00.02
Shin Yeon Jun
Hui Tae Kyung
Lee Jimmy
***
Semua pria di Dream Tech langsung meninggalkan ruang rapat untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus dilakukan. Namun, hal itu tidak dilakukan dengan Hui Taekyung dan Lee Jimmy. Kedua pria itu malah hendak mengatakan sesuatu pada bos mereka dengan mengekor sembari berdebat satu sama lain.
"Kau yang katakan!"
"Kenapa aku? Kau yang lebih tua! Seharusnya kau!"
"Tetapi---akh!"
Mereka berdua hampir jatuh ke belakang saat menubruk punggung Jungkook yang tiba-tiba saja berhenti melangkah. Bahkan, saat bos mereka itu memberikan tatapan dingin yang membuat Jimmy dan Taekhyung bersamaan mengusap ceruk leher mereka lalu tertawa pelan.
"Ada apa dengan kalian?" tanya Jungkook tidak minat, bahkan semakin tidak minat saat Jimmy dan Taekyung malah saling menyenggol---seakan keduanya ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak berniat untuk melakukannya. Buktinya, mereka saling menunjuk.
Jungkook hanya mengangguk pelan. "Baiklah, aku akan pergi---"
"Tunggu dulu, Bos besar!" ucap keduanya serempak yang langsung menghentikan langkah Jungkook yang ingin berbalik.
Taekhyung yang mulai jengkel pun, langsung menghela napas. "Oke, aku akan mengatakannya, Jung. Hanya sederhana saja dan kami juga sudah mengatakan hal ini pada sebelumnya." Ia berujar dan mendapat anggukan dari Jimmy.
Akan tetapi, Jungkook tidak paham. "Apa yang ingin kalian coba katakan?"
Taekyung dan Jimmy pun sontak saling menatap dan berdecak.
"Tahun ini, kau harus menerima karyawan wanita!" pekik Jimmy tidak terima penolakan.
Taekyung mengangguk. "Apa kau tidak melihat berita konyol yang mengatakan, jika semua karyawan Dream Tech adalah homoseksual? Itu membuatku sangat terpukul, karena aku bagian dari Dream Tech." Taekyung mengatakannya dengan meluapkan semua emosinya.
Jungkook yang menjadi pendengar, hanya menatap kedua karyawan sekaligus teman seperjuangannya itu dengan datar. "Jangan dengar kalau begitu!"
"Ais! Bedebah!"
"Terkutuklah kau!"
Jimmy dan Taekyung benar-benar naik pitam mendengar jawaban dari Jungkook yang sama sekali tahan banting dengan rumor yang beredar mengenai dirinya dan perusahannya. Sungguh, seandainya Jimmy dan Taekyung tidak menyayangi Dream Tech melebihi apapun, ia pasti sudah lebih dulu membuat surat pengunduran diri.
Mereka nyaman? Tentu, hanya saja! Perusahaan game berbasis di Busan ini tidak memiliki satupun karyawan wanita---semuanya dikerjakan oleh pria. Jimmy, Taekyung dan beberapa karyawan, merasa bosan dengan kondisi perusahaan yang seperti gurun pasir---tidak ada gadis cantik yang membuat kedua mata menjadi berbinar.
Bahkan, karena itulah membuat Jimmy dan Taekyung melajang hingga sekarang. Kenapa bisa? Sebab, ia menghabiskan seluruh waktunya untuk Dream Tech, mengingat dua pria tampan itu berada di bagian pemograman yang kerjanya menulis, menguji dan memperbaiki (debug), serta memelihara kode yang membangun suatu program komputer. Mereka lebih sering lembur untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Dan lagi, tidak ada karyawan wanita yang bisa membuat mereka menjalani pendekatan di satu tempat. Percayalah, itu menyiksa mereka.
"Sudahlah, lebih baik kalian mengerjakan tugas kalian. Keputusan ini pun, dilakukan untuk kesejahteraan Dream Tech."
"Sungguh, kau tidak waras, Jung!" Taekyung berujar sambil menggeleng tidak terima.
