00. 33
Jihyo menguap—menahan kantuk yang sejak tadi datang. Dilihat-lihat, sekarang sudah menunjukkan angka 11 malam. Tidak seperti biasanya, ia yang sanggup tidak tidur hingga pukul empat pagi kini malah merasakan kedua mata bulatnya terasa berat. Sambil menutup mulutnya yang melebar, ia berkata, “Semangat, Jihyo untuk lembur pertamamu!”
Akan tetapi, sial! Jihyo benar-benar merasakan kantuk yang mendalam. Namun, masih ada tugas yang harus ia kerjakan bersama dengan dua teman magangnya—Minhyuk dan Chanyeon. Luar biasa, kedua pria itu masih terlihat segar dengan merapikan tumpukan dokumen. Tugas mereka dari bagian administrasi karena sekarang ini, inti dari pengerjaan, akan diselesaikan oleh Jungkook, Cao Myung, Taekyung dan Jimmy.
Keempat pria itu sekarang berada di ruangan Jungkook dan mereka pun hanya akan menantikan hasilnya nanti—mungkin esok hari. Sungguh, membutuhkan energi yang lebih. Oleh karena itu, Jihyo kini kembali meregangkan tubuhnya yang kemudian melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
Ini harus segera selesai.
Sementara disisi lain, tampak keseriusan diwajah Jungkook yang tengah mengamati layar komputernya, dengan Cao Myung yang berada di samping dengan komputer yang sama dan Jimmy serta Taekyung yang mengamati keduanya dengan seksama—barangkali akan ada yang akan terlewati.
[Proses Pemindahan Data Berhasil! => Next]
Akan tetapi, mereka berempat harus menelan rasa kecewanya, pun Jungkook sudah menduga hal ini akan terjadi.
“Season kali ini memiliki 1048 megabita, itu sangat besar mengingat kita memiliki tujuan agar dapat digunakan di komputer ataupun ponsel. Season, kemarin mencapai 848 megabita. Ini dapat menurunkan pemasaran,” ucap Taekyung memberikan saran.
Cao Myung mengangguk setuju. “Aku sudah mengatakannya, penambahan banyak fitur tentu akan memberikan dampak seperti ini. Pun jika kita mengurangi kapasitasnya, tentu akan berdampak pada kualitas gambar, suara bahkan tujuan kita tidak bisa terealisasikan. Banyak hal yang akan terjadi,” katanya menambahi.
Jungkook memilih diam terlebih dulu, membiarkan isting dan otaknya bekerja—tidak berniat untuk mengatakan apapun selain ia kini membiarkan jemarinya menari gesit di papan tombol, hingga layar kini menampilkan kode-kode pemrograman yang membuat produk game bisa berjalan. Tidak ada yang berkata setelah Cao Myung, mereka bertiga fokus mengamati Jungkook yang kini menunjukkan kehebatannya dalam hal ini.
Dengan sentuhan jarinya, sekitar 20 menit—hembusan napas lega kini mengudara. “Sekarang sudah 724 megabite, tanpa mengurangi apapun setelah aku memperbaiki dan memberikan beberapa kode tambahan yang kubuat sebelumnya,” kata Jungkook yang membuat Jimmy, Taekyung dan Cao Myung mengangguk. Mereka juga berdecak kagum.
Benar saja. Game yang saat ini telah dieksekusi Jungkook, memiliki kapasitas yang rendah—tanpa mengurangi apapun. Mereka bertiga bisa melihat setiap pergerakan dan ilustrasi saat Jungkook melakukan percobaan sederhana.
Taekyung tersenyum miring. “Sebenarnya, Jungkook bisa melakukan ini semua seorang diri. Kita pun hanya menonton saja saat ini. Fantastis!” serunya.
Jimmy mengangguk. “Berarti misi selesai, bukan? Sesuai yang diharapkan. Kita hanya akan melakukan uji survey terlebih dahulu, lalu melakukan peluncuran sebelum musim panas berakhir,” katanya yang mendapat anggukan Jungkook.
“Tapi jangan umumkan apapun dulu. Besok, aku akan mengumumkannya pada yang lain dan pergilah istirahat sebentar,” ucap Jungkook yang memberikan perintah.
“Baiklah, Jung. Sesuai yang kukatakan kalau begitu dan selamat untukmu.” Cao Myung tersenyum lebar pada Jungkook yang hanya dibalas senyum sederhana. Lantas, Jimmy, Taekyung dan Cao Myung kini meninggalkan Jungkook seorang diri. Lagipula, mereka memiliki pekerjaan yang harus dilakukan—bersenang-senang sebelum Jungkook berubah pikiran.
Kepergian rekannya, Jungkook lantas meregangkan seluruh tubuhnya yang pegal. Sudah sangat lama ia berdiam diri di posisi duduknya. Dengan cepat, ia menolak ke arah arloji.
“Sudah pukul 2 dini hari ternyata.”
Jungkook sudah menduga hal tersebut jika soal pekerjaan. Mirisnya, ia bahkan tidak memperhatikan kekasihnya yang sekarang entah apa yang dilakukannya. Buru-buru, ia bangkit dari tempatnya, membiarkan langkah panjangnya meninggalkan ruangannya.
Jungkook dapat melihat suasana kantor disekitar. Beberapa karyawan masih tampak bekerja dan selebihnya sudah ambruk dalam alam bawah kesadarannya. Jungkook tidak terlalu memikirkan hal itu, karena menurutnya lembur sudah menjadi hal biasa, walau ada sedikit ketidakasukaan kala beberapa pekerja mala tertidur lelap dengan menjadikan tangannya sebagai bantal. Ia mencoba untuk maklum.
