00.15
Jangan tanyakan, bagaimana canggungnya Jihyo yang saat ini berada di dalam mobil Jungkook. Jantungnya sungguh berdetak tidak karuan sejak tadi---sejak di mana jemarinya digenggam amat erat.
Jihyo sungguh frustrasi, kala suasana di dalam mobil yang amat hening---hanya suara radio mobil yang terdengar di mana memberitahukan soal berita harian yang tengah terjadi.
"Aku bisa mati rasa kalau suasananya terus seperti ini," gumam Jihyo dalam hati.
Gadis itu secara spontan meremas kedua jemarinya dengan resah, kemudian menghela napas dengan kasar. Alhasil, Jungkook yang tengah menyetir pun menoleh sekilas.
"Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya yang memecah keheningan.
Jihyo pun sontak menoleh dengan mimik wajah kebingungan. "Eh, itu, a-aku baik-baik saja," ucapnya dengan gagap. Sangat jelas jika ia sedang tidak baik-baik saja.
Jungkook hanya tersenyum tipis, memilih untuk fokus pada sesi menyetirnya kemudian tidak lama ia mengganti siaran radio di mana ia menyetel lagu yang menenangkan.
"Ah, bagaimana menurutmu dengan lagu ini?" tanyanya.
Jihyo yang sebenarnya masih mencoba beradaptasi dengan suasana saat inipun, hanya bisa mengangguk sembari berkata, "Sangat bagus. Lagu ini juga terkadang aku putar jika sedang bosan," ucap Jihyo dengan jujur.
Jungkook yang mendengarnya ikut mengangguk karena itu memang benar. Apalagi, saat kedua sudut bibirnya langsung membentang---walau sederhana.
"Oh iya, apa Cao Myung menyulitkanmu?" Pertanyaan itu dengan kilat membuat pandangan Jihyo teralihkan di mana ia sontak menatap Jungkook dengan bingung.
"Em …., Cao Myung Senior tidak menyulitkanku, Master," jawab Jihyo dengan senyum canggung.
Jungkook yang tengah menyetir dengan spontan menggelengkan kepala. "Kau tidak perlu menyembunyikan apapun, Jihyo. Aku mengenal Cao Myung, dia pasti akan membuatmu tidak betah hingga berakhir agar kau membuat surat pengunduran diri. Dia memang seperti itu."
Alhasil, pikiran Jihyo langsung kemana-mana kala mendengar tutur kata Jungkook yang memang tahu soal kesulitan yang ia rasakan. Akan tetapi, Jihyo masih dibuat bingung mengenai alasan ia diterima sehingga keinginan untuk bertanya, melintas begitu saja.
"Master, apa aku bisa bertanya?"
"Akan kujawab jika aku tahu jawabannya."
Mendengar hal itu, membuat Jihyo menghembuskan napas dengan dalam. "Jika boleh tahu, apa alasan Master menerimaku menjadi bagian dari Dream Tech? Maksudku, Dream Tech. tidak menerima karyawan wanita dan---"
"Aku hanya melakukan daftar keinginanmu."
Dengan kilat, Jihyo membulatkan kedua matanya. "Maksud Master?" tanya Jihyo yang sangat terkejut. Akan tetapi, Jungkook hanya memasang wajah santai sementara Jihyo mendadak frustrasi jika sudah seperti ini.
Sementara Jungkook yang baru saja mengatakan itu, kembali menghela napas. "Aku memang tidak terlalu tahu kinerjamu. Akan tetapi, tekadmu agar bisa menjadi bagian dari Dream Tech. yang membuatku cukup kagum. Kau keras kepala dan juga keras dalam tindakan. Aku yakin jika kau bisa mengisi tempat yang kosong itu."
Dan pernyataan itu, membuat Jihyo sontak terdiam. Ia salah paham, setelah Jungkook mengatakan hal sebelumnya di mana pria itu katanya, 'hanya melakukan daftar keinginannya'. Sungguh, Jihyo bisa gila jika terus seperti ini dan untung saja, mereka sudah tiba ditujuan. Alhasil, Jihyo yang tidak ingin terjebak begitu lama, membuatnya dengan segera melepas sabut pengaman lantas mengamati sang atasan dengan lekat.
"Master, terima kasih. Ini sudah sekian kalinya master mengantarku pulang walau sebenarnya aku bisa saja pulang sendiri," kata Jihyo dengan sekuat tenaga menahan rasa gugupnya. Apalagi, saat Jungkook malah menatapnya. Bahkan tersenyum.
"Tidak masalah. Itu bukanlah apa-apa dan sampai jumpa besok," kata Jungkook dengan tatapan yang masih fokus pada Jihyo.
Jihyo pun hanya bisa mengangguk diiringi dengan senyum hingga ia langsung keluar dari mobil. Benar-benar luar biasa! Ia merasa kepanasan walau pendingin mobil telah menyala sejak awal.
Jihyo sontak menghembuskan napas dengan lega. Walaupun sebenarnya ada rasa tidak rela saat mobil sang idola telah menjauh, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa saat ia saja tidak bisa mengontrol dirinya.
