Bab 43. Final

Kampus heboh seperti biasanya. Hari ini dan hari-hari sebelumnya, mereka menyambut kedatangan seorang gadis muda dengan penampilannya yang menarik. Rambut digerai panjang, make up tipis yang mempesona, kaki yang indah, juga bulu mata yang lentik. Tidak lain dan tidak bukan, gadis itu adalah aku.

Benar, aku mengubah penampilanku sejak masuk kuliah setahun yang lalu. Aku mulai menemukan apa yang aku suka, apa yang cocok kukenakan, tanpa merasa takut dengan pandangan orang. Aku hanya akan menjadi apa yang kumau. Tidak ada lagi Sohyun yang mudah ditipu dan dimanfaatkan seperti beberapa tahun silam. Sohyun yang sekarang telah berevolusi menjadi Sohyun yang penuh percaya diri.

Sejak itulah orang-orang menerima dan menyambut kehadiranku. Aku yang biasa dijauhi dari pandangan, kini menjadi pusat perhatian tanpa diminta. Bukannya itu tujuan awalku. Aku sesungguhnya agak risih dengan banyaknya perhatian yang aku terima. Namun, mau bagaimana lagi? Karena aku sudah menentukan kehidupanku mau seperti apa, jadi ini sudah menjadi risikonya.

"Kau bersinar seperti biasanya, ya. Tidak meragukan lagi, kau adalah Kim Sohyun si gadis idaman kampus. Semua laki-laki memujimu, kau begitu populer. Bahkan dengan penampilanmu yang simpel hari ini, masih saja banyak yang tergoda."

"Ah, kau berlebihan. Mereka saja yang nggak bisa pilih-pilih cewek. Padahal aku sengaja berpenampilan seperti ini agar tidak mencolok, namun tetap saja. Apa mereka buta?"

Aku terkesiap saat Arin menangkup kedua pipiku secara tiba-tiba.

"Kim Sohyun! Kau makin menyebalkan ya?! Bisa-bisanya kau jadi sangat populer, dan bersikap seakan-akan rakyat jelata. Aku yang bukan apa-apa ini malah makin malu bersanding denganmu, huhu."

"Arin, tidak perlu malu. Kau itu juga cantik. Sangat cantik, lebih cantik dari saat masih sekolah menengah. Jangan pesimis, lihat banyak yang melirikmu juga, kok."

"Bukan itu maksudku. Hah, intinya aku sangat terkejut akan perubahanmu. Kau hebat, aku adalah fans nomer satumu, oke?? Kalau sudah terkenal, jangan lupakan aku."

"Apa sih? Kau adalah sahabatku yang paling berharga. Kau bukan fans-ku, tapi keluargaku."

Arin merangkul lenganku. Dari wajahnya, ia kelihatan sangat senang. Ya, kami telah bersama-sama sejak SMA. Jadi wajar saja, hubungan pertemanan kami semakin kuat. Dan bagiku, Arin adalah sosok kakak ketigaku. Ia selalu menjagaku di kampus dari tatapan laki-laki yang lapar. Dia melindungiku dengan cukup baik.

"Wah, apa-apaan ini? Lokermu penuh sekali?!" kaget Arin karena begitu aku membuka loker, beberapa batang cokelat dengan pita-pita pink dan merah langsung berjatuhan di lantai.

"Hah, mulai lagi."

Tahun keduaku sebagai mahasiswa menjadi tahun keduaku memperoleh hadiah valentine dari orang-orang yang sebagian besar tidak aku kenali. Mereka yang mengaku sebagai fans-ku, padahal aku bukan artis. Lebih parahnya lagi, banyak yang terang-terangan mengungkapkan perasaannya padaku. Entah itu melalui surat atau dengan bertemu langsung.

"Kayaknya aku harus repot lagi hari ini. Arin, kau mau membantuku kan?" ucapku dengan menautkan kedua tangan di depan dada. Jurus andalanku ketika mengharapkan belas kasih Arin adalah dengan menatapnya polos seperti ini.

"Jangan menatapku begitu, kau tahu kan, kedua matamu adalah kelemahan terbesarku."

Aku nggak peduli tuh.

"Iya, iya baiklah. Aku akan membagikan cokelat-cokelat itu pada keponakanku. Puas??"

"Hehe, makasihhh kakak aku yang tersayang. Sekarang, ada yang mau aku pastikan. Pergilah ke kelas duluan, aku titip tas ya."

