Bab 31: Rumor
Aku sesenggukan. Berulang kali kuusap air mata yang terus jatuh melewati pipiku. Mataku terasa berembun. Butiran air menutup sedikit pengelihatanku hingga rasanya kabur. Hidungku memerah. Seperti orang flu, aku tak bisa berhenti mengeluarkan suara tarikan napas dengan ingus yang sudah memenuhi rongga pembauku.
Aku melihat cowok itu tertawa. Bisa-bisanya dia melakukan itu! Aku sudah sangat ketakutan kalau akan terjadi apa-apa padanya, tapi ia malah meledek niat baikku yang mengkhawatirkannya.
"Jangan ketawa! Huh," omelku. "Aku benar-benar cemas, kau tidak apa-apa? Apa ada luka di tubuhmu?"
"Kau yang lihat sendiri. Aku habisi mereka satu-satu. Mereka lari terbirit-birit. Kau masih meragukan kemampuanku yang mengalahkan mereka tanpa bekas luka sedikit pun?"
"Kau tidak bercanda kan?"
"Tidak, Sohyun. Aku serius. Aku baik-baik saja."
Aku mengembuskan napas lega. Beruntung, Jungkook baik-baik saja. Padahal, lawannya tadi lebih dari satu dan bisa dibilang kuat karena tubuh mereka yang lebih besar dari Jungkook. Namun, Jungkook bisa melawan. Aku mengamatinya dengan was-was. Tapi sepertinya ia tidak bohong soal kemampuannya. Ia punya teknik bela diri yang bagus.
"Jangan heran begitu. Aku pernah tiga tahun belajar taekwondo, aku menggunakan ilmuku yang masih terbilang baru itu."
"Untuk apa kau belajar taekwondo? Kau kan sudah punya bakat musik."
"Untuk ... melindungi orang yang aku sayangi? Ya, kurang lebih seperti itu alasanku."
Jungkook, dia cowok yang sempurna. Sudah pandai menyanyi, memainkan musik, tampan, bisa bela diri. Aku tidak menemukan celahnya sedikit pun. Seandainya aku bisa memilih, aku pasti akan tetap memperjuangkan Jungkook jika Jaehyun tidak pernah muncul.
Oh, apa sekarang aku menyesali pilihanku?
Tidak-tidak. Kenapa sekarang aku goyah?
"Ayo, kuantar kau sampai rumah dengan aman."
"Terima kasih," ucapku. Aku tidak bisa menolaknya karena tahu kalau aku sendiri masih agak ketakutan. Bersama Jungkook, aku merasa aman dan nyaman sampai rumah.
***
"Sohyun!"
"Arin, Ryujin, ada apa? Kenapa wajah kalian panik begitu?"
Aku baru tiba di sekolah. Belum sempat melewati gerbang, Arin sudah mencegahku duluan. Kak Jisoo yang ada di sebelahku pun ikut penasaran. Sebenarnya ada apa? Kenapa kedua sahabatku itu berlarian menghampiriku dengan raut mukanya yang gusar seolah telah terjadi musibah besar?
"Sohyun, gawat! Kau jadi bahan pembicaraan satu sekolah!"
"Hah? Maksudmu, Arin?"
"Lihat ini, Kak!"
Ryujin menyerahkan ponselnya padaku. Dari layar benda itu, sebuah akun instagram tidak dikenal telah membuat story dan posting-an kejadian saat aku bertemu dengan Changmin. Parahnya lagi, video itu diambil ketika Changmin mengataiku sebagai cewek jalang. Cewek yang telah menggodanya, membuatnya putus dan dikeluarkan dari sekolah.
Tampak ada beberapa komentar pada posting-an tersebut. Deretan kalimat yang ditulis oleh lebih dari dua ratus akun itu, semuanya menyatakan kalau mereka mempercayai apa yang mereka lihat. Video yang mengandung unsur ketidakbenaran dan cenderung menyudutkan posisiku. Kak Jisoo merangkulku yang terlihat gemetar.
"Kak ...," rintihku pelan. Pikiranku kalut, aku takut kejadian waktu sekolah menengah pertama terulang. Aku takut mereka menghakimiku, menyakitiku lagi sampai rasanya aku ingin menyembunyikan diri di tempat yang sangat jauh dari keramaian.
"Sohyun, sebaiknya kau pulang saja. Biar Kakak mencari tahu apa yang sudah terjadi, Kakak akan mengatakan pada gurumu kalau kau sakit."
"Tapi ...."
