00.09

Jihyo yang masih menatap pria di hadapannya yang membuat jantungnya berdetak tidak karuan pun sontak mengangguk. "Iya, aku ... aku Little Jiyo!" kata Jihyo tanpa mengalihkan pandangannya pada Jungkook sedikit pun.

Terlihat, Jungkook mengangguk mendengarnya lantas mengamati sekelilingnya yang menatap dan berbisik melihat apa yang tengah terjadi. Jungkook menghela napas. "Subin lupa menginput data sehingga dia bisa lolos dan untuk itu, bisakah kalian semua kembali pada pekerjaan kalian? Atau kalian ingin segera mendapatkan pesangon?"

Tatanan kalimat yang menguar dengan jelas itu, sontak saja membuat semua pekerja yang menjadi pengamat membubarkan diri dan kembali membuat diri sibuk. Ya, walau mereka juga terkadang melirik untuk melihat hal yang tidak boleh diabaikan.

Alhasil, sisa Jimmy, Taekyung, Subin, Jungkook, Jihyo dan beberapa calon magang lainnya yang membuat satu perkumpulan. Hal itupun tidak lama, saat Jungkook kembali menatap Jihyo dengan intens lalu berkata, "Untuk calon magang, kalian akan mendapatkan panggilan dari Subin dan semoga keberuntungan menyertai kalian." Lantas Jungkook menjejalkan jemarinya ke dalam saku dan berbalik meninggalkan semua orang.

Taekyung memilih menyusul pada Jungkook ke ruangan yang menjadi tempat interview yang akan berlangsung. Jimmy juga termasuk, tetapi pria berisi itu terlebih dahulu mengamati Jihyo dengan lekat seraya memicingkan mata. "Hari ini kau menang lagi. Kapan-kapan, akulah yang akan mengalahkanmu, Nona Little Jiyo!" Sambil memberikan bahasa tubuh dua jemarinya yang akan memberikan pengawasan lalu mempercepat langkah ke arah Jungkook dan Taekyung.

Jihyo yang tadinya dimabuk akan pemandangan paras sang senior, mendadak tertawa renyah disertai dengan gelengan kepala. "Tidak pernah berubah sejak dulu."

Hanya itu yang Jihyo katakan untuk Lee Jimmy. Sosok senior yang selalu bersama dengan Jungkook dan memiliki kepribadian yang menjengkelkan. Jihyo masih bisa mengingat, tiga senior yang memiliki tampang seperti idol di kampusnya dulu dan menjadi primadona kampus yang tak lain adalah Jungkook, Taekyung dan Jimmy! Ouh, mereka sungguh memiliki kumpulan penggemar layaknya seorang artis dan sangat tidak dipercaya, Jihyo adalah salah satunya.

"Nona?"

"Nona Little Jiyo?"

Dengan kilat, Jihyo yang melamunkan tiga seniornya sontak menoleh ke arah sosok pria bertubuh jangkung dengan kulit seputih susu yang tidak salah dipanggil dengan nama Subin. Jihyo masih mengingat hal itu karena sejak dulu, ingatannya memang cukup kuat. Walau terkadang ia memang sering melupakan beberapa hal.

"Ya. Aku Little Jiyo. Shin Jihyo," katanya seraya membungkukkan tubuh.

Subin membalasnya dengan senyum tulus. "Baiklah, Nona. Kau mendapatkan urutan pertama untuk melakukan interview. Jadi, mari saya antar ke ruangannya dan berusahalah semaksimal mungkin," kata Subin dengan ramah.

Jihyo mengangguk lagi. "Ah, terima kasih."

Subin pun hanya tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya lantas memberikan arahan. Jihyo mengikuti Subin hingga tidak disadari, keduanya kini berada disebuah ruangan yang bertuliskan ruangan rapat.

Jihyo dengan cepat mengerjapkan mata beriringan dengan meneguk salivanya hingga habis. Ia pun bahkan merasakan jantungnya yang berdetak sangat cepat dan ini kali pertamanya ia seperti Jihyo yang berbeda.

"Saya tahu, Nona pasti gugup dan saya hanya berharap yang terbaik untuk Nona. Mengingat, Nona adalah kandidat yang terbaik menurut saya pribadi," kata Subin.

