00. 24
“Yak! Master! Apa yang kau lakukan di rumahku?” teriak Jihyo dengan suara menggelegarnya. Membuatnya seisi rumah panik dan mendekat.
Jungkook hanya tersenyum kecil. Tidak menyangka hal ini akan terjadi. “Ini rumahmu?”
Masih dengan keterkejutannya, Jihyo mengangguk. Ia ingin berujar, tetapi langsung disela oleh seorang wanita beriasan tebal dengan wajah sinis.
“Astaga, Jihyo. Kau mengagetkan semua orang! Kau itu kenapa dengan tamu? Dan apa tadi, Master?” ucapnya. Dia adalah Bibi yang paling Jihyo benci di dunia ini. Min Ji Su.
Dan Yumi langsung mendekat ke arah putrinya yang sangat terkejut—sampai sekarang. “Ada apa, sayang? Kenapa dengan dirimu?” tanya Yumi dengan khawatir.
Namun, Jihyo hanya menggelengkan kepalanya. Mengamati Jungkook dengan lekat yang hanya mengamatinya dengan santai. Sungguh, dunia sangat sempit.
“Aku baik-baik saja. Maaf membuat kalian khawatir. Aku—aku hanya terkejut melihat Master, maskudku Tuan Jungkook yang notabenenya adalah atasanku di perusahaan ada dis ini,” ucapnya dengan gugup, mengusap lehernya sebagai pelampiasan.
Semua orang tentu terkejut. Bibinya bahkan melebih-lebihkan, membuat Jihyo mengumpat dalam hati. Sementara Jungkook? Pria itu tidak juga berniat untuk mengatakan sesuatu. Setidaknya tidak berselang lama, pria itu langsung berdeham. “Sebelumnya, bisakah aku izin ke toilet dulu?”
Oh? Toilet? Jihyo melongo dibuatnya. Akan tetapi, lupakan soal itu, karena ia hanya ingin tahu kenapa Jungkook berada di sini? Seingatnya, tidak acara apapun. Hanya makan malam dengan paman dan bibinya. Lantas, kenapa Jungkook berada di sini? Bukankah aneh jika Jungkook hanya ingin numpang ke toilet?
***
Di sinilah Jihyo. Duduk dan berada di antara keluarga besarnya. Oh, awalnya seperti itu kala ia baru mengetahui dari ibunya perihal mereka kedatangan tamu. Teman dekat kakeknya. Semulanya, Jihyo memang sudah menebak seperti itu saat melihat eksistensi seorang pria tua—di temani Jungkook selaku cucunya dan tidak lupa akan kehadiran Misun.
Satu hal yang pasti. Dunia memang sangat sempit. Perkataan Jungkook yang mulanya hanya candaan, nyatanya berakhir sangat nyata. Pertemuan mereka di Seoul untuk pertama kalinya. Jihyo hanya bisa menghembuskan napas kasar. Rasa lapar yang mulanya menghampiri, seketika ia tidak kenyang. Apalagi ditambah dengan bibinya yang terus berujar tanpa henti—entah apa yang wanita itu katakan.
Akan tetapi, pembicaraan itu terhenti saat kehadiran Jungkook yang baru menyelesaikan sesuatu yang mendesak di bawah sana. Tanpa mengatakan apapun, langsung menarik kursi yang berada di samping Misun untuk duduk. Bahkan kursi itu berada tepat di hadapan Jihyo, tetapi keduanya tidak mengatakan apapun. Seolah-olah mereka hanyalah orang asing.
Jihyo mencoba untuk tidak peduli, walau ia merasa agak sedih. Mengingat, bagaimana perlakukan Jungkook yang hangat dan membuatnya berharap sangat lebih. Sial. Entah kenapa Jungkook membuka sisi lain dari dirinya?
“Baiklah, karena semuanya sudah ada, mari kita makan sekarang. Akan tetapi, sebelumya aku berterima kasih kepada keluarga Choi yang sudah berkenan untuk mengunjungi keluarga Shin. Mungkin, hidangan yang tersaji tidak seberapa, tetapi kami berharap kalian bisa menikmatinya,” kata Kakek Jihyo—Shin Yunki membuka percakapan.
Seorang pria tua, Kakek Jungkook—Choi Hunsik sontak tertawa sembari menepuk pundak Yunki selaku teman lamanya. “Ayolah, Yunki. Tidak perlu seformal itu. Kita sudah seperti keluarga dan kalian juga selalu membantu keluarga Choi selama ini,” katanya dengan hangat lalu kembali berkata, “Aku yang seharusnya minta maaf karena datang tiba-tiba, tetapi aku merindukanmu dan kebetulan cucu dan cicit kesayanganku datang berkunjung ke Seoul.”
