00.17

Jihyo saat ini sangat kesal. Drama listrik yang padam, membuatnya ingin berteriak dan memaki siapapun—lebih tepatnya menjadikan Yeonjun sebagai pelampiasan, walau pada dasarnya ialah yang menjadi tersangka utama yang lupa membayar tagihan.

Sontak hal itu menjadi bahan cibiran Yeonjun yang kini menemani sang kakak untuk ke toko yang menyediakan pembayaran listrik. Saat keluar rumah pun, mereka dapat melihat jika rumah mereka saja’lah yang listriknya mati.

“Kau sebagai kakak memang sangat menyusahkan. Untung saja, aku sudah mengirim tugasku. Kalau tidak, akan ada pengurangan nilai karena aku terlambat mengirimkannya,” ujar Yeonjun seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku hoodie.

Jihyo yang mendengarnya terlihat tidak peduli, dikarenakan ia yang masih kesal karena kalah dari Jungkook. Catat dan garis bawahi, ia tidaklah kalah. Ini kesalahan teknis. Belum lagi, ponselnya yang tiba-tiba saja mati karena kehabisan baterai.

Alhasil, Jihyo seketika menghentikan kedua kakinya untuk menarik langkah. Hal itu membuat Yeonjun yang fokus berjalan—kala intensi mereka hampir tiba harus terhenti.

“Ada apa? Kau masih waras’kan?”

Namun, Jihyo masih memilih diam seraya memejamkan mata. Lantas berkata, “Ini semua gara-gara kau, Shin Yeonjun! Gara-gara kau, aku sangat sial!” ucap Jihyo dengan suara keras. Pun membuat Yeonjun tidak mengerti. Lihat saja, ia spontan menunjuk dirinya sendiri.

“Gara-gara aku? Memangnya, aku melakukan apa? Yang bertugas membayar tagihan listrik’kan kau! Kenapa kau marahnya sama aku. Astaga, kau memang tidak waras!” Sambil menepuk kepala Jihyo dan mengacak rambutnya, kemudian berlari terlebih dahulu menuju toko tersebut.

“Yak! Shin Yeonjun!”

Demi apapun, Jihyo tidak peduli lagi akan sekitarnya kala berteriak—memperlihatkan rasa kesalnya. Sungguh, Jihyo tidak tahu harus melampiaskannya kepada siapa? Hanya Yeonjun yang ada di sekitarnya dan seolah-olah memberikan isyarat, siap untuk dijadikan samsak.

Sementara Jungkook, ia masih menantikan balasan pesan yang ia kirim. Itupun sudah berjalan sepuluh menit, tetapi tidak ada balasan apapun. Pribadi itu pun mendesah sembari mengamati layar ponselnya.

[Me]: Apa kau serius? Atau kau hanya menjadikannya alasan karena pada dasarnya kau tidak menerima kekalahan?

“Ais, bisa-bisanya dia mengirimkan pesan dan secepat kilat menghilang begitu saja. Lantas, apakah dia akan beralasan, ‘baterai ponselku habis?’” gumam Jungkook seraya berpikir.

Akan tetapi, Jungkook berusaha menyadarkan diri. Memikirkannya akan membuat dirinya kesusahan saja. Oleh karena itu, Jungkook memiliki melanjutkan pekerjaannya saja.

Itu adalah rencana Jungkook setelah ia bermain game dengan Jihyo—sekalian menantikan kabar dari gadis itu. Hanya saja, ketukan pintu kamarnya, mengalihkan seluruh perhatiannya. Apalagi kala sosok dibalik pintu itu nyatanya tidak lain adalah Jimmy dan Taekyung.

“Kalian lagi ternyata,” gumam Jungkook pelan, tetapi Taekyung dan Jimmy masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

Hanya saja, keduanya memilih acuh dan langsung masuk ke dalam kamar Jungkook—tanpa memperlihatkan rasa hormat terhadap atasan. Lagipula, itu hanya berlaku dilingkup perusahaan saja.

Jimmy hanya tersenyum—memperlihatkan manisnya ia melebihi gula. “Tentu saja aku dan Taekyung. Memangnya, siapa lagi yang kau harapkan?” tanyanya sembari mendudukkan diri di atas kasur empuk Jungkook.

Sementara Taekyung, terlihat tersenyum dan memilih mengambil kursi untuk duduk di samping Jungkook yang terlihat sangat acuh.