"Kau sangat baik dengan mengatakan hal itu. Terima kasih lagi," kata Jihyo mencoba untuk tenang, walau ia sebenarnya kurang yakin dengan hal itu.

Lihat, kala Subin membukakan pintu untuk dirinya, kedua kakinya mendadak merasa lemas. Hoh, Jihyo malah semakin gugup saja, tetapi ia harus bisa mengendalikan dirinya.

Jihyo menyakini, pekerjaan yang sesuai dengan minatnya ada di Dream Tech. Itu dia, kenapa Jihyo kini menghembuskan napas dengan dalam hingga akhirnya memilih masuk ke dalam ruangan di mana ia langsung disuguhkan dengan meja yang memanjang. Di sana pun terdapat Jungkook, Jimmy dan Taekyung yang sepertinya sudah sangat siap membantainya dengan banyak pertanyaan.

"Selamat siang. Aku Shin Jihyo," kata Jihyo mencoba mengontrol dirinya kala mendapati tatapan penuh makna. Bahkan, mendadak ruangan ini menjadi senyap. Beruntung, seseorang berujar untuk mengatasinya.

"Em ... Little Jiyo! Eh ... maksudku, Shin Jihyo! Silakan duduk," kata Taekyung yang memecah keheningan.

Jihyo mengangguk dan langsung menuruti permintaan itu walau ia cukup ragu pada dirinya sendiri.

Ayolah, ia sungguh merasakan detakan yang kembali menyerbu jantungnya kala duduk berhadapan dengan Jungkook, idolanya dalam hal pemrograman.

"Baiklah, kita akan memulainya dan bisakah kau menjawab pertanyaan saya dengan jujur?" tanya Jungkook yang kini memegang sebuah pena. Namun, perhatian Jihyo teralihkan dengan sebuab kertas yang berisi data dirinya dalam game.

Agak ragu dengan tatapan yang kembali fokus pada Jungkook, ia mengangguk. "Saya akan menjawabnya dengan jujur!"

Jungkook mengangguk seraya mengamati kertas berisi data-data Jihyo lalu kembali menatap Jihyo. "Baik, Nona Shin. Saya sudah membaca data diri dan kau adalah lulusan Busan University dengan nilai hampir sempurna. Akan tetapi, Dream Tech tidak mengutamakan data-data seperti ini yang bisa saja dimanipulasi. Dream Tech bekerja mengandalkan keahlian, kemampuan dan juga ide," jelas Jungkook sebagai basa-basi.

Jihyo mengangguk dan mendengarkannya dengan cermat. Matanya teramat fokus pada Jungkook dan tidak berniat menatap ke arah Taekyung ataupun Jimmy.

"Sebenarnya, saya tidak ingin bertanya banyak hal. Mengingat, saya pun sudah tahu cara bermainmu dan juga, kau memang satu-satunya gadis yang berhasil masuk ke-10 peringkat teratas dan menduduki peringkat kedua dan peringkat pertama dalam seleksi ini," katanya lagi.

Awalnya, Jihyo yang mendengar hal itu merasa baik-baik saja. Akan tetapi, ia baru menyadari kala Jungkook mengatakan, pernah bermain dengan dirinya. Jihyo tentu sangat terkejut dan langsung saja menunjuk dirinya sendiri, "Pernah bermain dengan saya? Memangnya, siapa nama akun anda?"

Dengan senyum yang menghiasi paras tampan Jungkook, pribadi itu mengangguk sekilas. "Ya ... kau akan tahu sendiri dan lupakan soal itu dan aku ingin memberikan satu pertanyaan," katanya.

Jihyo malah semakin penasaran. Ia sungguh sangat ingin tahu, siapa nama pengguna seniornya itu? Barangkali ia bisa mengingat terakhir kali bermain dan langsung menambahkan sang senior ke daftar pertemanannya.

Alhasil, Jihyo mencoba untuk tenang seraya menantikan pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh seniornya itu. Bahkan, wajah sang senior berubah serius dengan sorot mata tajam dan rahang yang mengeras.

"Apa yang membuatmu ke sini? Kurun selama setahun Dream Tech berdiri, pihak kami tidak menerima karyawan wanita."

