Bab 29: Tak Terprediksi
Deretan gaun-gaun mewah dengan berbagai warna sukses membuatku takjub seketika. Di toko ini kami berhenti. Toko yang tampaknya menjadi yang paling mahal jika dibandingkan dengan toko busana lainnya. Aku menghentikan langkah Kak Jisoo sebelum kami benar-benar terjebak di dalam sana dan mengajaknya ke toko lain yang menjual gaun lebih murah. Tapi, Kak Jisoo menolak.
"Tenang saja, Sohyun. Kakak pilih toko ini juga bukannya tanpa alasan. Dengar-dengar toko ini berani memberi kita diskon sampai setengah harga," antusiasnya.
Aku melotot kaget. "Ah, mana ada! Lagi pula, kita siapa sampai-sampai dikasih diskon segila itu? Mereka mau bangkrut, ya?!"
"Udah deh jangan bawel! Percaya sama Kakak, kita ke toko itu! Ayo!"
Tak bisa membujuknya, Kak Jisoo menyeret lenganku masuk ke dalam sana. Baru tiba di depan pintu bertuliskan merek ternama itu, beberapa orang pelayan sudah menghampiri kami.
"Ada yang bisa kami bantu, Nona?"
"Oh, Cinderella mau membeli gaun paling indah yang ada di toko ini. Apakah kalian bisa memberikan kami pilihan?"
Aku menyikut perut Kak Jisoo. "Cinderella apaan sih? Kalo ngomong jangan sembarangan, Kak. Bikin malu aku tahu!"
Pelayan-pelayan toko dengan seragam hitam putih yang sama itu tertawa. Apakah tingkahku terlalu jenaka? Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Sudahlah, Sohyun. Bersikaplah tenang dan dewasa. Anggap saja hari ini kau adalah wanita karier yang habis gajian dan ingin membelikan gaji pertamanya. Ya, walaupun sebenarnya ini bukan uangku sih, melainkan uangnya Kak Jin.
"Silakan duduk di sini, Nona." Pelayan yang lain mengarahkan kami untuk menunggu di ruang tunggu.
Bahkan, ruang tunggunya juga terlihat mewah untukku. Aku mempertanyakan pada diri sendiri, sudah tepatkah kami datang ke sini? Toko ini lebih cocok untuk kaum berada seperti anak pejabat misalnya. Atau, anak konglomerat, artis, pengusaha. Tetapi siapa aku? Aku cuma gadis SMA yang mencari gaun untuk ikut ke acara kondangan orang tuanya. Aduh, kalau dipikir-pikir terlalu berlebihan juga datang ke toko ini.
"Nona, silakan dilihat dan dicoba. Ini beberapa gaun pilihan yang sudah kami cocokkan dengan selera Anda."
Aku terbatuk-batuk melihat tumpukan gaun yang dibawa oleh pelayan itu. Jangan menatapku ramah seolah aku Tuan kalian, dong. Kalau aku tidak jadi beli gimana? Ini sih, mahal-mahal semua. Aku merengek di dalam hati.
"Kak Jisoo," bisikku. "Sebaiknya cari di toko lain saja ya, ini kelihatan mahal semua. Gaji Kak Jin mana cukup?"
"Sohyun, sudah kubilang. Jangan khawatir. Masalah harga, mereka kasih kita diskon besar-besaran, kok."
"Atas dasar apa??" tanyaku kesal. Dari tadi, Kak Jisoo terlalu percaya diri bahwa kami akan mendapat diskon.
"Kita akan dapat diskon kan, Pelayan? Bukankah ... hari ini kalian punya diskon spesial untuk tamu yang berkunjung mencari gaun pesta perayaan pernikahan dari suami-istri pendiri Amethyst Inc.?"
Mendengar kata "Amethyst" saja pelayan itu langsung termangu. Buru-buru ia membenarkan kalimat kakakku dan memintaku untuk mencoba gaun yang diambilnya barusan.
"Tuh, kan. Kakak bilang apa! Cepat sana, nikmati waktumu untuk memilih gaun. Kakak mau pergi ke toko lain sebentar saja. Kau berani kan?"
"T-tapi, Kak? Siapa yang bantuin aku nyobain gaun? Itu semua kelihatan berat dan rumit dipakai."
"Apa gunanya toko ini menyediakan pelayan?"