Perkataan Hunsik membuat semua orang tersenyum kecil. Bahkan langsung memberikan fokus pada gadis kecil dan pemuda tampan. Entah kenapa, Jihyo yang mulai melakukan sesi makannya tiba-tiba saja merasa tidak enak. Apalagi kala melihat ke arah bibinya yang seperti ingin melakukan sesuatu.
Jihyo bergumam dalam hati. ‘Kuharap wanita itu tidak mempermalukan keluarga Shin.’
Alhasil, semua orang kini menyantap makan malamnya dengan cukup tenang. Ya, walau sesekali Jihyo mendengar beberapa pembicaraan ringan, tetapi ia mencoba tenang saat Jungkook terlihat mencuri-curi pandangan ke arahnya. Lihat, ia menjadi pede lagi.
“Tuan Choi, kau memiliki cucu yang tampan dan sangat pekerja keras. Para gadis tentu sangat mengharapkan pasangan seperti Nak Jungkook,” kata Jisu tiba-tiba, mengalihkan amatan semua orang dan membuat Hunsik tergelak. Entah letak kelucuannya dari mana?
“Ya, tetapi sampai sekarang cucuku satu ini belum menikah dan tidak memiliki pasangan. Yang kau katakan sepertinya tidak benar,” kata Hunsik menimpali. Jungkook terdengar hanya menghela napas. Misun pun yang sejak tadi diam hanya mengamati Pamannya yang mulai tidak berselera. Gadis kecil itu memilih untuk bungkam dengan mulut penuh akan makanan yang kebetulan ia sukai.
Alhasil, Jisu yang mendengarnya tersenyum kecil. Wanita itu bahkan langsung merangkul putri semata wayangnya—Shin Sihye. “Kalau begitu, bagaimana kita jodohkan saja dengan putriku Sihye? Kebetulan, Sihye sudah lulus dari kuliahnya dan kini bekerja sebagai seorang akuntan disalah satu perusahaan pemerintah. Bukankah mereka terlihat cocok?” ucapnya dengan senyum manis.
Ingin rasanya Jihyo mencungkil kedua mata bibinya yang sangat cerewet dan apa tadi? Menawarkan putrinya yang sangat manja itu? Jihyo lantas merotasikan bola matanya dengan malas. Ia benar-benar sudah kenyang. Belum lagi saat ia melihat Jungkook yang hanya diam dan tenang saja, membuat suasana hatinya kian memburuk. Sialan.
Yunki tersenyum tidak enak. “Hunsik, tidak perlu terlalu memikirkan perkataan menantuku—“
Hunsik terlihat menggelengkan kepalanya. “Itu tidak masalah, Yunki. Alangkah bagusnya jika mereka memang berjodoh. Ikatan keluarga kita akan semakin kuat dan Sihye memang terlihat seperti pasangan yang baik,” katanya dengan ramah.
Sihye yang dipuji tentu merasa sangat bahagia dan bangga. Begitupun dengan Jisu yang seakan mendapat lampu hijau, tetapi tidak berlaku dengan beberapa orang.
“Kakek, bukan Bibi Sihye! Tapi Bibi Jihyo!” sahut gadis kecil itu tiba-tiba. Ia sudah kenyang dan ingin berujar saat mendengar beberapa kesalahan. Terlebih itu berhubungan dengan pasangan pamannya.
Sontak, semua pandangan menoleh ke arah sumber arah sekaligus Jihyo dan Jungkook secara berulang. Jihyo tentu merasa terkejut. Ia sejak tadi memilih diam, kenapa namanya tiba-tiba saja naik baik ia mengikuti sebuah arisan?
Hunsik lantas tersenyum menatap cicitnya. “Apa maksudmu, sayang? Bibi Jihyo?”
Misun mengangguk sembari menunjuk Jihyo yang kebingungan dan kini mendapat sorotan penuh makna. “Bibi Jihyo adalah kekasihnya Paman Jungkook. Paman Jungkook sendiri yang membisikkannya pada waktu itu dan Misun suka dengan Bibi Jihyo,” ucapnya dengan polos.
Jihyo tercengang. Jemarinya mengetuk meja dengan amatan yang tak berpindah pada sosok pria yang selalu saja tampak tenang. Tidak bisakah Jungkook mengatakan sesuatu agar tatapan di meja ini berubah?
“Apa itu benar, Jihyo? Kau?”
Itu adalah Jisu. Jihyo tidak tahu harus mengatakan apa? Mendengar penjelasan Misun dan tunggu dulu? Membisikkan sesuatu? Jihyo seketika mengingat detik-detik Misun bertanya soal dirinya dan dengan anehnya, Jungkook malah berbisik. Jihyo sudah paham sampai sini. Hanya saja, pertanyaannya, kenapa Jungkook memberi jawaban seperti itu?