“Wah, bos kita sangat fokus bekerja. Tapi eh, bos kita baru saja bermain game dan apa ini,” ucap Taekyung yang langsung menekan beberapa tombol hingga memperlihatkan riwayat obrolan Jungkook yang nyatanya baru saja bermain dengan seorang gadis. Itu Little Jiyo.

Jimmy yang memiliki penglihatan lumayan tajam, sontak mendelik dan mendekat. “Little Jiyo? Wah, kau sangat luar biasa. Selangkah lebih maju ternyata!” katanya sembari menggelengkan kepala tidak percaya.

Percayalah, Jungkook sejak tadi menahan rasa kesal pada dirinya yang ingin bergejolak pada dua orang tidak diundang itu.

“Serius? Apa kalian sama sekali tidak memiliki pekerjaan selain bikin rusuh di rumahku? Sepertinya, aku harus membuat tanda di depan rumahku untuk mengecualikan kalian masuk ke dalam rumahku,” kata Jungkook dengan wibawa yang tidak pernah hilang—sekesal bagaimana pun ia dengan orang lain.

Ya, Jungkook sangat kesal. Hanya saja, Taekyung dan Jimmy tidak memahami itu dan terus menguji kesabaran Jungkook.

“Kau bercanda sangat lucu, tapi itu tidak masalah,” sahut Jimmy disertai senyum manis tak pernah pudar.

“Tidak waras dan pada intinya, apa yang kalian lakukan di sini? Ini sudah malam—“

“Kami akan menginap!” ucap Taekyung yang memangkas tutur kata Jungkook yang belum usai.

Jungkook langsung diam—mencoba memahami kalimat itu. Akan tetapi, pribadi tersebut langsung saja menggelengkan kepala. “Rumahku bukan tempat pengungsian. Apa gaji kalian tidak cukup untuk menyewa rumah satu kamar?”

“Ais, Jungkook temanku yang sangat baik. Kau terlalu terbawa perasaan. Kami hanya ingin menginap. Itu saja dan lupakan soal itu terlebih dahulu. Maksudku, aku ingin bertanya beberapa hal kepadamu,” ucap Jimmy yang secepat kilat mengganti topik pembahasan. Bahkan, ia langsung memasang wajah serius.

Drama yang belum juga memiliki akhir. Jungkook cukup kesal dan geram. Akan tetapi, ia terus mencoba untuk tenang. Menanti pertanyaan dari orang yang entah karena apa menjadi teman seperjuangannya.

“Oke, langsung saja. Aku dan Taekyung hanya ingin bertanya, sebenarnya kau itu memiliki hubungan apa dengan Yoora?”

Mendengar pertanyaan itu, langsung membuat sebelah alis Jungkook terangkat. “Yoora? Kenapa pertanyaan kalian sangat aneh?”

Jimmy dan Taekyung belum menjawab. Lebih tepatnya mereka memperlihatkan layar ponsel yang menampilkan kedekatannya dengan Yoora.

“Kau dengan Yoora menjalin kasih’kan?” imbuh Jimmy ingin memperjelas.

“Tapi aku yakin, kau tidak memiliki hubungan dengan Yoora.” Kali ini, Taekyung menyahut. Memiliki perbedaan opini dengan Jimmy. Lihat saja, keduanya saling melempar tatapan sinis.

Jungkook tersenyum miris. “Serius? Hanya dengan foto itu kalian menganggapku menjalin kasih dengan Yoora?”

Pertanyaan itu, dengan kilat diangguki oleh Jimmy. Taekyung terlihat agak ragu.

Alhasil, Jungkook memilih menghela napas kasar dan kembali pada pekerjaannya. “Yoora bukan tipeku. Jadi, jangan membahas soal ini lagi.”

Sontak, Taekyung menyenggol Jimmy yang terlihat tidak percaya. Jimmy yang ingin menambahi, ponsel Jungkook tiba-tiba saja berdering dan keduanya dibuat terdiam kala itu panggilan dari Jihyo.

***

Adik kakak itu telah membayar tagihan listrik. Sudah bisa dipastikan, rumah mereka kembali tentram lagi. Akan tetapi, Jihyo memutuskan untuk tinggal sebentar di toko tersebut. Ia ingin mengisi daya ponselnya—dalam kata lain menumpang untuk memberi kabar pada Jungkook. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Untung saja, pemilik toko sangat ramah dan memberikan izin, sehingga Jihyo bisa melakukannya. Bahkan, Jihyo tidak memberikan kabar melalui pesan. Melainkan langsung menelepon Jungkook.