Benar juga. Tapi kan mereka asing. Aku tidak bisa berbicara dengan orang asing. Terlalu canggung apalagi sampai mereka harus membantuku mengganti baju.
"Pelayan, bisa kau bantu adikku mencoba gaunnya?"
"Baik, Nona. Serahkan pada saya. Saya akan membantu sebisa mungkin. Mari," ajak pelayan itu. Aku merengut sedangkan Kak Jisoo tidak mengacuhkanku. Baiklah, mari selesaikan ini dan segera pulang.
***
Sudah tiga setel lebih gaun yang kucoba. Semuanya tidak sesuai dengan standar kenyamananku. Yang benar saja, semua gaun itu terlalu terbuka. Ada yang memberikan belahan rok yang nyaris sampai paha, ada yang belahan dadanya rendah padahal aku masih anak SMA, belum lagi ada yang bagian punggungnya terbuka dan kainnya terlalu ketat membungkus tubuhku hingga aku sulit bernapas. Tolong katakan, di bagian mana yang menyesuaikan seleraku?
Akhirnya, pilihanku pun jatuh pada satu gaun yang cukup anggun dan tidak terlalu vulgar. Gaun berwarna pale violet dengan bahan lace yang nyaman. Bagian dadanya tertutup dengan detail payet yang minimalis tapi terkesan mewah. Lengannya panjang sampai ke siku. Roknya jatuh menjuntai selutut, terbuat dari bahan tile yang ringan dan sedikit mengembang. Tak hanya itu, bagian punggungnya juga sedikit tertutupi—meskipun terekspos dari bahan tile yang sama sehingga membuatnya tampak menerawang.
"Yah, paling tidak, gaun ini yang paling nyaman dipakai." Aku menyerahkan pilihanku pada pelayan. Selagi menunggu Kak Jisoo balik, aku melihat-lihat gaun lain yang terpajang di sana.
"Oh, Sohyun?"
Perutku tergelitik mendengar suara panggilan tersebut. Otomatis aku membalikkan badanku dan menemukan gadis itu telah berdiri di belakangku dengan tangannya yang mengapit lengan seorang pria.
"Eh, Yeri? Dan ... Kak Doyoung? Kalian di sini?"
"Harusnya kami yang bertanya padamu. Apa yang kau lakukan di sini, Sohyun? Kau juga mau membeli gaun di toko yang glamor ini? Apa kau yakin gaun-gaun di sini cocok dengan seleramu?"
Seleramu kampungan. Bisa kutebak, itulah maksud dari perkataan Kim Yeri. Aku bersedekap menampilkan pose berani dan sedikit angkuh. Daguku kunaikkan beberapa senti. Aku bicara sambil memainkan anak rambutku meskipun rasanya ini terlalu menggelikan bagiku.
"Memangnya, hanya orang-orang sepertimu saja yang boleh datang ke tempat ini? Aku juga punya hak."
"Jangan salah paham, Sohyun. Aku hanya khawatir kalau gaun yang mereka sediakan tidak cocok denganmu. Sebaiknya, kau mencari gaun di toko yang lain."
"Maaf, aku sudah menentukan pilihanku, kok. Tidak usah khawatir padaku. Aku juga akan segera keluar dari sini karena urusanku selesai. Kau bisa berbelanja dengan nyaman."
Aku mempersilakan Yeri memilih-milih gaunnya. Aku berharap menemukan kekesalan di wajahnya, namun sungguh. Gadis itu sangat lihai menjaga ekspresi dan emosinya. Padahal, aku yakin sekali tadi melihat guratan di lehernya yang menunjukkan bahwa ia menahan marah.
"Sohyun, sudah selesai memilih baju?" Kak Jisoo datang di saat yang tepat. Di tangannya, sudah tertenteng beberapa tas belanjaan.
"Sudah, Kak."
"Baguslah, kita ke kasir sekarang."
Kak Jisoo menyerahkan kartu ATM sekaligus debit yang diberikan oleh Kak Jin tadi. Suara mesin kasir berbunyi cukup keras, menyita perhatian Yeri yang tengah asyik dari aktivitas berburu gaunnya.
"Totalnya empat juta won. Berikut gaunnya, Nona. Terima kasih telah berbelanja di toko kami."
Aku mengambil tas belanja yang disodorkan penjaga kasir.
"Ehm, permisi. Tadi saya cuma beli satu gaun, kok. Ini nggak salah? Kok saya dikasih dua tas?"