"Yak! Jihyo! Kenapa kau menjengkelkan sekali? Akh!" Lantas Jihyo menghentakkan kedua kakinya, kemudian menarik langkah untuk masuk ke dalam rumahnya dan betapa terkejutnya Jihyo saat melihat presensi adiknya yang berpangku tangan di depan pintu.
Jihyo memegangi dadanya dengan ekspresi terkejut. "Kau! Apa kau ingin mati muda, hah?" ucap Jihyo dengan murka. Namun, Yeonjun mengabaikannya sembari memasang ekspresi polos.
"Dia pria yang sama'kan? Sudah kutebak, kau dengan dia pasti memiliki hubungan lebih dari sebatas atasan dan karyawan," katanya dengan santai---tanpa berpikir panjang.
Jihyo yang mendengarnya terlihat menghembuskan napas kasar. Percayalah, Jihyo saat ini sangat lelah dan berniat tidur saja. Akan tetapi, Yeonjun nyatanya tertarik menguji kesabarannya.
Jihyo terlihat berkacak pinggang dengan ekspresi wajah datar. "Shin Yeonjun, bukankah sudah kukatakan kepadamu--"
“Jangan ikut campur dengan urusan pribadiku jika kau masih ingin hidup.” Yeonjun memangkas dengan spontan, lantas pribadi itu menyengir.
“Ah, Kak! Kenapa kau selalu saja serius? Sungguh, itu tadi hanya sebuah akting yang sangat mengagumkan. Bukankah aku sudah sangat berbakat untuk menjadi seorang aktor?” kata Yeonjun seraya merangkul pundak Jihyo, mencoba untuk membuat Jihyo melupakan kata-katanya.
Namun, Jihyo dengan kasar dan tanpa berpikir panjang menyingkirkan tangan Yeonjun dari pundaknya lantas menatap Yeonjun dengan sinis. “Serius? Hanya sutrada yang kasihan kepadamu jika kau memang benar mendapatkan peran. Adik sialan!”
Jihyo pun kemudian berlalu begitu saja setelah mengatakannya---seakan ia tidak berpikir jika Yeonjun kini terdiam dengan kekesalan yang memuncak. Yeonjun pun berbalik. “Hei! Kau belum menjawab pertanyaanku! Apa dia benar-benar kekasihmu—“
Belum usai pertanyaan itu, suara pintu yang tertutup rapat terdengar memekik. Bahkan, disertai dengan ujaran dari pribadi dibalik pintu. “Malam ini kau tidur di luar saja! Lama-lama, kau sangat menjengkelkan!”
Yeonjun pun tertegun. Ia sungguh tidak percaya. Pria dewasa yang tampan sekaligus mempesona seperti dirinya mendapatkan perlakukan tidak baik dari seorang gadis seperti kakaknya.
“Yak! Akan kuadukan kau kepada Ibu!”
“Shin Jihyo! Aku kali ini benar-benar marah!”
***
Malam ini, sekalipun rembulan tampak dengan jelas juga suara jarum jam yang terus terdengar seakan mengingat di mana malam yang sudah semakin larut, tidak menghentikan keinginan Jihyo untuk login di The Adventure Story. Sebenarnya pun, rasa malas untuk bermain menyeruak. Akan tetapi, Jihyo hanya cukup penasaran dengan hal-hal yang akan terlihat diakunnya kala ia telah login---mungkin semacam ia akan mendapatkan hadiah
Namun, Jihyo tidak menemukan hal yang istimewa. Hanya pembagian hadiah seperti biasanya dan pemberitahuan untuk menyelesaikan misi juga pesan obrolan dari para pemain yang ingin mengajaknya bermain. Tentu saja, Jihyo mengabaikan hal itu terlebih dahulu sebab ia mendadak malas.
Dengan kilat pun, Jihyo melirik ke arah jam bekernya seraya berkata, “Hm, sudah pukul 9. Sebaiknya aku keluar dan bersiap untuk tidur,” ucap Jihyo yang kemudian mengangguk sebab itu memang benar.
Alhasil, Jihyo menuntun jemarinya untuk menekan tombol logout. Namun, baru ia ingin melakukannya, notifikasi duel dari seseorang mengalihkan perhatiannya. Bahkan, membuat Jihyo hampir saja jatuh ke belakang saking terkejutnya.
“Duel? Dengan Master Cooky?”
Hingga, tidak lama Jihyo mendapatkan pesan obrolan dari pemilik akun itu.
[Master Cooky]: Sesuai kesepakatan kita bersama pada waktu itu. ayo kita duel.
[Master Cooky]: Seperti taruhan, jika kau menang, aku akan mengabulkan satu permintaanmu.
[Master Cooky]: Tapi jika kau kalah, kau’lah yang harus mengabulkan permintaanku. Bagaimana?
Tbc.
Jadi bagaimana? Akankah Jihyo menerimanya?🤔 Jika pun menerima, siapa nih yang bakalan menang? Lumayan nih reward buat yang menang, hahaha😂
Makanya, sampai jumpa di bab selanjutnya😁 dan, jangan lupa mampir diinstagram aku yah @Juwitaaa_nrp
Luv u❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top