat benar. Aku menabrak Jungkook, tetapi seharusnya bukan Jungkook, tetapi Jihyo! Itu karena Jihyo merebut kekasihku!” ucap Yeona dengan suara keras dan begitu lantang. Tidak peduli apapun lagi karena kesal akibat pemojokkan Haeso.
Haeso tentu tidak habis pikir dengan pemikiran Yeona yang sangat sempit. Ingin sekali rasanya memberikan tamparan. “Kau sudah tidak waras! Dan jangan bilang pria yang kau maksud adalah Jungkook? Katakan jika itu salah, Yeona!”
Namun, Yeona memberikan gelengan sebagai balasan. “Jungkook adalah pria yang kumaksud selama ini! Jungkook pada dasarnya adalah priaku, Haeso! Kumohon mengertilah!” ucap Yeona dengan isakannya. “Akan tetapi, aku sama sekali tidak berniat untuk menabraknya. Aku mencintainya, sangat mencintai Jungkook dan Jihyo mengambil kekasihku!” ucap Yeona.
Namun, Haeso tidak ingin mengerti. Ia serasa tidak mengenal Yeona kali ini. Kepalanya menggeleng pelan. “Kau sudah tidak waras, Yeona. Sungguh, aku tidak percaya kau bisa seobsesi seperti ini. Yeona, ini tidak benar!”
“Haeso, kumohon, mengertilah! Aku sangat berharap kau tidak mengatakan hal ini kepada siapapun!” ucap Yeona yang mendekat ke arah Haeso yang nyatanya memilih mundur.
Hanya saja, Yeona terkejut kala Haeso langsung bergegas dengan cepat meninggalkan kamar ini. Yeona ingin menyusul, ia tidak ingin Haeso mengatakan kepada siapapun, terlebih Jihyo adalah sahabatnya. Namun, ternyata Haeso malah menguncinya dari luar.
Yeona berteriak seraya mengedor pintu cukup keras. “Haeso! Apa yang kau lakukan? Buka!”
Tentu, Haeso tidak ingin membukanya. “Kau tunggu disini dulu. Jangan mengacaukan apapun!” Lantas Haeso pergi meninggalkan Yeona yang tidak berhenti meraung untuk keluar dari tempat ini. Haeso tidak peduli dan tidak memberikan toleransi kepada Yeona yang berbuat nekat.
Dengan perasaan cemas, Haeso membuka ponselnya. “Kekasihku pasti sudah tahu soal ini. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sedih dan shocknya Jihyo sekarang!”
Tbc.
Nah loh, nggak bahaya ta?
Semoga nggak nemu tipo ya dan see you next chapter teman²🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top