"Hei, mau ke mana kau? Sebentar lagi dosen datang!"

"Tenang, nggak akan lama kok! Kalo aku telat, bilang aja aku masih di toilet. Oke?? Daa!"

***

Ketakutan terbesarku di hari valentine adalah di mana pria kesayanganku akan mulai tebar pesona pada gadis lain. Dan benar saja, ketika aku sengaja datang ke jurusan Jaehyun, pria itu tengah dikelilingi oleh para perempuan.

"Apa-apaan dia pake senyum segala?!"

Dengan menghentakkan kaki, buru-buru aku menghampiri Jaehyun dan mengembalikan semua hadiah yang ia pegang. Mulai dari bunga, cokelat, dan surat cinta. Menyebalkan.

"Hei, hei, hei. Apa-apaan kalian pada tunanganku? Mulai sekarang, jangan ganggu dia. Dia sudah jadi milik orang lain, mengerti? Aku sudah memberitahu kalian tahun lalu sebagai pacarnya. Aku memaklumi kalau kalian masih mengejar-ngejar Jaehyun saat itu. Tapi sekarang, status kami sudah berbeda. Tak lama lagi, kami menikah. Jadi, aku minta agar kalian tahu diri."

Aku yang dulu malas mencari gara-gara. Aku yang dulu tak berani menatap mata orang lain ketika berbicara. Aku yang dulu tak sanggup bersikap lantang dan keras ketika bersuara. Mulai detik ini, aku adalah Kim Sohyun yang paling ditakuti dan disegani. Jika bukan karena mempertahankan milikku, tentu aku tak akan begini. Jung Jaehyun adalah punyaku, aku tak bisa membiarkan ketampanannya dinikmati orang lain. Tidak setetes pun.

"Bubar kalian."

Tanpa mendebatku, mereka membubarkan diri. Ya, mereka pasti sadar bahwa levelku di atas mereka. Walau sebenarnya perilakuku tidak baik, sejujurnya aku merasa sedikit lega. Dengan begitu, orang-orang tidak akan memandangku rendah lagi. Setelah ini, aku harus bisa menahan diri. Aku tidak boleh emosi pada orang yang tidak bersalah hanya gara-gara tunanganku diganggu.

"Posesifnya tunangan semalamku," ucap Jaehyun yang tiba-tiba sudah melingkarkan lengannya di pinggangku.

"Lepaskan, ada banyak orang di sini. Kau mau apa?"

Tentu saja aku takut. Jaehyun mendekatkan wajahnya seolah ingin menciumku. Sementara, di sekitar kami masih ada banyak orang yang memperhatikan.

"Menurutmu? Katakan padaku, bagaimana aku bisa menahan diri untuk tidak menciummu setelah apa yang kau lakukan tadi? Manisnya, kau cemburu pada gadis-gadis level rendah seperti mereka ya? Padahal, mereka nggak ada seujung jari pun bisa menyamai kedudukanmu di mataku."

Menghiraukan omongannya yang panjang lebar, aku langsung terfokus pada dua tindik yang menghiasi telinga kiri Jaehyun. Juga pada bagian atas kemejanya yang terlalu terbuka.

"Aw! Sakit, Sohyun. Mau kau apakan tindikku?"

"Aku akan menyitanya. Mulai hari ini, kau tidak boleh berpenampilan terlalu mencolok. Kancingkan juga kemejamu ini! Dasar penggoda!"

Aku menarik kedua kerah kemejanya terlalu kuat tanpa sengaja, hingga akhirnya bibirnya menempel di hidungku.

"Kau sengaja ya, Sohyun? Kau menggodaku."

"A–apa? Aku nggak sengaja kok, udah sana."

Aku mendorongnya agar ia menjauh, tapi justru ia menarikku lagi. Posisi kami malah makin dekat dari pada tadi.

"Kenapa? Kau malu? Padahal tadi kau yang percaya diri menyebutku sebagai tunanganmu. Orang-orang sampai membicarakan kita sebagai pasangan paling fenomenal."

"Jaehyun, jangan aneh-aneh. Lepaskan aku."

"Ini tidak adil. Kau menyuruhku untuk tidak mencolok, tapi kau malah berpenampilan seksi seperti ini."