Lantas, Jimmy menghembuskan napas kasar. "Sudah jelas, ini hanya untuk kesejahteraan Cao Myung yang terhormat, di mana dia fobia dengan wanita. Ais, pria itu ingin sekali kumutilasi, karena menjadi alasan aku melajang hingga sekarang!"
Ya, Taekyung juga menyetujui tutur kata Jimmy. Kenyataannya memang seperti itu. Cao Myung menjadi alasan Jungkook tidak menerima karyawan wanita. Pria asal China itu, memang memiliki keahlian yang lebih dalam pada dunia pemograman---hanya saja memiliki fobia yang tidak biasa. Bahkan, keduanya masih mengingat saat Jungkook jauh-jauh ke China hanya untuk menawarkan posisi ketua pemograman kepada Cao Myung.
Sungguh membuat Jimmy dan Taekyung sangat kesal.
Akan tetapi, Jungkook tetaplah Jungkook yang tidak akan membuat dirinya pusing, hanya karena masalah penerimaan karyawan. Menurutnya, itu biasa-biasa saja.
"Itu memang benar, tetapi kenapa kalian mempermasalahkannya? Sudah menjadi takdir, kalian melajang hingga sekarang," balasnya, tetapi tidak memuaskan hati Jimmy dan Taekhyung.
"Itu berarti, kau lebih memilih Cao Myung daripada temanmu sendiri?" tanya Taekyung pada Jungkook yang ekspresinya masih sama.
Tanpa beban, Jungkook mengangguk. "Demi kesejahteraan Dream Tech," ujarnya yang membuat Jimmy dan Taekyung tertegun. Tidak peduli dengan itu, Jungkook lalu merangkul pundak Jimmy. "Aku akan ke ruanganku dan Jimmy, minta kepada Subin untuk segera menyelesaikan hal-hal tentang penerimaan magang pada tahun ini. Tidak lupa, suruh dia untuk mengirimkan formatnya lewat surel!"
Lantas Jungkook berlalu begitu saja, meninggalkan dua pria tampan dan mempesona itu yang benar-benar memikirkan nasib mereka ke depannya.
***
Hari ini, Jihyo sangat lelah. Setelah ia mencuci pakaian selama seminggu yang menumpuk, ia harus ke minimarket untuk membeli bahan-bahan makanan jika tidak ingin mati kelaparan di rumahnya. Terlebih, ia tinggal bersama dengan adiknya yang kurang ajar dan tidak tahu diri.
Sungguh, Jihyo merasa cukup menyesal saat dulunya memilih sekolah dan bekerja di Busan, saat kedua orangtuanya ada di Seoul. Bahkan, adiknya juga ikut-ikutan, sehingga kedua orangtuanya membuat keputusan yang berakhir dengan ia yang harus seatap dengan adiknya itu.
Jihyo tidak ingin, sebab hidupnya akan semakin sulit dan itu sangat benar. Terlebih, adiknya yang sangat menyebalkan yang selalu membuatnya naik pitam. Itu pun, saat membagi pekerjaan rumah, tidak ada yang ingin mengalah---termasuk pasal mencuci baju. Untung saja, keputusan dapat mereka temukan di mana setiap seminggu sekali, salah satu di antara mereka akan mencuci pakaian dan itu terus berjalan hingga kini.
Sekalipun Jihyo seorang gadis, ia tidak ingin diperbudak oleh adik lelakinya yang mengambil keuntungan dari dirinya. Ya, walau sebenarnya ia memang sangat malas untuk melakukan semua pekerjaan itu.
Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Apalagi, saat Jihyo kini harus berkutat pada jejeran rak yang berisi banyak cemilan. Tentu, ia tidak akan melupakan makanan satu ini untuk menemaninya bermain game---menyelesaikan misi yang tertunda, karena drama cabut kabel.
"Ingatkan aku untuk mengerjai Yeonjun suatu saat nanti," gumamnya sembari memasukkan cemilan itu ke dalam troli, lalu ia kembali melangkah.
Jihyo tentu kesal, sebab Yeonjun menganggu sesi kesenangannya di hari minggu, walau ia memang bersalah, karena tidak melaksanakan kewajibannya sesuai kesepakatan. Namun, bagi Jihyo; Yeonjun tetaplah bersalah.