"Memang, Nona. Yang satu adalah bonus dari toko kami karena Nona tamu spesial hari ini."
Lagi-lagi menjadi tamu spesial. Aku tidak mengerti deh.
Membayangkan uang empat juta won saja aku sudah mau pingsan. Diskon apanya?! Empat juta won itu gaji Kak Jin kalau dia telah menjadi model tetap dan memperagakan pakaian besutan para designer ternama dan melakukan catwalk di event Paris Fashion Week!
"Kak, bisa jelaskan ini uang dari mana? Apa iya Kak Jin punya uang sebanyak itu dan membuangnya sia-sia cuma buat beli gaunku?! Aduh, gawat kalau sampai uangnya habis. Kita bisa kena marah!"
"Sohyun, tak perlu takut. Uang itu bukan seberapa kok buatmu. Okay?"
"Kak, kalian aneh. Ayolah, selama ini kita punya prinsip selalu berhemat. Membeli barang-barang ketika diperlukan saja. Tapi hari ini, Kak Jin memberikan kartu ATM-nya secara gamblang dan membiarkanku membeli gaun yang setara $3.500 lebih. Apa ini logis? Kakak juga. Malah nggak berkomentar apa-apa dan nggak mau aku ajak ke toko yang lain."
"Sohyun, simpan dulu pertanyaanmu yang berbondong-bondong itu. Nanti kamu juga akan tahu apa alasannya. Sebaiknya kita segera pulang. Atau Kak Jin tidak akan membiarkan kita masuk ke rumah kalau sampai lewat dari jam sepuluh malam."
"Oh astaga!! Dua puluh menit lagi jam sepuluh! Ayo deh, Kak!"
Karena sibuk mengomel, aku sampai lupa jam malam yang diperingatkan Kak Jin. Akhirnya, membuang jauh rasa curigaku, aku pun segera mengajak Kak Jisoo pulang.
***
Sekolah ramai. Aku bertanya-tanya, apakah mereka senang setelah masuk dari liburan? Ah, tidak mungkin. Bersekolah adalah hal yang paling membuat mereka merasa malas. Lalu, apa yang baru hari ini?
"Hai, Sohyun!!"
Arin berlari dan merentangkan tangannya dari kejauhan. Ia beringsut memelukku ketika jarak kami sudah sangat dekat.
"Lama tidak bertemu! Kau nggak kangen denganku?"
"Ya ampun, Arin. Baru aja kita liburan bareng ke Jeju, setelah itu cuma terpisah selama seminggu aja kan? Seminggunya lagi kamu habiskan dengan asyik membaca buku sampai-sampai kamu melupakanku? Hm?" Aku menyilangkan lenganku di depan dada, menunjukkan ekspresi jengkelku padanya. Dia yang meninggalkanku sendirian saat liburan, dia juga yang marah karena dipikir aku tidak merindukannya. Padahal, di mana dia di saat aku membutuhkan teman di masa liburan yang membosankan?
"Hehe, iya-iya. Aku salah." Arin mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya, membentuk simbol peace. "Eh, kau tahu? Ada anak baru yang bikin heboh!"
"Anak baru? Oh ya? Pantas saja dari tadi sekolah kelihatan ramai begini. Pasti anaknya popular banget ya?"
"Iya, popular. Masih ingat adik angkat Kak Doyoung yang ikut kita ke Seongsan waktu itu? Ya, dia orangnya!"
Adik angkat Kak Doyoung?
"Kim Yeri?!"
"Ya, aku di sini, Sohyun. Kenapa menyebut namaku keras-keras?"
Sial. Apa yang gadis itu lakukan dengan mengenakan seragam sekolahku? Jangan bilang, kami akan belajar di sekolah yang sama?! Mungkin saja dia melakukan cosplay kan? Tolong, aku tidak ingin satu sekolah dengannya!
***
Tbc
Terima kasih yang udah mendukung cerita ini. Sepertinya, bab di cerita ini sudah lebih dari yang aku rencanakan. Tapi sekadar ingin memberitahu kalian, kita udah sampe di pertengahan cerita bahkan lebih. Jadi, bentar lagi, mau nggak mau akan ending. Tapi tenang aja, akan ada bonus part yang aku selipkan di work aku yang lain (Taste of Love) 💕💕
Sampai jumpa di bab berikutnya~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top