02


Plak!

"Ampun mas"

Bug!

Suara-suara itu begitu nyaring, membangunkan Wisnu yang sedang terlelap. Wisnu tahu suara itu berasal dari kamar kedua orang tuanya.

"Layanin gue!"

"Aku lagi nggak enak badan mas"

"Nggak enak badan? Lonte kayak lu nggak enak badan?!"

Krek! Krek!
Suara kain robek terdengar.

Dug!

"Sakit mas"

Plak!

"Rasain!"

"Ampun mas, ampun"

Ctak!

"Aaah..."

Berikutnya yang terdengar dari kamar orang tua Wisnu adalah teriakan kesakitan, rintihan dan desahan. Wisnu tidak tahu jika saat itu sang ibu diperkosa suaminya sendiri.

Semalaman Wisnu mendengar suara-suara itu dari kamarnya dengan jelas. Kamar kedua orang tuanya memang tepat di samping kamarnya. Wisnu membuka pintu kamarnya dilihatnya sang ibu berjalan ke dapur dengan langkah menahan sakit, Wisnu juga melihat beberapa memar di tubuh ibunya yang memakai daster berlengan pendek.

"Mami..." panggil Wisnu dan Elia pun menoleh.

Wisnu melihat dengan jelas mata sembab ibunya. Pipi ibunya terlihat memar , bibirnya bengkak dengan sedikit noda darah yang sudah mengering di ujungnya.

"Mami sakit?" Tanya Wisnu

"Nggak" jawab Elia dengan nada datar dan mata berkaca-kaca.

"Elia!" Suara teriakan nyaring terdengar dari dalam kamar.

"Elia!" Teriakan Bara kembali menggema.

"Kamu mandi, siap-siap sekolah nanti mang Ujo jemput"

"Iya mi"

~~~●●●~~~

Ponsel Wisnu bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Wisnu mengambil ponsel di sakunya. Di tengah suara hingar bingar musik dan aroma rokok serta alkohol yang kuat dibacanya pesan itu.

08126542123
Hai! Aku Cecil

Wisnu
Cecil?

08126542123
Temennya Hana

Wisnu
O

08126542123
Ini nomerku di save ya

Wisnu
Y

Wisnu memasukkan ponselnya kembali ke dalam sakunya. Ia menyesap minuman beralkoholnya. Dua orang perempuan berpenampilan seksi masuk ke ruang VIP itu.

Pelacur

"Mereka yang terbaik di club ini" kata lelaki yang duduk tidak jauh dari Wisnu.

Perempuan yang menggunakan minidress merah menyala dengan belahan dada yang terlihat jelas duduk di samping laki-laki yang merupakan rekan kerja Wisnu. Sementara perempuan satunya yang memakai rok mini dan crop top yang memperlihatkan belahan dada dan perutnya duduk di samping Wisnu.

"Hai" perempuan itu menyapa Wisnu sambil membelai dada Wisnu dari luar kemeja hitamnya.

Wisnu menatap perempuan itu sejenak lalu menyesap kembali minumannya. Wisnu mendengar suara desahan, rekan kerjanya tengah sibuk berciuman panas dengan perempuan bermini dress merah itu.

Perempuan di samping Wisnu terus membelai tubuh Wisnu, tangannya bergerak mengusap kejantanan Wisnu yang masih tertutup. Wisnu menarik tangan perempuan itu menghempaskannya lalu berdiri.

"Gue balik dulu ada urusan penting"

"Hm" Hanya itu jawaban rekan kerja Wisnu karena ia sibuk menjelajahi tubuh wanita di atas pangkuannya.

Wisnu keluar dari klub kelas atas itu, masuk ke mobilnya lalu melaju dengan kecepatan tinggi menuju apartemennya.

Sampai di apartemennya Wisnu bergegas menuju kamar mandi, membersihkan dirinya. Keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang menutupi area vitalnya Wisnu mengambil celana boxernya, memakainya lalu mengeringkan rambutnya.

Wisnu duduk di atas ranjang, selimut menutupi bagian pinggang ke bawah. Di tangannya ia memegang sebuah ponsel yang sudah ditatapnya selama 7 menit. Wisnu menatap foto seorang perempuan yang diambilnya kemarin secara sembunyi. Kemarin saat Wisnu makan bersama perempuan itu dan keluarga kecilnya ia pamit untuk ke toilet lalu diam-diam memfotonya.

Wisnu meletakkan ponselnya di atas nakas lalu menarik selimutnya, menenggelamkan dirinya dalam kegelapan dan terlelap.

~~~■●■~~~

Tap! Tap! Tap!
Suara kaki Bara menghentak. Bara baru saja tiba dari kantor.

"Elia! Elia!" Teriak Bara
Tidak jawaban.

"Elia!" Teriak Bara lebih keras.