Apalagi, saat Yeonjun menganggap kesenangannya sebagai sampah dan ia tidak pernah lupa, adiknya itu terus saja mengomel sepanjang waktu, setelah ia lulus kuliah beberapa bulan lalu di mana ia yang pengangguran.
Siapa yang tidak semakin kesal coba? Apa mencari pekerjaan semudah mencabut kabel pada stopkontak? Oh, tidak. Bagi Jihyo, tidak semudah itu, sebab Jihyo ingin menemukan tempat yang sesuai dengan bidangnya dan menghargai bakatnya.
Itu benar! Dan sampai sekarang, ia belum menemukannya dan soal bermain game, ayolah … semua orang membutuhkan kesenangan dan itulah kesenangan seorang Shkn Ji Hyo.
"Hah, semuanya sudah selesai. Tinggal membayarnya di kasir," gumam Jihyo bahagia, sebab ia sudah jengah dengan keadaan.
Tanpa membuang banyak waktu lagi, Jihyo kini berada di kasir dan menanti barang belanjaan miliknya yang akan ditotalkan sebelum ia membayarnya. Tentunya, ia harus sabar dengan antrean.
Dengan rasa malas yang menyeruak, ia menghela napas seraya memainkan ponselnya, tidak memedulikan pengunjung minimarket yang tengah berbincang.
"Ini luar biasa! Dream Tech menerima magang untuk tahun ini. Kau harus ikut!"
"Aku ingin, tetapi Dream Tech hanya menerima karyawan pria. Ah, perusahaan game itu sangat fantastis setelah meluncurkan The Adventure Story!"
Sekejap, Jihyo yang sedang bermain ponsel terdiam kala mendengar pembicaraan singkat itu. Otaknya seakan langsung berpikir, setelah mendengar dua suku kata itu. Dream Tech. Perusahaan yang tidak asing dipendengarannya, hingga ia baru mengingat soal game favoritnya yang faktanya diluncurkan oleh Dream Tech.
Oh, astaga! Dari dulu, Jihyo ingin sekali menjadi bagian dari perusahaan game itu dan apa tadi yang ia dengar? Dream Tech menerima magang?
"Dream Tech? Menerima magang?" serunya dengan suara yang memekik. Membuat semua orang yang tengah mengantre langsung menoleh, tetapi Jihyo yang bahagia, tidak memedulikannya.
"Kau berniat mendaftarkan diri, Nona?" ujar seseorang yang berada didekat Jihyo, membuat gadis bermata bulat itu menoleh dan tanpa pikir panjang mengangguk bahagia.
"Tidak mungkin. Mereka hanya menerima karyawan pria," tambahnya. Senyum Jihyo pun perlahan pudar.
"Hanya pria? Apa itu syarat yang mereka keluarkan?" tanya Jihyo.
Akan tetapi, pria itu mengedikkan kedua bahunya. "Aku kurang tahu, tetapi semua karyawan Dream Tech itu pria, tidak ada wanita dan itu faktanya. Oh iya, soal penerimaan magang itu, kau bisa memeriksa di forum resmi mereka," jawabnya.
Alhasil, Jihyo langsung terdiam kala mendengar tutur kata itu. Ada rasa kecewa, tetapi ia sangat berharap agar bisa menjadi bagian dari Dream Tech, dan Jihyo sangat yakin! Ia akan menjadi bagian dari perusahaan itu.
Keyakinan dalam dirinya semakin meningkat, saat mengingat, Pimpinan Perusahaan Dream Tech adalah seniornya sewaktu kuliah. Senior dengan aura dingin dan wajah tampan yang mempunyai banyak penggemar. Harus Jihyo akui, ialah salah satu penggemar dari senior itu. Bahkan, semua perangkat lunak yang diluncurkan oleh seniornya itu semasa kuliah, selalu ia gunakan dan hal itu semakin membuatnya kagum.
Tidak hanya tampan, seniornya itu juga punya jari-jari yang berbakat di dunia komputer.
Tbc.
Hayo, gimana menurut kalian?
Semoga ngefeel, yap😶
Bye-bye❤see you next part😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top