Yeonjun yang melihat kelakukan kakak perempuannya, hanya bisa menggelengkan kepala dan memilih menelusuri rak-rak toko serba ada ini. Barangkali, ia bisa menemukan sesuatu penjanggal perut.

Sebenarnya, Yeonjun bisa saja pulang terlebih dahulu. Akan tetapi, ia tidak tega saja meninggalkan kakaknya seorang diri—itupun larut malam seperti ini.

Kembali pada Jihyo, gadis itu langsung menelepon Jungkook setelah ponselnya mati—tidak peduli apapun lagi karena urusan malu itu akan ia pikirkan di belakang.

Hingga, tidak berselang lama, panggilannya tersambung. Jihyo kegirangan sehingga langsung mengeluarkan keluhannya.

“Master, duel harus diulang. Seperti yang kukatakan sebelumnya, listrik di rumahku padam. Sungguh, komputer langsung saja mati. Seharusnya, aku main di laptop saja tetapi itu tidak berpengaruh karena laptopku harus terus di charger. Itu tidak adil dipihakku dan aku baru memberi kabar karena—“

“Kau baru mengisi daya ponselmu?”

Mendengar tutur katanya yang dipangkas, membuat Jihyo teramat bingung. Sangat kebetulan, Jungkook menembak sesuai sasaran.

“Ya, itu memang benar. Sungguh, Master! Aku mengatakannya dengan serius. Aku tidak berbohong,” kata Jihyo. Berusaha meyakinkan Jungkook karena ia tidak bisa menerima kekalahannya begitu saja.

Jihyo belum mendengar balasan dari seberang sana. Pribadi hanya menghela napas.

“Aku bisa mengerti, tetapi tidak ada sesi ulang. Kau sudah kalah dan kau harus bisa menerima kekalahan itu karena sistem sudah memberikan keterangan mengenai kau yang kalah dalam misi kali ini.”

“Sialan kau listrik!” Sungguh, Jihyo sangat ingin mengumpat dan mengeluarkan semua kata-kata yang sering terlontar untuk Yeonjun. Hanya saja, ia berusaha menahannya. Mengingat yang ia hadapi adalah sang master.

“Serius, tidak ada pengulangan?”

“Tidak ada,” balas Jungkook singkat, membuat Jihyo memejamkan mata.

Tidak ada pilihan lain sehingga ia pun langsung memberikan anggukan. “Baiklah master. Misi ini kau menang karena dibantu oleh listrik. Lain kali, aku tidak akan membiarkannya dan langsung saja, apa yang harus aku lakukan? Apa permintaanmu?”

Semua terucap, keluar begitu saja. Tidak pernah Jihyo pikirkan sebelumnya. Sebenarnya, Jihyo sangat khawatir dengan permintaan aneh Jungkook dan sungguh, Jihyo masih sangat menyayangkan kekalahannya. Bukankah sangat bagus jika ia menang? Ia bisa membuat satu permintaan pada Jungkook. Akan tetapi, itu hanyalah sebuah khayalan saja.

“Aku belum memikirkannya. Untuk itu, aku simpan permintaanku dulu!”

“Hah?” ucap Jihyo spontan. Ia bisa mendengar dan mengerti maksud Jungkook. Hanya saja itu spontan keluar dari kedua bibirnya.

“Wah, ternyata sesuatu telah terjadi antara Master Cooky dan Little Jiyo!”

Tunggu dulu. Jihyo mendengar sebuah suara yang terdengar tidak asing. Bahkan, karena itu membuat Jihyo kehilangan kata-kata. Bingung untuk memberikan balasan.

Untung saja, Jungkook berujar. Walau itu sebenarnya tidak terlalu membantu.

“Itu Jimmy dan Taekyung. Abaikan mereka dan aku akan menghubungi di game. Kuharap kau bisa online.”

Tbc.

Halo, gimana ni? Wkwk. Jihyo kalah nih dan harus mengabulkan permintaan Jungkook. Siapa nih penasaran dengan permintaan Jungkook? Wkwk.

Intinya, sampai jumpa dibab selanjutnya, teman-teman.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top