Jungkook hanya bisa menghembuskan napas pelan. Kembali mengedarkan pandangan hingga menemukan sosok yang dicarinya sejak tadi—sang pujaan hati yang tertidur dengan laptop yang masih menyala. Jungkook memilih mendekat.
“Kau sudah bekerja sangat keras, Sayangku.” Sambil mengusap pelan rambut Jihyo, lantas ia memilih untuk mematikan laptop tersebut hingga kembali menjalankan aksi di dalam otaknya—menggedong ala bridal style—sangat hati-hati, sebab Jungkook tidak ingin membangunkan Jihyo yang tengah tidur.
Awalnya, Jungkook merasa Jihyo akan terbangun karena pergerakan dari Jihyo setelah ia kini menggendongnya. Nyatanya, Jihyo malah mencari posisinya nyaman dengan mengalunkan kedua tangannya di leher Jungkook dengan mata yang masih terpejam. Jungkook terkekeh geli. Gadisnya sangat menggelikan.
Ekspresi wajah Jungkook dengan aksi yang ia lakukan, tidak luput dari pantauan beberapa pekerja yang masih terjaga.
“Bos benar-benar sedang dimabuk asrama. Aku baru melihatnya seperti ini.”
“Sangat beruntung Jihyo si anak magang menjadi kekasih bos dan anak magang itu bisa menaklukkan pria dingin penuh ambisi seperti bos!”
"Entah apa yang Si anak magang itu lakukan hingga Bos bisa seperti budak cinta."
“Hust! Jangan bergosip! Jika Bos kalian tahu dan suasana hatinya memburuk karena itu, bisa-bisa karir kalian akan terancam,” ucap seseorang yang tidak lain adalah Taekyung yang kini berkacak pinggang.
Alhasil, dua pekerja itu membungkuk minta maaf dan kembali melanjutkan kegiatannya. Taekyung tidak habis pikir saja dengan orang-orang sekitarnya, serasa tidak ada yang bisa mereka lakukan selain bergosip. Nyatanya, Taekyung memang tidak bisa menghindarinya kala sahabatnya—Jimmy—pegosip ulung.
“Apa kau tahu suatu hal?” Sambil menyenggol lengan Taekyung. Itu Jimmy. Sungguh, padahal Taekyung baru memikirkan sesuatu untuk tidak mendengar dan terlibat pembicaraan yang sebenarnya tidak perlu dibahas.
“Tidak, aku tidak tahu, karena aku sibuk mengumpulkan uang untuk menikahi kekasihku secepatnya,” katanya dengan agak malas.
Jimmy pun mendengkus sebal. Agak mengejutkan memang mendengar Taekyung berhasil menaklukkan pujaan hatinya—Haeso—nama gadis yang Taekyung katakan waktu itu.
“Iya, aku paham, Tuan Taekyung terhormat! Tapi ini sangat mengejutkan, kau harus tahu itu!” katanya lagi sebagai balasan.
Walaupun Taekyung tidak ingin terlibat, ia pun tetap penasaran dan serasa ingin tahu. Benar-benar lucu. Taekyung bahkan bingung dengan kepribadiannya.
Alhasil, sebelah alisnya kini terangkat. Ia agak bingung. “Apa itu?”
“Yeona kembali, Bung.”
Tiga kata itu, membuat ekspresi yang tidak terbaca kini menghiasi wajah tampan itu. Bahkan, Taekyung memilih diam sedikit lama setelah mendengar kabar itu hingga Taekyung menghela napas pelan.
“Aku tidak tahu harus berkata apa, tetapi kuharap semuanya akan baik-baik saja,” katanya yang kini memberikan amatan pada Jimmy. “Aku tahu kau benci dengan Jihyo, tetapi Jungkook mencintainya. Harus kau hargai dengan sepenuh hati pilihannya. Awas saja kalau kau melakukan sesuatu yang buruk dan kau harus ingat satu hal! Yeona hanyalah masa lalu Jungkook dan akupun tidak akan membiarkan masa lalu itu kembali muncul untuk merusak dan merampas kebahagiaan sahabatku lagi.”
Taekyung mengatakan hal itu dengan mantap dan tegas. Sesekali ia menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi—tidak ingin melihat Jungkook seperti manusia dengan jiwa yang mati. Akan Taekyung usahakan apapun untuk kedepannya.
Sementara di sisi lain, Jungkook dengan hati-hati menurunkan Jihyo disofa yang dapat menjadi kasur—sebelumnya Jimmy tempati berbaring saat mereka berdiskusi secara informal. Senyum hanya bisa terpatri dikedua bibirnya melihat begitu lelapnya sang kekasih tidur. Alhasil, Jungkook tidak bisa menahan untuk memberikan kecupan hangat di kening sebelum bangkit dan memilih untuk beristirahat di kursinya. Hanya saja, Jihyo menarik lengan Jungkook—bahkan memeluknya sangat erat, seolah-olah ia meminta pria itu untuk tetap berada di dekatnya.
Sangat menggelikan. Jungkook tidak tahu apakah Jihyo terbawa akan alam bawa sadarnya, atau sedang menjadikan tidurnya sebagai tameng. Jungkook tidak memedulikannya. Ia pun mengikuti intuisinya untuk tidur di samping Jihyo, menjadikan lengannya sebagai bantal nyaman gadis itu dan tidak memikirkan jika akan membuat lengannya mati rasa.
“Tidurlah, Sayangku. Aku tidak akan ke mana-mana. Aku akan terus bersamamu.”
Tbc.
Tara majrenggg😃 manis sekali kookie ini, wkwk 😄 gimana, guys? Semoga suka ya sebelum masuk di bagian yg bikin panas dingin nanti, yuhuyyy🙃😉
See u next part teman²🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top