Chapter 3

Arinka bangun kesiangan, seperti biasanya. Ia meregangkan otot-otonya dan memutuskan untuk menuju ruang makan. Ia melihat bundanya yang sedang menyiapkan sarapan dan ayahnya yang sudah duduk di meja makan.

"Selamat pagi!" sapanya riang.

Bunda dan ayahnya menoleh dan menjawab, "Pagi juga Rinka."

Bunda kembali melanjutkan pekerjaannya sambil bertanya. "Bagaimana perjalananmu di kota kemarin?"

Arinka kembali mengingat kejadian yang menyenangkan kemarin. Terutama, boneka yang didapatkannya dari Max. Ia kembali menggelengkan kepalanya saat mengingat-ingat kebaikan Max.

Ia tidak bermaksud lebih, jadi jangan berlebihan! peringatnya dalam hati.

"Arinka?"

Arinka terperanjat lantas menjawab, "Oh tentu saja menyenangkan!"

"Hari ini, ayah mendapat penghasilan lebih. Mau makan enak?" Arinka menoleh dan menatap ayahnya dengan mata berbinar.

"Tentu saja!"

"Apakah tidak terlalu berlebihan? Aku masih bisa memasakkan makanan untuk kalian kok."

"Tidak apa-apa. Memang benar kok penghasilan selama sebulan ini ada lebihnya. Jadi, sekali-sekali kita harus makan enak bersama di restoran kota."

Arinka tak henti-hentinya tersenyum senang. Ia duduk di meja makan sesaat setelah bundanya selesai menyiapkan sarapan di atas meja makan. Tanpa berkata apa-apa lagi, Arinka segera memakan sarapannya dengan lahap. Dalam hati ia berseru senang. Sebentar lagi, ia akan bersenang-senang.

***

Arinka mengenakan baju terbaiknya saat pergi ke kota bersama kedua orang tuanya. Senyumnya terus merekah karena jarang-jarang ia melakukan hal seperti ini bersama keluarganya.

Mesin mobil berhenti menderu. Arinka turun dari mobilnya dan menghirup udara kota seperti biasanya. Memang tak sesegar udara di desa, tapi tetap saja rasanya berbeda. Kota selalu tampak lebih menarik dari pada desa.

"Rinka, ayo!"

Arinka menoleh dan mengangguk seraya mengikuti langkah mereka. Mereka menuju pusat kota dan melihat beberapa stan makanan juga pertunjukan jalan. Di siang yang cerah ini, menyenangkan sekali saat bisa menyaksikan kumpulan pertunjukan jalanan seperti grup penari yang menari dengan iringan musik modern maupun tradisional, juga pertunjukan menyanyi lagu-lagu yang sedang naik daun.

Arinka begitu menikmati siang yang cerah ini. Bundanya menghampirinya dan memberinya sebuah sosis bakar yang langsung membuatnya berseru senang. Matanya berbinar dan tanpa aba-aba, ia segera memakan jajanan itu. Bunda tertawa kecil. Senang sekali saat melihat anaknya begitu bahagia.

Andai saja, mereka bisa sesering ini untuk melakukan hal seperti ini.

Andai saja, kehidupan lama mereka kembali seperti dulu.

Pasti tak akan sesusah ini.

Pasti akan sebahagia ini.

"Bunda kenapa?" tanya Arinka yang menyadari bahwa bundanya hanya bengong menatap keramaian.

"Eh? Bunda tidak apa-apa kok. Jajannya enak, kan? Kalau Rinka mau lagi, bilang ya."

Arinka hanya mengangguk. Meski ingin, ia tahu kalau bundanya hanya ingin melihatnya bahagia. Meskipun harus menghabiskan hartanya, bunda akan melakukan apa pun demi kebahagiaannya.

Itu sebabnya, Rinka tak ingin meminta lebih, karena orang tuanya akan selalu ada demi dirinya. Sisa hari itu mereka habiskan dengan mengunjungi berbagai macam wisata. Mereka tertawa riang, juga merasa kebahagiaan bersama.

Hingga waktu kembali membuat kebahagiaan itu berakhir. Dengan berat hati, mesin mobil dinyalakan, dan berjalan pelan menuju desa, rumahnya. Meski begitu, Arinka tidak menyesal. Hari ini begitu indah. Apalagi dua hari berturut-turut, ia bisa merasa senang seperti ini. Tiba-tiba saja, ia mengingat boneka yang diberikan oleh Max.

Apa yang sedang dilakukan Max ya?

Arinka menggelengkan kepalanya. Buat apa memikirkan Max? Ia hanya sedang baik. Atau mungkin merasa kasihan padanya yang sangat menginginkan boneka beruang kutub itu.

Sisa perjalanan dihabiskannya untuk menatap keluar jendela sambil melamun. Sebenarnya tidak ada yang spesial dari desa. Hanya teman-teman, kebun dan peternakan yang menurutnya begitu spesial.

Walaupun tak seindah pemandangan perkotaan, tetap saja, desa adalah tempatnya berpulang. Dan hanya kesederhanaan merekalah, yang menyambutnya dan membuat hatinya terasa hangat.

