Wish

[Karya yang kelupaan buat di daftarin di memorylaneofspring]


Aku mengayun-ayunkan kakiku, ruang makan tampak sepi meski beberapa bibi pelayan lalu lalang untuk menata makanan ataupun membersihkan barang sekitar, bagiku tetap saja sepi.

Papa dan Mama telah berangkat bekerja tadi pagi, sebelum aku bangun, jadi aku sering melewati sarapan tanpa mereka.

Sebenarnya bukan hanya sarapan, tapi makan siang dan makan malam juga.

Ini membuatku malas untuk turun ke ruang makan, sama saja rasanya jika aku makan di kamarku saja. Namun Orang tuaku mengajarkan bahwa, ruang makan itu tempat dimana orang-orang makan, dan kamar tidurku bukan termasuk tempat makan.

Dengan segala aturan aku hidup di rumah yang besar ini. Aku jadi berpikir bahwa aku tinggal di istana, tapi istana itu tempat tinggal raja dan ratu dan orang tuaku hanya papa dan mama, bukan raja dan ratu.

Jadi meskipun rumahku besar, ini bukanlah istana.

Setelah selesai makan aku pergi ke kamarku untuk bersiap-siap, guru privatku akan datang dua jam lagi.

Padahal aku berharap kalau aku bisa bersekolah di sekolah umum, dimana aku akan mendapat banyak teman dan berkenalan dengan orang baru, pasti seru.

Namun aku masih anak kecil, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

***

Di hari minggu yang cerah aku menonton TV di ruang keluarga, aku tidak sendirian, aku ditemani oleh Mr Bear yang kupeluk sepanjang acara TV.

Aku melihat gunung-gunung serta beberapa orang yang sedang mendaki sambil mengomentari tanaman yang dapat mereka raih, sebuah acara tentang liburan di alam.

Liburan ya? Sepertinya aku harus meminta papa dan mama untuk libur, bukankah sehabis kerja ada yang namanya hari libur?

Aku pun turun dari sofa, berlari kecil mendekati telepon yang berada di pojok ruangan, menekan tombol angka yang telah ku hafal diluar kepala.

Tut... tut... tut...

Tiba-tiba aku merasa kesal dengan bunyi tut tut yang tidak ada miripnya dengan suara kereta apa itu. Pergi tut tut! Biarkan aku mendengar suara mama!

Namun sampai tut terakhir aku tidak mendengar suara mama, perasaanku jadi sedih.

Kata guru privatku kalau kita tidak menyerah dan terus berusaha maka kita tidak akan menemukan kegagalan. Jadi aku kembali menekan angka dan menunggu suara mama sambil mendengarkan tut tut.

Aku mengulanginya sebanyak tujuh kali.

"Hallo?"

"Mama! Mama!" panggilku senang

Akhirnya suara tut tut pergi dan aku dapat mendengar suara mama.

"Mama! Ayo kita pergi liburan! Mama dan papa kan sudah kerja jadi harus libur!" ucapku semangat

Hening untuk waktu yang lama sebelum mama menjawab.

"Nanti dulu ya sayang, mama sedang ada klien,"

Tut.....

Aku meletakkan gagang telepon dengan kesal, suara tut tut kembali muncul dan membuat panggilanku pada mama terpisah.

"Hmp! Dasar telepon jahat!" ucapku sambil pergi dengan kaki yang kuhentak-hentakkan.

Aku keluar dari rumah menuju ke taman belakang, kulihat salah satu maid sedang menyapu dedaunan yang jatuh. Banyak bunga yang tumbuh dan terlihat indah!

Kakiku berlari menuju ke bunga-bunga yang bermekaran, aku memetik beberapa yang menurutku paling indah. Musim semi memang banyak sekali bunga yang mekar.

"Aduh!"

Duri menyakiti jariku ketika aku berniat mengambil bunga mawar. Jariku terasa sakit dan berdenyut, apakah ada jantung di jariku?

Aku mengelap jariku dengan lengan baju agar darah yang ada menghilang.