"Kenapa kau tidak menerima karyawan wanita? Derajat wanita dan pria sama---"

"Kau tidak perlu mengajariku. Ini perusahaanku! Katakan saja, apa alasanmu ke tempat ini kala kau sudah mengetahui tentang Dream Tech?"

Jihyo sontak terdiam. Tidak menyadari jika pertanyaan itulah yang muncul. Pikirannya mendadak kacau dan bingung memilih kata-kata yang tepat untuk memberikan kepuasan pada ketiga senior tersebut. Bahkan, Jihyo pun tidak menyadari saat satu kalimat yang tidak pernah terbesit sebelumnya, spontan keluar.

"Itu salah satu daftar keinginanku di mana aku ingin selalu bersama denganmu, senior!"

Jungkook yang mendengarnya, sontak menatap Jihyo amat serius dengan sebelah alis yang terangkat. Ekspresinya masih sama, kala Jihyo yang dengan spontan menutup mulut menggunakan kedua jemari sembari menggelengkan kepala.

"Daftar keinginan?" kata Taekyung dan Jimmy dengan serempak.

Jihyo menggeleng dengan cepat walau itu memang ada benarnya. "Tidak! Bukan seperti itu. Maksud saya ... bekerja di Dream Tech adalah salah satu daftar keinginan saya di mana minat saya ada pada Dream Tech, walau saya pun awalnya menyadari jika itu tidak mungkin dan sangatlah mustahil. Akan tetapi, saya mengingat kata seseorang, di mana yang mustahil bukanlah tidak mungkin! Tergantung tekad dan usaha kita untuk membuat yang tidak mungkin itu menjadi mungkin," jelas Jihyo dengan kedua bola mata yang fokus pada Jungkook.

Jungkook yang mendengarnya dengan spontan menaruh pena di atas kertas dan membalas tatapan Jihyo sang calon magang di perusahaannya dengan lekat. "Kau dari Busan University, aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

Jihyo semakin melebarkan senyum. "Senior tidak mengenaliku karena aku tertimbung dari banyak gadis gila yang menjadi penggemarmu. Akan tetapi, aku sudah mengunduh dan menggunakan semua perangkat lunak yang senior luncurkan dan juga, aku ... aku sering menyaksikan pertandingan bola basket senior mewakili jurusan," kata Jihyo seraya mengusap lehernya melampiaskan rasa canggung.

"Ayolah, Jung! Kau tidak mengenalinya karena kau terus saja menyibukkan diri untuk ujian dan merancang perusahaan. Itu juga berlaku dengan Jimmy. Akan tetapi, aku mengenalinya--"

Jimmy sontak menaikkan sebelah alisnya. "Kau mengenalinya? Dan tidak mengatakan apapun sejak tadi? Memangnya dia siapa?" Sambil mengamati Jihyo dengan tatapan sinis secara terbuka. Sepertinya, Jimmy masih tidak menerima kekalahannya.

Taekyung yang mendapatkan pertanyaan seperti itupun sontak menggaruk kepalanya. Serasa ia salah mengatakan sesuatu. "Itu, dia ... dia teman dekat temanku. Maksudku, ya seperti itulah!"

Kini, giliran Jihyo yang menaikkan sebelah alisnya. "Aku teman dekat temanmu? Aku hanya memiliki satu teman dekat dan itu adalah Han Haeso. Apa temanmu adalah Haeso?" Dan anggukan disertai dengan pipi merona menjadi jawabannya. Bahkan, membuat Jihyo seketika paham di mana terjadi sesuatu di antara Taekyung dan Haeso. Tentu saja, Jihyo akan menagih jawaban atas pertanyaannya pada Haeso.

"Baiklah, dan itu sama sekali tidak penting. Jungkook, apa kau masih punya pertanyaan lain?" tanya Jimmy pada Jungkook yang masih diam pada amatannya ke Jihyo.

Akan tetapi, Jungkook mengalihkan tatapannya seraya menghela napas lantas berkata, "Tidak ada. Nona Shin Jihyo, kau bisa keluar dan terima kasih atas partisipasimu!"

Entah kenapa, mendengar kalimat itu, Jihyo mendadak gelisah dan sepertinya, ia memang harus belajar menerima kenyataan di mana ia tidak akan diterima di Dream Tech.