"Mami belum pulang" Wisnu menjawab sambil berdiri di pintu kamarnya.

"Kemana mami lu?"

"Ng.. nggak tau" Wisnu menunduk takut melihat amarah papinya.

"Bikinin gue kopi!" Teriak Bara Wisnu hanya terdiam, bingung harus melakukan apa karena ia tidak pernah menyeduh kopi sebelumnya. Wisnu kembali masuk ke kamar.

Dor! Dor! Dor!
Bara menggedor pintu kamar Wisnu yang terbuka.

"Hei anak haram, bikinin gue kopi. Denger nggak lu?!"

"I..iya papi"

"Gue bukan papi lu!"

"I..iya"

"Goblok"

Wisnu pergi ke dapur, ia hanya pernah melihat maminya membuat kopi dan kali ini ia mencobanya. Diambilnya satu sendok bubuk kopi dan dimadukkan ke dalam cangkir berikutnya ia harus menuangkan bubuk berwarna putih tapi yang mana Wisnu tidak tahu. Akhirnya Wisnu memutuskan memilih salah satu dari 2 toples yang ada di depannya.

Dengan takut-takut Wisnu menaruh kopi buatannya di meja tepat di depan papinya yang sedang duduk merokok.

"Slurp ..puah!" Kopi dari mulut Bara menyemprot keluar.

"Lu mau ngeracunin gue?!"

"Ng... nggak pi"

"Minum ni kopi!" Bara berdiri memegang kepala Wisnu dengan tangan kirinya lalu cangkir kopi panas di tangan kanannya ditaruh tepat di depan mulut Wisnu.

"Minum!" Begitu mulut Wisnu terbuka cairan hitam itu mengalir masuk ke tenggorokannya dan sebagian keluar dari sela-sela bibirnya.

Wisnu gelagapan merasakan panas kopi itu sekaligus asin di lidahnya. Lidahnya terbakar, tenggorokannya perih.

"Lu nggak bisa bedain gula sama garem? Dasar goblok!" Bara mendorong kepala Wisnu sampai Wisnu terjatuh ke lantai.

"Bangun! Lu harus dihukum!" Mendengar perintah Bara, Wisnu perlahan bangun dan berdiri.

"Mana tangan lu? Sini!"

Wisnu menjulurkan tangan kanannya.

"Dua-duanya! Goblok banget si lu" Bentak Bara

Tangan kiri Wisnu juga dijulurkan menyusul tangan kanannya. Bara memegang kedua tangan Wisnu dibukanya telapak tangan Wisnu. Tangan kiri Bara memegang pergelangan tangan kanan Wisnu sementara tangan kanan Bara mengambil rokok yang menyala di atas asbak. Ditekannya rokok menyala itu di telapak tangan Wisnu.

"Aww.... sakit papi" Wisnu meringis.

Mendengar Wisnu meringis Bara tidak berhenti dilakukan hal yang sama pada tangan kiri Wisnu.

"Ampun papi ... ampun"

"Itu hukuman buat lu, berani lu kayak gini lagi gue kasih hukuman lebih"

"Hiks...hiks...hiks..."

"Ngerti lu?" Wisnu mengangguk menjawab pertanyaan Bara.

"Sono pergi! Males gue liat muka lu, anak haram!"

Wisnu berjalan ke arah kamarnya sambil memandangi tangannya yang berasa panas dan perih. Air mata terus mengalir menganak sungai di pipinya.

Selama ini sang papi tidak pernah memarahinya tapi kali ini bukan cuma marah namun juga menyakitinya. Wisnu menangis di kamarnya sampai tertidur.

Plak!

"Baru pulang lu?"

"Hm"

"Abis ngelonte lu?"

"Lembur mas"

"Bilang aja abis ngelonte pake alasan lembur, dapet berapa?"

"Mas! Aku lembur! Aku cari uang halal"

Bara mencengkeram rahang Elia, " Berani lu bilang halal haram, pelacur!"

Suara pertengkaran Bara dan Elia membangunkan Wisnu dari tidurnya.

"Aku bukan pelacur mas! Aku istrimu" Elia meronta melepas cengkeraman Bara

"Lu bukan pelacur?! Wisnu buktinya. Lu maen di belakang gua!" Bara mengangkat Elia lalu melemparkannya ke atas ranjang. Bara mengambil tali yang sudah disiapkannya. Tangan Elia diikat .

Ctak! Ctak! Ctak!
Suara ikat pinggang Bara menghantam kulit Elia.

"Aah... a...ampun mas"

Wisnu mendengar semua itu dibenamkan wajahnya ke kasur dengan bantal menutupi kepalanya.

~~~○●○~~~

Nggak tega sebenernya bikin adegan nyiksa anak kecil, tapi latar belakang Wisnu emang gitu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top