Lalu aku melanjutkan memetik bunga yang lain, aku tidak jadi memetik mawar karena ada durinya. Namun tanganku terasa basah dan baru kulihat darah yang tetap keluar dari luka di jariku.

"Kak West! Kak West!" teriakku panik karena melihat darah yang masih mengucur walau sudah ku sumpal dengan kain bajuku.

Bunga-bunga yang kupetik ku biarkan berceceran di tanah.

Lalu semuanya gelap.

***

Ketika sadar aku berada di tempat lain, sebuah ruangan serba putih. Aku tidak ingat di rumah ada ruangan seperti ini.

Tangan kiriku ada jarum yang terhubung dengan selang dan sebuah kantong berisicairan merah seperti darah.

Tempat apa ini?

Aku takut, ini bukan di rumah dan selang yang menancap di tanganku terlihat sangat menyeramkan. Apa aku di neraka?

Pintu ruangan terbuka, begitu melihat orang yang masuk membuat rasa takutku menghilang.

"Papa!" panggilku senang, papa menggunakan pakaian kerjanya namun juga memakai jubah panjang berwarna putih.

Tampak keren.

Papa mendekatiku sambil bernapas lega, ia mengusap kepalaku sebentar.

"Ada yang sakit?" tanya papa padaku, aku menggeleng rasa sakitnya hilang begitu papa datang.

"Ini dimana?" tanyaku, "Kenapa Airin bisa ada di sini?"

"Di rumah sakit tempat Papa berkerja," ucap papa

Wah! Aku berada di tempat papa bekerja? Keren!

"Papa aku mau keliling rumah sakit!" ucapku sambil berusaha turun namun papa mencegahnya.

"Airin di sini dulu ya, nanti setelah kantong merahnya habis kita pulang," ucap papa

Pulang? Tapi aku tidak mau pulang! Aku mau berkeliling tempat papa bekerja!

"Tidak! Tidak! Tidak!" protesku pada papa, aku memukul-mukul ranjang sambil menendang-nendang selimut.

"Oke-oke!" ucap papa sambil menggusap kepalanya dan wajahnya terlihat cemberut.

Tapi aku tak peduli, yang penting aku bisa berkeliling rumah sakit! Oh ya, mama kan bekerja di tempat yang sama dengan papa, apa mama juga berada disini?

Tapi aku tak menemukan mama atau papa, melainkan seorang pasien seumuranku yang bernama Samuel

***

Aku meminta pada papa dan mama agar aku bisa ikut mereka pergi ke rumah sakit dan bertemu dengan Samuel, karena sekarang kami telah berteman. Aku kira mereka tidak mengizinkan, mereka memperbolehkan namun aku tidak bisa menemuinya setiap hari.

Meskipun begitu aku tetap senang karena aku bisa bermain dengannya.

Kadang-kadang aku juga bercerita dengannya jika kami bosan bermain.

"Samuel, kamu tahu tempat bagus untuk jalan-jalan?" tanyaku pada Samuel suatu hari.

"Tempat berlibur? Ada banyak tuh," ucapnya setelah berpikir sejenak. "Kenapa? Tumben."

"Aku mau mengajak orang tuaku liburan," ungkapku "mungkin setelah liburan mereka akan membaik, bukankah liburan itu menyenangkan? Mereka pasti berhenti bertengkar setelah liburan."

Samuel mengangguk-angguk mendengar balasanku, ia melirik keluar jendela sebelum berkata, "Ada festival di taman sakura belakang rumah sakit.," ucapnya sambil menunjuk ke arah jendela.

Aku melihat ke arah jendela, ada banyak stand yang dibangun, beberapa orang juga tampak mondar-mandir.

"Gimana?" tanyanya

"Ide Samuel bagus!" ucapku

Samuel tersenyum lebar, "Sebagai gantinya, belikan aku permen apel yang ada di jual di sana ya!" ucapnya.

"Oke!"