"Tidak ada tapi-tapian! Arin, kau bisa mengantar Sohyun pulang kan?"
"Baik, Kak. Percayakan itu padaku."
"Dan kau, Ryujin. Kembalilah ke kelasmu. Dan kirimkan video itu ke nomorku."
"Siap, Kak. Aku akan membantu kalian sebisa mungkin dan menemukan siapa yang telah menyebarkan video ini."
"Terima kasih, ayo. Lakukan tugas masing-masing."
***
Aku tidak menyangka akan begini kejadiannya. Seseorang telah salah paham dan merekam video itu dengan kesimpulannya sendiri. Kini, aku tidak punya keberanian untuk berangkat ke sekolah. Menghadapi semua orang. Aku tidak bisa bertemu dengan siapapun dan hanya mengurung diri di kamar, sepanjang hari.
Meskipun tidak diizinkan, aku tetap membuka ponselku dan memantau perkembangan video itu. Komentar demi komentar terus berdatangan. Beberapa akun kukenali. Mereka adalah mantan teman sekelas yang membenciku waktu di sekolah menengah pertama. Tentu saja, mereka memanfaatkan kesempatan ini. Mereka membenarkan bahwa aku adalah cewek jalang perebut pacar orang. Aku makin frustrasi hingga rasanya tidak bisa tidur berhari-hari. Tak ada kabar lagi dari Kak Jisoo. Kak Jin bahkan tidak diberi tahu masalahku. Ia sedang fokus menghadapi ujian, jadi Kak Jisoo tak ingin melibatkannya.
Kira-kira, siapa yang sudah tega menuduhku? Rumor palsu ini, jika dibiarkan terus menyebar, maka aku tidak akan bisa hidup dengan tenang seperti impianku.
Coba ingat-ingat lagi, Sohyun. Siapa orang lain yang ada di kejadian saat itu selain Jungkook?
Aku memejamkan mata erat-erat. Memaksa otakku untuk berpikir keras. Hari itu, setelah diselamatkan oleh Jungkook, aku diantarkan pulang. Kami terlibat sedikit pembicaraan. Lalu, kebetulan aku berpapasan dengan Yeri!
Iya, gadis itu!
Di perjalanan pulang kemarin, aku bertemu dengan Yeri. Yeri memergokiku yang sedang berjalan kaki bersama Jungkook. Ia menatapku remeh. Satu perkataannya yang masih kuingat.
"Kau pikir, gadis sepertimu cocok untuk Jaehyun? Jangan mimpi. Lihat saja, aku tidak akan menyerah untuk merebut kembali Jaehyun-ku."
"Apa dia orangnya?! Dia membenciku karena aku berpacaran dengan Jaehyun. Dia pasti orang yang telah merekam dan menyebarkan videoku lewat akun yang tidak dikenal untuk menyembunyikan jejak!"
Aku tidak bisa tinggal diam. Besok, aku harus pergi ke sekolah. Tidak ada lagi Sohyun yang bersembunyi dengan alasan sakit. Aku akan menemui gadis itu dan mengatakan kalau setiap kalimat yang diucapkan dalam video itu tidak benar! Aku akan memaksa gadis itu mengakuinya di depan umum.
"Iya! Aku tidak mau terus-terusan mengurung diri. Aku harus bertindak."
Keputusanku bulat. Meskipun Kak Jisoo melarangku pergi, aku tidak berhenti meyakinkannya. Aku tidak peduli lagi akan bagaimana tanggapan anak-anak ketika melihatku datang ke sekolah. Sekarang, aku juga sudah tahu dan yakin siapa pelakunya. Setelah semua ini terkuak, aku akan bebas dari tuduhan dan menjalani hari-hariku seperti biasanya.
Keberanianku saat ini dibandingkan beberapa saat lalu—sebelum meninggalkan rumah—hilang. Memang, tadinya aku pikir semua bakal baik-baik saja. Namun, ketika memasuki gerbang, aku dibuat hampir pingsan dengan pandangan sinis orang-orang terhadapku. Aku mencoba mengabaikan mereka dan menghindari kontak mata dengan siapa pun yang kutemui.
Di koridor, bisikan-bisikan halus yang membicarakan kejelekanku mulai terdengar. Dari yang awalnya bervolume rendah, menjadi riuh bak melihat tontonan sepak bola. Jantungku terus berdebar-debar. Di sekolah ini, aku tidak memiliki kenyamananku lagi. Hingga kemudian, tanganku digandeng oleh seseorang. Suara gaduh dari mereka yang mencemoohkanku berhenti seketika. Aku terkejut setelah melihat Jungkook sudah berdiri di sampingku dengan sorot penuh kekhawatiran.