“Sepertinya itu memang benar. Tuan Jungkook sering kulihat mengantar Kakakku pulang dan rasa-rasanya memang mereka memiliki hubungan lebih dari sebatas pekerja magang dan pimpinan.” Kali ini,Yeonjun yang menyahut. Semakin membuat suasana tegang. Bahkan, Jisu dan Sihye terlihat memanas mendengar kebenaran yang baru saja menyeruak beberapa waktu tadi.
Hunsik hanya tersenyum tipis. “Itu bagus. Setidaknya kita masih akan membuat ikatan dan pada dasarnya takdir memang sangat sulit untuk ditebak. Akan tetapi, aku kesal dengan cucuku yang satu ini karena tidak mengatakan apapun! Entah kenapa dia menolak ke rumah keluarga kekasihnya,’’ ucap Hunsik dengan gelak tawanya.
Yunki tampak tidak enak lagi. “Kau tidak marah Hunsik?”
“Hei, buat apa aku marah? Bahkan jika bisa, kita lakukan pernikahan untuk cucu kita secepatnya.”
Semua orang tentu terkejut. Bahkan itu juga berlaku dengan ibunya yang menatapnya penuh arti. Akan tetapi, sungguh! Ia tidak tahu apa-apa!
***
Setelah sesi makan malam, mereka masih bercerita banyak hal di ruang keluarga. Belum lagi soal kedekatannya dengan Jungkook. Jihyo sudah bisa menebaknya. Ia bahkan bisa melihat kebencian bibi dan sepupunya tetapi masa bodoh dengan itu. Ia memerlukan kejelasan, tetapi ia juga takut memintanya.
“Hidupku memang sangat sial,” gumam Jihyo mengamati pemandangan yang ada di hadapannya. Kini terduduk di atas ayunan yang memanjang dan letaknya berada di teras rumah. Udara agak dingin, tetapi Jihyo sangat malas berada di sana.
Ia butuh sendiri. Merenungkan beberapa hal. Namun, Jihyo sangat terkejut saat ayunannya tiba-tiba bergerak dan itu karena ulah dari Jungkook yang tiba-tiba duduk di hadapannya.
Oh. Jihyo memilih untuk membuang muka. “Kenapa Master di sini? Seharusnya Master ada di dalam’kan?”
Akan tetapi, Jungkook memilih bungkam dengan amatan yang fokus pada Jihyo. Seakan Jihyo adalah sebuah seni yang tidak boleh ia lewatkan sedikit pun. Jihyo merasakan itu dan ia merasa sangat gugup.
“Master—“
“Aku minta maaf.”
Minta maaf? Jihyo hanya tersenyum miris.
Helaan napas pelan pun terdengar. “Aku sebenarnya tidak mengerti saat aku melakukannya, Ji. Seakan hatiku menuntunku untuk melakukannya dan sebuah desakan membuatku sadar akan satu hal mengenai aku nyaman berada di dekatmu dan ingin selalu melihatmu,” katanya dengan senyum menyertai dan kini meraih jemari Jihyo untuk digenggamnya, membuat Jihyo perlahan mengamati wajah Jungkook dengan bingung.
“Master—“
“Kau tidak lupa soal janjimu saat kalahkan?”
“Baiklah master. Misi ini kau menang karena dibantu oleh listrik. Lain kali, aku tidak akan membiarkannya dan langsung saja, apa yang harus aku lakukan? Apa permintaanmu?”
“Aku belum memikirkannya. Untuk itu, aku simpan permintaanku dulu!”
Jihyo mengingat soal game itu. Tentu ia tidak melupakannya sehingga ia dengan spontan menggelengkan kepalanya. Jungkook pun tersenyum tipis dan hal itu membuat Jihyo sama sekali tidak mengerti.
“Lalu hubungannya?”
“Aku hanya meminta kau bisa menerimaku sebagai kekasihmu.”
Tunggu. Apa itu sebuah permintaan? Kenapa sangat lucu sekali sehingga membuat Jihyo tertawa. Jungkook yang melihatnya hanya mengamati Jihyo dengan datar.
“Master bercanda’kan?”
“Aku serius, Jihyo. Aku menyukaimu. Aku bahkan bingung sejak kapan menyukaimu dan aku berharap kau juga menyukaiku, tetapi jika memang kau tidak menyukaiku, aku akan membuatmu menyukaiku,” kata Jungkook dengan serius. Jihyo langsung menghentikan tawanya dan seketika ia merasakan jantungnya berdebar tidak karuan. Belum lagi, Jungkook sejak tadi menggenggam jemarinya.
Tbc.
Nah loh, hahaha.
Sebelumnya, HAPPY NEW YEARS teman-teman orangeku❤ Nggak nyangka yah udah berganti tahun aja *besok sih seharusnya tapi gpplah, dan ini cerita belum selesai, wkwk. Mohon maaf kalau ada salah, ya. Udah pasti banyak salahnya sih🤣🤭
Semoga terhibur dan maaf kalau banyak tipo. So, sampai jumpa di bab selanjutnya❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top