***

Hatiku dag dig dug ketika aku bangun pagi ini. Aku memutuskan untuk bangun lebih lebih awal dari biasanya, aku mau berbicara dengan papa dan mama sebelum mereka berangkat bekerja.

Tanpa mencuci muka dan merapikan rambut, aku langsung keluar dari kamarku dengan tergesa. Menuruni tangga secepat yang kubisa, hingga aku sampai di depan rumah.

"Papa! Mama!" panggilku lalu menangkap tangan mereka.

"Airin? Ada apa?" tanya mama kaget

"Papa... mama... ayo kita pergi ke festival dekat rumah sakit besok," ucapku

"Airin sayang, papa dan mama masih sibuk sampai besok," ucap papa sambil mengelus kepalaku

"Pokoknya Airin mau pergi ke sana! Sama papa dan mama!" rengekku sambil menarik-narik tangan mereka menggenggamnya sekuat tenaga agar mereka tidak pergi sebelum mengatakan iya.

"Airin mengertilah... papa dan ma– "

"Airin mau pergi bersama mama dan papa, mama aku ingin kita pergi ke festival...." rengekku memotong ucapan mama.

"Airin!" ucap Mama sedikit membentak, namun aku sama sekali tidak gentar.

"Airin udah ngertiin papa dan mama selama ini, jadi sekarang giliran mama dan papa yang ngertiin Airin!" belaku "selama ini kita nggak pernah liburan, papa dan mama selalu sibuk dengan urusan masing-masing, Airin jadi sendirian..."

Hening sebentar, sebelum aku merasakan pelukan.

"Baiklah, kita akan pergi kesana besok," ucap papa

Mama mencium pipiku, "Mama minta maaf, besok kita pergi ya,"

"Janji?" tanyaku sambil menunjukkan jari kelingking

"Janji." Ucap papa dan mama bersamaan

Mereka mengaitkan kelingking mereka dengan kelingkingku. Perasaan senang membuncah di dalam dadaku.

Begitu papa dan mama berangkat kerja aku pergi kekamarku untuk membuat daftar hal-hal apa saja yang akan kami lakukan di festival nanti.

Oh ya, membelikan permen apel untuk Samuel juga jangan lupa.

Hm... sepertinya kami juga harus membawa beberapa potong roti isi. Mungkin kami bisa menggelar karpet di sana dan makan siang bersama sambil melihat bunga sakura, bawa secukupnya saja karena aku akan membeli jajan disana juga hehe....

Jangan lupa bawa origami, aku akan menunjukkan sulapku pada mama dan papa.

***

Aku bangun pagi-pagi sekali karena aku ingin membuat roti isi. Maid di dapur aku suruh untuk membantuku mengambil bahan yang kuperlukan saja. Roti setelah itu keju, setelah itu sosis yang sudah di goreng lalu sayur selada, lalu tomat, lalu....

"Airin kamu sedang apa?"

Mama tiba-tiba masuk ke dapur, masih mengenakan piyama berwarna biru tua.

"Roti isi mama!" ucapku senang, "Nanti kita piknik di sana juga!"

"Airin mama pinter banget," ucap mama sambil mencium pipiku, aku tertawa bahagia.

Mama membantuku membuat roti isi, papa juga masuk ke dapur lalu keluar lagi untuk menyiapkan peralatan pikniknya.

Kami berangkat pagi, udara masih segar dan hatiku sangat gembira. Akhirnya aku bisa pergi berlibur bersama dengan papa dan mama, meski tidak ke luar negeri atau mendaki gunung seperti yang di TV-TV namun ini menyenangkan bagiku.

Kami pun tiba di area festival, tampak ramai dengan orang-orang. Ada banyak stand, tidak sabar untuk membeli beberapa hal.

"Mama! Mama! Ayo kesana!" ucapku sambil menarik tangan mama.

Kami pergi ke stand manisan, ada banyak manisan. Ada yang berbentuk kecil-kecil seperti permen, ada yang dibaluti coklat, ada yang bentuknya lucu kayak kerang dan ada juga permen kapas.

