Chapter 4

Arinka menatap jam dindingnya dengan tatapan lelah. Sudah pukul satu pagi dan ia belum terlelap sama sekali. Sudah beberapa hari ia tidak bisa tidur karena suara yang muncul dalam pikirannya tak kunjung hilang, bahkan semakin gencar berbicara dan membuat Arinka pusing. Kantung matanya terlihat jelas, sehingga kini semua orang tampak khawatir padanya.

Ia ingin menjelaskan kalau belakangan ini ia mendengar suara aneh yang mengatakan hal yang sama berulang kali. Sampai-sampai ia hafal tatanan kalimat, suara wanita yang mengucapkannya, juga urutan pengulangan katanya, mulai dari tolong aku, kehancuran, kristal, dan jantung kehidupan.

Arinka menutup wajahnya dengan bantal. Bisa gila ia lama-lama jika terus seperti ini. tapi ia juga tak bisa menjelaskannya karena tak ada yang bisa mendengarnya selain ia sendiri. Bisa-bisa ia dianggap aneh oleh orang tuanya, bahkan oleh teman-temannya. Ia juga tidak tahu mau ditaruh mana wajahnya nanti kalau Max tahu.

Mungkin ia sudah ditertawakan setengah mati atau bahkan dicap sebagai gadis aneh-menambah julukan lamanya yang sudah melekat padanya, yakni, putri tidur.

Suara ketukan di pintu kayu kamarnya membuatnya memandang horor ke arah pintu.

Jadi ia akan bertemu dengan seseorang dengan penampilan seperti ini?

Bunda yang membuka pintu dan menyaksikan tampang menyedihkan Arinka terkejut bukan main.

"Astaga!"

Hampir saja nampan yang dibawanya jatuh karena terlalu kaget. Beliau buru-buru meletakkan nampan berisi sarapan dan susu di atas nakas.

"Bagaimana perasaanmu, Rin? Apa terasa semakin buruk? Coba katakan bagian mana yang terasa sakit," ucap bunda seraya meletakkan punggung tangannya di kening Arinka.

Arinka tersenyum lemah walau dalam hati ia ingin berseru dan menceritakan semua yang dialaminya pada bundanya.

"Aku merasa baik-baik saja, bunda. Hanya saja..."

"Hanya apa?"

Arinka menelan ludah bingung. Haruskah ia bercerita?

"Tidak-maksudku aku hanya merasa penampilanku makin terlihat buruk padahal aku baik-baik saja."

Bunda menatapnya dengan tatapan menyelidik lantas berkata, "kalau besok semakin parah, kita ke dokter saja ya."

Mata Arinka membulat.

Ke dokter? Bukankah biayanya mahal sekali?

"Ah itu tidak perlu, Bun. Kita pakai obat-obatan buatan sendiri saja. Mungkin aku hanya sedikit stres."

"Sementara kita pakai itu dulu, kalau bertambah parah tidak ada pilihan lain selain pergi menemui dokter."

"Jangan khawatir masalah biaya. Kesehatan itu jauh lebih penting," tambahnya, tahu betul dengan apa yang dipikirkan Arinka.

Mata Arinka berkaca-kaca. Ia merasa bersalah dan memeluk bundanya. "Arinka kuat kok, Bun. Besok Arinka akan sembuh. Arinka janji."

***

Sudah lewat tiga minggu sebenarnya, semenjak berita menggemparkan itu sampai ke telinganya. Ia sudah bisa merasakannya, dari energi sihir di hutan yang semakin tidak teratur, bencana-bencana kecil seperti gempa yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Dan kini, ia menerima laporan dari beberapa orang yang ia kirim ke perbatasan kerajaan musim dingin dan musim panas.

Ia sedikit terkejut dengan fakta bahwa daerah bersalju yang mencair di perbatasan kerajaan musim dingin dan musim panas. Bahkan ada sedikit campuran sihir tumbuhan yang tumbuh di perbatasan itu. Juga laporan mengenai tak ada tanda-tanda aneh yang merujuk pada sumber kehidupan dunia ini yang hilang, entah itu menghilang dengan sendirinya atau dicuri oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Aneh. Untuk apa ada yang mencurinya kalau tahu bahwa dunia akan runtuh jika benda itu tak ada pada tempatnya?

Apa mereka sudah bosan hidup?

Sial. Apakah dunia mereka akan benar-benar hancur?

Dan apakah ucapan peramal itu benar?

Pangeran menghela napas dan memberi perintah pada mereka untuk keluar ruangan, tanda urusan mereka sudah selesai.

Ia rasa, semakin hari semakin tidak beres.

Semoga saja, ucapan peramal itu benar, batinnya.

Karena kini, tak ada hal lain yang bisa dilakukan, kecuali berharap dan berdoa.

Semoga perkataan itu benar, bahwa dunia ini masih bisa diselamatkan.
Pangeran mengambil jubahnya dan pergi keluar ruangannya. Hari ini, ia harus pergi berburu untuk menambah kekuatannya.

"Lucid, aku akan pergi berburu sebentar saja. Tolong urus sisanya ya," ucapnya seraya menunggang kudanya pergi menuju hutan, meninggalkan Lucid yang memberi hormat padanya.