"Sohyun, ayo. Aku antar kau ke kelasmu."
Secuil kalimatnya berhasil mengisi sedikit keberanianku. Aku merasa lega. Jungkook datang di waktu yang tepat. Sekali lagi menyelamatkanku dari aura-aura kebencian yang ada di sekitarku.
"Terima kasih," ucapku padanya. Ia hanya tersenyum. Tapi senyuman itulah yang menguatkan kembali tekad dan tujuanku datang ke sekolah.
Begitu tiba di kelas, Arin terperangah. Ia tidak menduga aku akan nekat ke sekolah di saat situasi tidak cukup kondusif. Aku menebak, mereka pasti belum menemukan siapa dalang di balik tersebarnya video hoax itu. Tunggu sebentar lagi. Sampai cewek itu datang, aku akan membongkar segalanya.
"Jungkook, kembalilah ke kelasmu. Aku sudah tidak apa-apa. Ada Arin di sini yang menemaniku."
"Apa kau yakin?"
Aku memanggut. Jungkook tidak ada alasan lagi untuk khawatir. Ia pun menuruti perintahku dan memutuskan kembali ke kelasnya.
Sebenarnya aku agak heran, belakangan frekuensi pertemuanku dengan Jungkook menjadi lebih sering. Cowok itu juga selalu hadir di saat-saat genting, ketika aku benar-benar memerlukan bantuan dalam keadaan yang terdesak. Sejak mengundangku ke kafenya hari itu, kami semakin akrab. Padahal, dulunya kami tidak saling bicara. Apakah ini pertanda bagus?
Menyingkirkan pikiran tentang Jungkook, tanpa terasa, orang yang aku tunggu-tunggu tiba. Seperti hari-hari sebelumnya, Kim Yeri terlihat memasuki kelas bersamaan dengan Jaehyun. Berdasarkan penuturan Arin, selama aku tidak masuk sekolah, Jaehyun menjadi sering berduaan dengan Yeri. Mereka berangkat dan pulang bareng. Dan kalau tidak salah dengar, Yeri lah yang inisiatif menghampiri Jaehyun ke apartemennya.
Gadis itu benar-benar menyebalkan. Sekarang, sifatnya semakin terlihat. Aku sangat yakin, Yeri bukanlah gadis baik-baik seperti yang Jaehyun ceritakan.
"Jae, nanti kita makan siang berdua lagi, ya."
Seakan menganggapku tidak ada, Yeri mengutarakan ajakannya pada Jaehyun. Aku memutar pandangan saat melihat tangannya yang tak mau lepas dari lengan Jaehyun. Dia mengejekku.
Tepat sebelum Yeri dan Jaehyun duduk di bangkunya, aku dengan kemarahanku yang sudah memuncak seperti orang kerasukan, tanpa pertimbangan melakukan hal konyol yang membuat semua orang terkaget-kaget. Aku menampar pipi gadis itu dengan sangat keras.
Tak hanya Arin, Jaehyun pun demikian. Menampakkan ekspresi yang sama seolah-olah aku melakukan kejahatan.
"Kau! Kau yang menyebarkan video itu kan? Kau membenciku karena aku berpacaran dengan Jaehyun."
"Apa maksudmu, Sohyun?" Kali ini, Arin yang menyela. Tidak ada yang tahu bahwa selama ini Yeri adalah mantan kekasih Jaehyun, kecuali aku, Jaehyun, dan Yeri sendiri.
"Sohyun, aku memang pernah menjadi orang yang spesial di hati Jaehyun. Bahkan mungkin masih hingga sekarang. Tapi, apakah kau ada bukti kalau aku melakukan tindakan itu? Aku sama sekali tidak mengerti jalan pikiranmu," belanya dengan wajah memelas yang sangat aku tidak sukai.
"Kau berpapasan denganku di jalan. Kau satu-satunya orang yang dekat dengan lokasi kejadian, pasti kau yang merekamnya kan?"
"Hah, jadi video itu benar? Sohyun memang gadis yang ada di dalamnya dan disebut sebagai jalang?"
"Tadinya aku sudah berpikir positif, bisa jadi ada kesalahpahaman."
"Aku juga, aku tidak menyangka. Sekarang bahkan ia menuduh orang lain atas video yang membeberkan aibnya sendiri. Apa dia tidak malu?"
Tanggapan-tanggapan itu mulai terdengar satu per satu. Ah, tidak. Video itu tidak benar! Tolong jangan percaya!