Seksi? Seksi apanya? Aku malah berpenampilan lebih sederhana dari biasanya. Aku cuma mengenakan simple white crop top dengan longline shirt dan short pants saja kok. Tidak menggunakan dress seperti biasanya. Justru menurutku, pakaian ini terlalu umum dan merakyat sehingga aku terlihat biasa-biasa saja. Seksi dari mananya?


"Masih tidak sadar? Ikut aku."

"Mau ke mana?"

"Udah ikut aja, jangan banyak tanya."

Jaehyun menarik lenganku dan membawaku masuk ke ruang kelas yang kosong.

"Kita mau apa ke sini? Gimana kalo sebentar lagi kelasnya dipake?"

"Aku mau nunjukin, kalo apa yang kamu pake hari ini, terlalu seksi."

"Hah? Gimana?"

"Begini."

"Aa! Jae–"

Aku baru akan memprotes kedua tangannya yang begitu nakal menyelinap masuk naik ke dalam bajuku. Namun, Jaehyun yang agresif tiba-tiba sudah menciumku duluan.

Ya, aku paling lemah jika Jaehyun telah melancarkan aksinya. Tanpa penolakan, aku menerima cumbuannya. Sementara, tangan Jaehyun dengan bebas memainkan kulit punggung dan perutku. Rasanya hangat. Tangannya memberikan sentuhan yang sangat memabukkanku. Namun, di antara semua itu, bibirnya juga sangat memanjakanku.

Tanpa sadar, kami bermain terlalu lama di dalam ruangan yang kosong ini. Entah ada CCTV atau tidak. Berduaan saja dengan Jaehyun sudah membuatku gila. Ya, pria ini benar-benar luarbiasa menggoda.

Aku melihat bibirnya yang basah saat kami menarik wajah masing-masing.  Kedua tangannya tak beralih dari tubuhku.

"Beginilah akibatnya kalau kau menggodaku," ucap Jaehyun.

Mata kami saling bertemu, tak ingin melepas satu sama lain.

"Kau juga menggodaku. Kau terlalu tampan hari ini, sampai-sampai aku lepas kendali. Jadi kita impas."

Lenganku melingkar di lehernya. Kami berbincang dengan posisi yang sangat dekat, saling menempelkan diri.

"Sayangnya kita di kampus, kalau di apartemen, sudah pasti kita berakhir di kasur."

"Sshh!! Kalo ngomong suka sembarangan ya!" Aku langsung membungkam mulut Jaehyun yang terlalu vulgar.

Aku lupa bilang, Jaehyun bukan lagi remaja puber. Dia adalah seorang pria dewasa sekarang. Hasratnya bukan lagi untuk mencumbu, melainkan untuk mencetak skor di atas ranjang. Apakah jika aku menolaknya, ia akan mengajak gadis lain? Aku tidak mengerti, kenapa kebanyakan pria berpikiran mesum setelah mereka dewasa.

"Lalu kapan dong kita melakukannya? Kita sudah cukup dewasa, dan aku sudah terlalu memendam hasratku. Kau mau menyiksaku? Buat apa kita tinggal bersama kalau tidak melakukannya?"

"I–iya, iya."

"Iya apa?"

"Iya ... itu pokoknya."

"Jawab yang jelas, gimana aku bisa paham?"

"Jangan mancing emosi deh, kamu tau jawabanku maksudnya apa."

"Apa??"

Pria ini sengaja menggodaku!

"Apa? Aku butuh jawaban yang jelas dan pasti."

"Iya, iya ... iya kita akan melakukannya."

Bodoh amat! Dibohongin aja kali ya? Kalo nggak, Jaehyun nggak akan lepasin aku.

"Serius?? Nggak bohong kan? Janji?"

"Apaan pake janji-janji segala?"

"Ya, biar kamu bisa pegang omongan. Biar kamu nggak bisa bohong. Kalo bohong, aku akan tetap melakukannya tanpa persetujuanmu."

"Itu namanya pemaksaan!"

"Nggak peduli, mau pemaksaan atau apapun itu, aku sudah merekam omonganmu. Haha! Kena kau!"

Jaehyun mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Sial! Aku kena triknya!

"Jaehyun! Berikan ponselmu!"

"Tidak akan! Kau pasti akan membantingnya nanti!"

Jaehyun mengangkat tinggi-tinggi ponsel itu sambil me-replay apa yang aku ucapkan tadi.