Saat memasuki hutan ia merasakan aura sihir yang tak terkendali. Semakin hari, makhluk sihir yang biasanya ia buru bertingkah semakin aneh. Bahkan ada yang sihirnya meluap-luap, ada pula yang tak memiliki sihir sama sekali. Ia meninggalkan kuda tunggangannya di perbatasan hutan dan memulai acara berburunya.

Di hadapannya kini ada belasan Ice Wolf yang memiliki aura sihir berbeda-beda. Senyum terbit di wajahnya. Pangeran menebas mereka satu persatu dengan santai.

Sebenarnya, dengan luapan sihir berbeda yang membuat sebagian besar Ice Wolf di hutan lebih agresif dan tak terkendali, Pangeran merasa lebih tertantang untuk menghabisinya.

Darah ungu beserta mayat Ice Wolf yang perlahan menghilang itu kini bertebaran layaknya abu seiring dengan Pangeran yang menyarungkan kembali pedangnya.

Sebelum kembali ke istana, ia menyempatkan diri untuk mampir ke pedesaan dan mengecek sihir pelindung yang sengaja ia tanam di sana. Setelah merasa semuanya aman dan dalam kondisi yang baik-baik saja, ia menunggang kudanya kembali ke istana.

***

Besoknya, Kondisi Arinka tidak kunjung membaik. Tapi ia berusaha mati-matian untuk terlihat baik-baik saja. Ia menggunakan bedak sebanyak yang ia bisa untuk menutupi kantong matanya.

Ia bahkan diam-diam keluar dari kamar dan memakan buah raspberry dan buah naga yang disimpan di kulkas hanya demi membuat bibirnya tak tampak pucat.

Arinka melihat teman-temannya yang sedang bekerja dari jendela kamar, seperti biasanya. Ia ingin menyapa teman-temannya dan ikut bekerja, tapi keadaannya tidak memungkinkan.

Ngomong-ngomong, Ia sudah mulai terbiasa dengan bisikan-bisikan itu, walau sebenarnya suara-suara itu mau bagaimanapun keadaannya tetap saja menganggu. Kabar baiknya, dengan ajaib ia bisa jatuh tertidur semalam walau masih bermimpi. Dan ajaibnya lagi, sedikit demi sedikit ia bisa mengingat apa yang dimimpikannya.

Ia melihat bayangan kabur seorang wanita yang meminta tolong-sama persis dengan bisikan yang selalu muncul di pikirannya beberapa hari belakangan ini.

Sebenarnya, apa tujuan dari wanita yang meminta tolong ini?

Mungkinkah ia seseorang yang telah mati dan mayatnya disembunyikan di suatu tempat dan meminta tolong padanya?

Ia menggeleng dan menepuk-nepuk pelan pipinya. Tak mungkin seperti itu. lagi pula, wanita itu sempat membicarakan kehancuran dunia.
Raut muka Arinka tiba-tiba menegang.

Tunggu sebentar!

Apa itu artinya dunia akan kiamat?!

"Arinka!" panggil seseorang di bawah sana yang membuat lamunannya buyar.

Ia menatap ke bawah dan melihat Scarlet yang melambaikan tangan dengan semangat diikuti yang lainnya. Ia balas melambai dan tersenyum pada teman-temannya.

"Bagaimana keadaanmu, Rin?" tanyanya sambil berteriak.

"Aku sudah baik-baik saja!" Arinka balas berteriak.

Senyum mereka semakin merekah. "Benarkah? Kalau begitu, tunggu kami mengantarkan hasil panen ke kakek Nam dulu ya, kami akan berkunjung sehabis ini! Sampai jumpa!"

Arinka menatap kepergian temannya sambil bergumam, "sampai jumpa."

Setelahnya, ia merebahkan dirinya di kasur dengan maksud untuk beristirahat. Tak menduga kalau ia malah jatuh tertidur dan bermimpi tentang wanita yang selama ini menganggunya, lagi.

************************************
Published : 3 April 2019
Republished : 31 Mei 2020

A/n baru

Hai~

Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, chapter ini kurubah dan mundur ke beberapa chapter ke depan. Entah itu chap 7 / 8

Okee segitu ajaa sampai jumpa minggu depan~

*
A/n lama

Oh ya apa masi ada yang penasaran sama nama lengkap arinka? Atau mungkin nama Pangeran?

Okei kita mulai~

D****** yang artinya permata
A***** yang artinya baik hati

Jadi arti nama Arinka adalah emas permata yang seindah kebaikan hati.

Harusnya gitu si tapi ya itu aku doang yang nyambung-nyambungin namanya hihi.

Nah sekarang clue untuk sang pangeran tampan pujaan hati Rina /plak/

Ne**** berarti salju

Wi****** ini nama marga hehe

nah kutambahin satu huruf lagi karena belum ada yang berhasil nebak hehe :3

Entah ini bakal ketebak sekarang atau ketebak saat waktunya tiba ( saat aku menyebut namanya dalam suatu chapter) ku tidak tahu.

Tapi mungkin ku akan siapkan hadiah bagi yang berhasil nebak nama pangeran dengan benar. Termasuk nama Arin juga ♥♥♥

Sudah deh, sekian dulu.

Oh ya, sebelumnya Rina mau minta maaf karena baru update 6 hari setelah jadwal yang seharusnya. Besok ada kemungkinan tidak update, tapi akan Rina usahakan.

See you ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top