"Sohyun, kau lupa? Bukan aku satu-satunya orang yang ada di lokasi waktu itu."
Sekarang, apalagi alasannya? Apalagi rencananya? Kenapa ia tidak mengakui saja kalau ini perbuatannya?
"Kau juga bersama Jungkook."
"Apa?!" Satu kelas heboh. Keadaan yang sudah ricuh, kini semakin ricuh setelah Yeri menyeret nama Jungkook dalam perdebatan kami.
Apa maksudnya mengatakan itu? Kenapa ia menyeret nama Jungkook tiba-tiba?
"Sohyun, apa yang kau lakukan dengan Jungkook?" Jaehyun yang tadinya cuma berperan sebagai penonton, akhirnya menunjukkan diri.
"Jae–"
"Katakan, kenapa Jungkook ada bersamamu? Kalian ngapain saja seharian itu?"
Jaehyun menatapku penuh keraguan. Aku melirik Yeri kembali, terlihat senyum kecil di wajahnya. Jadi ini .... tujuannya membawa-bawa nama Jungkook adalah untuk semakin meyakinkan Jaehyun agar ia berpaling dariku.
Oh, ya Tuhan. Semuanya jadi lebih rumit sekarang.
"Arin." Aku melihat ke belakang, Arin juga menatapku dengan ekspresi tidak percaya. Aku berharap ia masih ada di sisiku untuk membelaku. Namun, gadis itu tak berkata apa-apa.
"Semuanya, dengar. Yang di video itu memang aku. Tapi, apa yang diucapkan laki-laki dalam video itu tidaklah benar. Dia menuduhku!"
"Bagaimana kami bisa mempercayaimu, Sohyun? Kau tidak ada bukti. Video itu lebih relistis dibandingkan pembelaanmu saat ini," ujar salah seorang teman sekelasku.
"Tapi aku berkata jujur, justru laki-laki dalam video itu yang menyebabkanku di-bully saat masih sekolah menengah pertama!"
Aku tahu, ini adalah hal yang tabu untuk kusampaikan. Aku mengakui diriku sebagai korban bullying. Status yang memalukam. Tetapi demi membela diriku sendiri, aku terpaksa mengatakannya.
"Bukan hanya itu, kau dan Jungkook ... Jadi, gosip yang kami dengar selama ini benar? Kau dekat dengannya?" tanya yang lain.
Jujur, aku tidak tahu apa yang esensial dengan—lagi-lagi—menyebutkan nama Jungkook. Ia tidak salah apapun, sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalahku.
"Memang kenapa? Jungkook tidak ada kaitannya dengan masalah ini. Jangan bawa-bawa nama dia."
"Jelas ada," sahut Yeri. "Aku mungkin masih anak baru, tapi semua orang juga tahu kalau Jungkook sedang menjalani hubungan dengan seorang gadis dari kelasnya."
"A–apa?" Fakta ini mengejutkanku.
"Sohyun, aku baru akan memberitahukanmu hal ini. Tapi, sepertinya kau sudah menjawab gosipnya secara tidak langsung," ucap Arin dengan nada pasrah.
Gosip yang mana lagi?
"Apa maksud kalian? Aku tidak mengerti."
"Sohyun, jadi selama ini Jungkook dan Sejeong menjalani hubungan backstreet."
Pernyataan Arin memukul tepat logikaku. Saking tidak percayanya, aku bahkan tidak bisa mengeluarkan suara dari mulutku.
Jungkook dan Sejeong backstreet? Jadi artinya, selama ini mereka berpacaran diam-diam? Dan meskipun sudah memiliki hubungan dengan gadis lain, Jungkook terang-terangan mendekatiku begitu?
Aku memegang kepalaku yang pusing. Kebodohan apalagi yang sudah aku lakukan? Fakta mencengangkan apa ini?
Apakah itu berarti Yeri sengaja melibatkan nama Jungkook agar aku membenarkan rumor kedua yang beredar di sekolah ini? Bahwa aku, telah merebut dan merusak hubungan Jungkook dengan Sejeong?
Bukan. Bukan hanya membenarkan satu rumor, tapi dua rumor sekaligus.
Sohyun, kau sangat ceroboh.
***
Tbc
Nah loh, kalo di posisi Sohyun kalian bakal gimana?
🤧🤧🤧
Sohyun, makanya jangan bertindak sebelum berpikir dong T_T
Aku megap-megap gais ngetiknya, panjang banget sih part ini. Dag dig dug serr😌😌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top