Malamnya, Arinka tertidur pulas setelah lelah berjalan sepanjang hari di kota. Besok, ia harus bekerja lagi. Tapi tak apa, ia sudah rindu dengan teman-temannya.

***

Arinka kembali bermimpi dan terbangun ketika matahari sudah berada di puncaknya. Ia menepuk dahi. Kebiasaan bangun siangnya sepertinya bertambah parah. Padahal hari ini ia harus bekerja. Ia bergegas mandi dan pergi menuju kebun untuk bekerja.

"Lho Arinka?"

Arinka balik menatap aneh tatapan bingung teman-temannya. Sejurus kemudian ia menyadari kesalahannya dan meminta maaf. "Ah maaf aku telat, aku bangun kesiangan."

"Eh? Bukannya kau sakit ya?"

"Sakit?" Arinka menatap bingung teman-temannya yang kini keheranan.

"Ibumu tadi bilang sepanjang malam kau berteriak dan banyak berkeringat. Sewaktu dibangunkan kau hanya menggeleng lalu tidur kembali. Ibumu pikir kau sakit dan butuh istirahat untuk hari ini, tapi ternyata..."

Aku berteriak dalam tidurku? Batinku sambil mengerutkan kening.

"Aku tidak sakit kok."

Airin mengangguk menyetujui. "Sepertinya keadaanmu sudah membaik. Walau begitu bukan berarti kau harus bekerja. Kupikir, kau membutuhkan istirahat."

"Aku setuju," tambah Scarlet.

"Eh? Tapi sungguhan kok aku tidak sakit—"

"Sudahlah jangan banyak membantah. Kau perlu istirahat, Rinka." Bella menggandeng lengan Arinka dan menuntunnya menuju rumahnya.

"Kami akan menjengukmu setelah selesai bekerja nanti, oke? Sampai nanti!" Bella melambaikan tangannya dan berlalu pergi. Meninggalkan Arinka yang masih terbengong di teras rumahnya.

Beberapa menit setelahnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan menatap teman-temannya yang sedang bekerja dari jendela kamarnya. Pikirannya tak bisa berhenti memikirkan tentang mimpi apa yang dimimpikannya beberapa hari belakangan ini.

Memangnya aku memimpikan apa, sampai-sampai aku berteriak saat sedang tidur?

Hal yang tidak pernah ia alami sebelumnya itu membuatnya bingung sekaligus penasaran. Andaikan saja ia bisa mengingat isi mimpi yang membuatnya seperti itu.

***

"Arinka!"

Dengan bersemangat Arinka turun dan berkumpul dengan teman-temannya di teras rumahnya.

"Kami bawakan sekeranjang apel khusus untukmu!" seru Scarlet senang.

Arinka menatap keranjang yang berisi buah favoritnya itu dengan senang sebelum menyadari ada sepasang mata yang menatapnya sedari tadi. Mata mereka bertemu dan membuat Arinka salah tingkah.

"Ah ya, silakan masuk. Aku akan menyiapkan teh untuk kalian," ucapnya asal sambil menatap ke arah lain dan buru-buru masuk ke dalam rumahnya.

"Sebenarnya kau tak usah repot-repot, toh kita ini ingin menjengukmu bukan sedang berkunjung."

"Tak apa. Ayo masuk."

Mereka duduk melingkar di ruang tamu sambil menikmati teh dan perbincangan ringan. Arinka tidak begitu fokus dengan topik pembicaraan mengenai panen kebun yang meningkat jumlahnya.

Pikirannya terpecah, antara mengikuti perbincangan semampunya, memikirkan mimpinya, dan juga cowok yang duduk sambil meminum tehnya di seberang sana.

Tolong kami!

Tubuh Arinka mendadak kaku saat menyadari teman-temannya masih asik membahas panen berlebih sementara ia mendengar suara wanita sedang meminta tolong.

Tolong kami!

Kehancuran...

Tolong, sebelum dunia ini hancur!

Arinka memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Max yang pertama kali menyadari hal tersebut bertanya dan berhasil menyedot perhatian semua orang yang hadir di situ.

"Arinka? Kau tak apa?"

Detik berikutnya, Scarlet dan Bella panik dan membantu Arinka kembali ke kamarnya. Masih dengan kepala berdenyut, Arinka menyambut uluran tangan Scarlet dan dituntun menuju kamarnya. Ia berbaring di kasurnya dibantu Scarlet dan memejamkan matanya sesudah menggumamkan terima kasih. Saat itu, ia menyadari sesuatu.

Suara-suara itu...

berasal dari dalam pikirannya.

***********************************
Published : 21 Maret 2019

republished : 24 Mei 2020

A/N baru

Hai~

Selamat hari raya Idul Fitri bagi yang merayakan~

Rina minta maaf kalau selama ini ada salah, baik itu sengaja ataupun tidak sengaja.

Oh ya, Winterdale mungkin akan sedikit di remake ya, mulai dari chapter ini. ada yang kuubah sedikit. tapi alurnya tetap sama kok. cuma agak diperlambat aja dari yang sebelumnya.

Okei segitu aja, See you next week~

A/N lama

Hayo hayo~

Arinka ketemu siapa hayo~

Hehe udah ah segini dulu.

Sampai ketemu minggu depan (~^.^)~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top