"Jung Jaehyun!"

"Apa? Kau ngambek? Hm hm, aku tidak akan terpengaruh. Yang jelas, aku berhasil mendapat persetujuanmu. Daa Sohyun, sampai jumpa nanti malam di kamarmu!"

"Jaehyun, jangan kabur!"

Ah, bagaimana ini?

Alih-alih cemas dan khawatir, aku tetap percaya. Pria itu tidak pernah mengingkari janjinya. Sejak awal kami memutuskan untuk tinggal bersama, kami sudah membuat kesepakatan. Jaehyun tidak akan melakukan hal-hal yang dia inginkan tanpa persetujuan dariku. Jadi, aku anggap apa yang ia buat barusan hanyalah keisengannya saja.

Tapi, sesuatu yang justru aku takutkan adalah ... bagaimana jika bukan dia, melainkan aku yang memintanya duluan? Kadang-kadang, Jaehyun membuat pikiranku menggila. Aku sampai harus meragukan kewarasanku sendiri. Seperti dirinya, aku pun punya pikiran-pikiran "nakal". Hanya saja, kemampuan menahan diriku jauh lebih baik darinya.

Ya, beginilah hubungan kami. Aku tidak menyangka, gadis introvert sepertiku bisa berubah drastis seperti sekarang ini. Bahkan, untuk mendapatkan cinta yang selama ini cuma muncul di khayalanku, rasanya sangat mustahil dan tidak masuk akal. Kalaupun aku akan bertemu seseorang yang menyukaiku, aku tidak pernah mengharapkan yang sesempurna Jaehyun. Bukankah Tuhan terlalu baik?

Jaehyun tampan, perhatian, dan romantis. Aku bisa mendapatkan pria sepertinya adalah sebuah keberuntungan yang sangat besar. Kupikir, wish list-ku akhirnya sudah terpenuhi.

Menemukan sahabat, orang-orang yang tulus dan mau hidup bersamaku, kepercayaan diri, dan bahkan cinta. Aku jadi bersemangat untuk menulis wish list selanjutnya.

Apa dulu, ya?

Cita-cita?
Karier?
Atau ... keluarga bahagia dengan anak-anak yang lucu?

Mungkin akan lebih baik jika aku mengisinya bersama Jaehyun karena kami adalah satu-kesatuan yang sama.

Aku tak sabar menantikannya.

***

The End

So, that is cerita JaeSo pertama aku. Mungkin dalam prosesnya emang terlalu lama. Update yang nelat-nelat, jumlah bab yang nggak sesuai sama rencana awal, konflik yang tiba-tiba aku buat agak kompleks🥲

Tapi akhirnya ini berakhir juga!!😭 Di tengah-tengah kesibukanku, aku ngerjain cerita ini mulai dari masa-masa skripsian, sampe udah sidang dan masuk profesi. Huwaaa lumayan bangga wkwk

Dan sebentar lagi aku udah mau magang. Pokoknya, big thanks sama kalian yang udah setia baca dan nungguin cerita ini. Maaf kalau misalnya ending cerita tidak sesuai yang diharapkan. Jujur, plot dari cerita ini kurang aku susun dengan baik. Jadi, pasti ada deh dari kalian yang ngerasa aneh dan mungkin nggak logis.

Tapi namanya juga hiburan, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya🙏 sebagai penulis, aku sendiri masih ngerasa harus terus belajar mengembangkan diri. Dan masalah terbesar aku saat ini adalah "Gimana caranya aku bisa konsisten?"

Aku orangnya paling nggak bisa melakukan semua hal dalam satu waktu. Membagi otak itu sama kayak membagi energi dan waktuku wkwk. Aku kalo udah fokus ke satu hal, nggak bisa tuh disuruh fokus ke hal lain. Harus satu selesai dulu, baru bisa ngerjakan yang lain. Jadi, mohon dimaklumi yaa...

Oh ya, berhubung udah selesai cerita ini, aku minta kritik dan saran dari kalian. Apapun itu, baik terkait cerita ini, atau cerita lain dari akunku, atau bahkan untuk diriku sendiri... Kalian bebas bersuara yaa


Yokk, tulis pendapat kalian di bawah sini🔻 terima kasih dan wassalamu'alaikum wr wb😘

Sunshinerose🌻

Minggu, 17 Oktober 2021
01.23 am

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top