***

Sesi interview telah berakhir. Jihyo dengan rasa galau dan gelisah yang menyeruak, melampiaskannya dengan memainkan tas yang berada dipangkuannya seraya mengamati sekeliling. Kali inipun, ia berada di antara para calon magang yang juga telah melakukan sesi interview---sisa menanti hasil akhir interview.

Mengingat hal itu, Jihyo sontak menggigiti bibir bawahnya. Bisa-bisanya, ia berkata seperti itu tanpa berpikir panjang. Sungguh, ingin sekali Jihyo membenturkan kepala jika saja Jungkook, Jimmy dan Taekyung tidak saja keluar dari ruangan tadi dan mendekat.

Dengan spontan, Jihyo bangkit dari kursi yang digunakan untuk menunggu bersama dengan beberapa calon magang lainnya lantas membungkukkan tubuh sebagai salam formal hingga menjadikan Jungkook sebagai amatan.

Pria itu memasukkan kedua jemari ke dalam saku celana seraya mengamati para calon magang dengan tatapan penuh makna lantas berkata, "Saya sudah mendengar apa yang ingin saya ketahui dari kalian semua. Awalnya, saya agak ragu untuk memilih di antara kalian yang memang memiliki bakat yang luar biasa. Akan tetapi, pada dasarnya, saya hanya bisa memilih 3 orang saja dan tanpa basa-basi, itu adalah ...."

"Kim Minhyuk!"

"Seo Chanyeon!"

"Dan terakhir ...."

Jungkook menjeda ucapannya dan memilih mengamati beberapa orang yang belum disebut dan berharap lebih kepadanya. Bahkan, Jungkook dapat melihat satu sosok yang tentu saja menjadi pusat perhatian di mana hanya dialah seorang gadis ditempat ini.

Jungkook tersenyum tipis. "Shin Jihyo!"

Sekejap, Jihyo yang tengah memejamkan mata untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, melebarkan kedua matanya karena terkejut. Demi Tuhan! Kedua matanya serasa ingin melompat keluar dari tempatnya. Bahkan, saking tidak percayanya, Jihyo langsung saja menunjuk dirinya sendiri.

"Saya? Apa yang terakhir saya?" tanyanya tidak percaya. Bukan Jihyo saja yang berlaku, para calon magang dan beberapa pekerja tetap yang menguping secara diam-diam juga sangat terkejut dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi kala larangan yang dulunya membuat mereka tersiksa, kini dihapus begitu saja, tanpa alasan jelas.

Jungkook pun hanya mengangguk, seraya memberikan gestur pada Jimmy, Taekyung dan Subin. "Mereka akan menjelaskan beberapa hal tentang apa yang harus kalian kerjakan dan untuk yang tidak terpilih, jangan berkecil hati, jika bukan di sini, semoga kalian sukses ditempat lain. Saya permisi dulu," kata Jungkook yang kemudian meraih benda pipih dari sakunya dan memilih untuk melenggang.

Jihyo masih terpaku, menatap punggung sang senior yang perlahan hilang memasuki sebuah ruangan yang besar---ruangan di mana dinding depannya yang transparan agar pribadi itu dapat mengamati kinerja para pekerjanya.

Jihyo masih saja terpaku dengan senyum yang terus merekah. Namun, satu jentikan jari membuyarkan lamunannya. "Kau bisa melihat Jungkook setiap hari, Jihyo. Namun, sebelum itu, akan kuberitahu hal yang harus kau ketahui," ucap pribadi itu yang tidak lain adalah Taekyung.

***

Tbc.

Hekhem. Aku baru up, hehehe👉👈 semoga bisa menghibur kalian dan maaf karena aku belum bisa update dengan teratur😁

Dan oh iya! Nggak kerasa yah, ramadan hampir selesai. Sebelumnya, aku mau meminta maaf kepada kalian semuanya. Barangkali, ada kesalahan yang kulakukan baik itu tidak sengaja maupun sengaja. Kesalahannya, mungkin terletak diaku yang jarang update, wkwk😶😂 Maafin yah🤗

So, sampai jumpa dibab selanjutnya❤luv u❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top