"Aku mau ini, ini dan itu!" ucapku sambil menunjuk permen kapas, manisan yang berbentuk seperti panda dan permen apel.

Penjualnya tersenyum padaku lalu membungkusnya dan memberikan pada mama.

"Tumben beli permen apel, bukannya Airin nggak suka apel?" tanya papa heran

"Itu untuk teman Airin hehe...." Ucapku

Tentu saja sebelum aku kelupaan, aku harus membeli permen apelnya Samuel. \

Kami pergi ke satu stand ke stand lainnya, papa ternyata kuat membawa tas dan keranjang piknik kami. Papa memang luar biasa!

Mama dan aku bermain beberapa permainan yang ada, seperti menangkap ikan, melempar bola dan lainnya. Lalu kami duduk di spot piknik yang dekat dengan salah satu pohon sakura.

Papa menggelar karpet, lalu kami bertiga duduk di atas karpet. Mama mempersiapkan makanan yang akan kami santap. Ada cumi bakar yang tadi sempat kami beli, jus jeruk dan alpukat, sosis macaroni, tahu bulat dan tidak tertinggal roti isi yang kubuat dari rumah!

Kami makan dengan perasaan senang, aku bercerita banyak tentang acara di TV perkembangan nilaiku dengan guru privatku, serta tentang Samuel. Papa dan mama mendengar ceritaku, sesekali papa melontarkan candaan yang membuat aku dan mama tertawa.

Aku senang akhirnya papa dan mama tidak musuhan dan bertengkar lagi.

"Mama, papa, Airin punya sulap!" ungkapku

"Benarkah? Sulap seperti apa?" tanya Mama

"Sulap origami!" ucapku sambil mengeluarkan kertas origamiku.

Namun tiba-tiba saja seekor kucing melompat dan mengambil kertas origamiku, spontan aku berlari mengejar kucing nakal itu.

"Kucing! Kembalikan kertasku!" teriakku sambil mengejar kucing hitam itu.

Aku tidak mau acara ini tidak lengkap seperti di daftar yang kubuat. Jadi aku mengejar kucing itu sekuat tenaga. Ia berbelok, aku berbelok, ia berlari dengan gesit namun aku juga tidak kalah gesit!

Aku terlalu fokus mengejarnya hingga tak sadar kalau aku berlari sampai ke tengah jalan. Seorang lelaki tiba-tiba menarikku ke belakang sehingga aku bertabrakan dengan seorang wanita yang sigap menangkapku.

Laki-laki itu pun tertabrak truk.

"Airin! Airin!" teriak mama dan papa, mereka tampak berlari mendekatiku, lalu mengucapkan terima kasih pada wanita yang menangkapku.

Kerumunan kecil pun terbentuk, melihat keadaanku, truk yang berhenti di tengah jalan, dan ada yang pergi mengecek pria yang tadi menolongku.

"Syukurlah kamu selamat," ucap mama

Aku melihat sekitar,kucing tadi telah menghilang.

"Maaf..." ucapku

Papa mengusap kepalaku, "Tidak apa, apa, ayo kita pulang." ucap papa

"Bagaimana dengan pria yang tadi?" tanyaku khawatir, kalau bukan karena dia aku mungkin yang tertabrak truk.

"Hei! Dia hilang!" teriak seseorang diantara kerumunan.

"Tidak apa, ada orang lain yang menolongnya," ucap papa lalu mencium keningku.

Kami pun pulang setelah insiden tersebut, meski aku belum sempat menunjukkan sulap origamiku pada mama dan papa, namun hari ini pergi ke festival dan menghabiskan waktu bersama membuatku sangat bahagia.

Aku pun mengecek barang-barang yang kami beli, ada mainan boneka dan gantungan kunci, ada sebuah permen apel juga.

Tunggu, kenapa aku beli permen apel? Memangnya siapa yang mau makan permen ini? Apa mama? Atau papa?

Aku berusaha untuk mengingatnya namun aku tak bisa mengingat apa pun.

"Ya sudah nanti kasih Kak West atau Kak Ren saja."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top