Bagian 7 : Berkelahi

Seharian di sekolah, Alfiana dan Aldo tidak saling menyapa. Keduanya seperti sengaja menjaga jarak.

Alfiana mendengar semua perbincangan mereka tadi, dan dia ingin sekali membalas Raymond.

Tapi toh dia tidak ingin masuk di ruangan kepala sekolah hanya karena masalah cintanya ini.

Saat jam istirahat dia pergi ke atap.

Tahulah, menyendiri seperti biasanya.

Alfiana terkejut karena di atap, ada Aldo yang sedang duduk manis di salah satu bangku yang tersedia.

Karena tidak ingin membuang tenaga untuk kembali ke kelas, Alfiana langsung duduk tapi di bangku yang berbeda dengan Aldo.

Keduanya melakukan aktifitas tanpa memedulikan satu sama lain. Kalau Alfiana membaca novel, sedangkan Aldo hanya pura-pura membaca sambil sesekali mencuri pandang untuk melirik Alfiana.

Bayangkan saja, seorang gadis dipermainkan oleh seseorang yang telah dianggapnya cinta pertama. Untuk gadis seperti Alfiana, Aldo sendiri memberi apresiasi.

Karena untuk gadis-gadis yang lain, pasti mereka hanya mengurung diri di rumah, tidak mau makan, melakukan self harm, dan yang paling buruk sampai berani bunuh diri.

Mungkin tidak salah kalau Aldo pernah berkata kalau Alfiana adalah gadis yang menarik.

Karena sudah tidak tahan akan kecanggungan ini, Aldo inisiatif untuk berbicara duluan.

"Hei kapan ulang tahunmu?" Tanya Aldo basa-basi.

Tapi Alfiana tidak menjawab, pandangannya tidak pernah terlepas dari novel yang dia baca. Seakan kalau dia menoleh sedikit saja, novel yang dipegangnya itu akan menghilang.

"Aku bicara denganmu Alfiana." Gerutu Aldo.

"Huh? Kupikir ada orang yang bernama 'Alfiana' selain aku." Ujar Alfiana masih membaca novel.

"Hanya ada kita berdua disini, dengan siapa lagi aku berbicara? Hantu?" Canda Aldo.

"Mungkin." Kata Alfiana singkat.

"Kapan ulang tahunmu?" Tanya Aldo kemudian duduk di sebelah Alfiana.

"Cari tahu sendiri." Tukas Alfiana kesal.

"Pelit sekali, aku tidak akan berhenti bertanya sampai kau menjawabnya." Ucap Aldo sambil sedikit menyeringai.

"2 hari lagi." Kata Alfiana sambil mendengus kesal.

"Kau ingin hadiah apa di hari ulang tahunmu?" Tanya Aldo.

"Tidak usah membuang waktu untuk memikirkan ulang tahunku." Ujar Alfiana.

"Di saat ulang tahun, setidaknya kau pasti diberi hadiah." Tukas Aldo.

"Sudah kubilang tidak usah membuang-buang waktu untuk memikirkan hal itu, karena ulang tahun tidak ada bedanya dengan hari-hari biasa." Kata Alfiana sambil menutup novelnya, kemudian pergi meninggalkan Aldo yang menatapnya heran dari belakang.

****

"KYAA! KEREN SEKALI!"

"KALAHKAN MEREKA KAK RAYMOND!"

"BUAT MEREKA TAHU AKIBATNYA KARENA SUDAH MENANTANG SEKOLAH KITA!"

"SEMANGAT KAK RAYMOND!"

Di lapangan basket indoor, sedang diadakan pertandingan persahabatan antara sekolah Alfiana dan sekolah yang berada di blok sebelah.

Teriakan-teriakan barusan merupakan penggemar Raymond yang sedang menyemangatinya, Raymond merupakan kapten basket di sekolahnya dan wajar saja kalau dia memiliki banyak penggemar.

Sudah pintar, ganteng, dan kapten basket pula. Tapi sayangnya itu semua hanyalah sebuah topeng, untuk menyembunyikan kelicikan yang dimilikinya.

Setelah pertandingan berakhir, yang pasti sudah jelas sekolah mana yang menang, Raymond menghampiri pacarnya yang sedari tadi telah menunggu.

"Maaf aku terlambat." Tukasnya.

"Tidak usah basa-basi, aku ingin hubungan kita berakhir." Ella sudah tidak dapat menahannya lagi, dia sudah tidak dapat menahan berpura-pura menjadi pacar Raymond.

"Kau tahu apa akibatnya?" Ucap Raymond sambil menyeringai.

"Persetan dengan akibatnya, aku ingin berteman lagi dengan Alfiana! Dan hubungan konyol ini menjadi penghalangnya!" Bentak Ella, kemudian meninggalkan Raymond di lapangan indoor dan jangan lupakan tatapan-tatapan membunuh para penggemar Raymond ditujukan kepada Ella.

****

Raymond mendengus kesal, karena hubungannya dengan Ella telah berakhir. Dia kemudian membereskan barang-barangnya dan pulang ke rumahnya.

Saat sudah dekat dengan rumahnya, mungkin tinggal 3 rumah lagi, ada seseorang yang berdiri sengaja menghalangi jalannya.

Raymond mengenalnya, orang yang mengaku pacar Alfiana.

"Kalau tidak salah namamu-"

"Orlando Reynand." Potong Aldo.

"Aku ada banyak urusan, silahkan mengganggu di lain hari." Tukas Raymond kemudian kembali berjalan, tetapi langkah kakinya dihentikan dengan tangan Aldo yang memegang bahunya.

"Oh sepenting itukah urusanmu? Aku juga memiliki urusan yang penting denganmu." Ucap Aldo sambil menyeringai.

"Kalau ini masalah tentang Alfiana, aku tidak ingin ikut campur." Ujar Raymond.

"Tidak ingin ikut campur? Dasar kau laki-laki berengsek!" Kata Aldo kemudian melayangkan pukulannya di mulut Raymond.

Raymond mengeluarkan sedikit darah karena pukulan Aldo barusan sangat kuat.

"Seandainya saja kau melihat ekspresinya waktu itu, lucu sekali." Ucap Raymond sambil membersihkan mulutnya.

Aldo terkejut, Raymond sudah melewati batas. Aldo kembali melayangkan pukulannya, tetapi kali ini Raymond berhasil menahan tangannya.

"Ingin berkelahi denganku? Kulayani dengan segenap hati." Kata Raymond sambil menyeringai.

Raymond meninju perut Aldo tapi Aldo tidak menampakkan ekspresi kesakitan.

"Apa-apaan pukulan lemah itu? Pukulan seorang gadis lebih kuat daripada pukulanmu." Ejek Aldo kemudian membalas memukul di perut Raymond.

Raymond mengeluarkan darah, tetapi tetap saja tidak digubrisnya yang ada di pikirannya hanya satu yaitu 'mengalahkan Orlando'.

"Sudah menyerah eh?" Ejek Aldo lagi.

"Mati saja kau!" Bentak Raymond, kemudian mulai meninju Aldo secara membabi buta.

Entah bagaimana caranya, Aldo berhasil menghindari semua pukulannya.

"Cih, lemah sekali." Cibir Aldo.

Sebelum mereka dapat menghabisi satu sama lain, beberapa orang yang lewat menghentikan mereka kemudian membawa Raymond ke rumah sakit.

Jumat 6 Januari 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top