Bagian 3 : Orlando
Tit Tit Tit
Alarm di nakas sebelah tempat tidur Alfiana mulai berbunyi. Membangunkan gadis yang rambutnya sedikit kacau karena baru bangun.
"Tch, harus mengepel di pagi hari." Umpat Alfiana yang sementara melakukan sedikit peregangan.
Seakan baru tersadar dari lamunannya, gadis ini tiba-tiba menjadi bersemangat.
Entah ide macam apa yang terlintas di kepalanya.
Dengan cepat dia berlari ke kamar mandi sambil membawa handuknya.
Setelah selesai mandi, dia memakai pakaian sekolah dan menyisir rambutnya yang panjang.
Saat sarapan dia memakan roti dengan tergesa-gesa, padahal jam baru menunjukkan pukul 05.40 WIB.
Setelah selesai dengan roti, Alfiana meneguk susunya dengan tergesa-gesa.
Mengambil buku jadwal pelajaran dengan asal-asalan, dia langsung menaruhnya di tas dan tak lupa memakai sepatu sekolah.
****
Setelah sampai di sekolah, Alfiana berlari menuju kelasnya dan menaruh tas di tempat duduknya.
Tak lupa dia mengambil pocket camera
yang berada di tasnya, dan meletakkannya di saku roknya.
Kalau kemarin Alfiana membawa handycam, kali ini dia membawa pocket camera. Supaya lebih mudah dalam mengambil gambar.
Karena baru Alfiana yang berada di sekolah, mengingat ini baru jam 06.00 WIB. Dia mulai melaksanakan hukumannya, kali ini dia akan mengepel koridor utama.
Tempat ramai yang sering dilewati siswa- siswi, dan guru sekalipun.
Alfiana mengambil kain pel di ruang cleaning service. Yap, karena keelitan sekolah ini, cleaning service pun ada.
Kalau Alfiana melakukan hukuman dengan senang, pasti ada sebuah rencana iseng yang terlintas di kepalanya ini.
Benar saja, alasannya datang di sekolah dengan sangat cepat, dikarenakan dia ingin melihat siswa-siswi dan guru terpeleset.
Setelah mencampur air dengan begitu banyak pengharum dan pelicin lantai, Alfiana mulai mengepel lantai dengan cepat dan bersenandung ria.
Selesai melakukan hukumannya, kini Alfiana siap mengambil gambar orang yang akan menjadi korbannya.
Entah dia memang sedang tidak beruntung atau dewi Fortuna tidak memihaknya, dari tadi tidak ada orang yang melewati koridor itu.
"Lama sekali." Gumam Alfiana yang sedang bersembunyi di dalam sebuah ruangan. Sesekali dia mengintip bila ada orang yang akan melewati koridor itu.
Sepertinya akan ada korban. Kali ini korbannya laki-laki dan dia merupakan seorang guru.
"Beruntungnya aku, korban berikut pak Jeffer." Gumam Alfiana pelan sambil menahan tawanya.
Kemudian pak Jeffer melintasi koridor itu. Ya, koridor yang dipel Alfiana. Pak Jeffer yang memegang banyak buku terpeleset kemudian fotonya diabadikan di pocket camera milik Alfiana.
Sayangnya Alfiana lupa mematikan lampu flash kameranya, sehingga pak Jeffer yang melihat asal cahaya tersebut langsung memasang wajah killernya.
"Um saya bisa jelaskan pak." Kata Alfiana dengan suara yang kentara mengejek.
"Ke kantor kepala sekolah sekarang." Perintah pak Jeffer.
****
Setelah Alfiana memasuki ruangan kepala sekolah, betapa terkejutnya dia karena ada Orlando yang sedang duduk di sofa.
"Aku tidak bisa memikirkan hukuman apa lagi yang cocok untukmu Alfiana." Kata kepala sekolah.
"Keluarkan saja aku dari sekolah ini pak." Kata Alfiana dengan nada bercanda.
"Mungkin itu yang paling tepat kan?" Sambung Alfiana sambil sedikit menyeringai.
"Tidak. Aku baru saja terpikirkan sesuatu," kata kepala sekolah yang menjeda ucapannya.
"Kau akan membantu mengenalkan sekolah ini kepada Orlando Reynand." Sambung kepala sekolah.
****
"Perkenalkan nama saya Orlando Reynand, saya berasal dari Singapura.
Kalian bisa memanggil saya Aldo, semoga kita bisa menjadi teman yang baik." Kata Aldo yang baru saja mengenalkan dirinya dan menjadi salah satu murid XB.
Alfiana yang duduk di belakang langsung memasang wajah tak senang dikarenakan harus satu kelas dengan Aldo.
Sebenarnya Aldo akan masuk kelas XA, tapi karena kelas XA sudah penuh mau tidak mau dia harus berada di kelas XB.
Dia juga senang karena bisa satu kelas dengan Alfiana. Walaupun dia sendiri tidak tahu mengapa dia bisa senang satu kelas dengan Alfiana.
Padahal baru pertama kali bertemu, Alfiana langsung memunjukkan rasa tak sukanya pada Aldo. Tapi Aldo berniat merubah pandangan Alfiana terhadapnya.
"Bisa langsung duduk di sebelah Alfiana." Kata wali kelas mereka yang bernama Michael.
"Ckck kenapa harus duduk dengan dia sih?"
"Kasihan Aldo, pasti dijahilinya."
"Kenapa tidak duduk denganku sih?"
Aldo yang mendengar bisikan-bisikan tersebut langsung mengangkat sebelah alisnya.
'Apa Alfiana termasuk salah satu murid nakal di sekolah ini?' Batin Aldo.
"Hai teman sebangku." Sapa Aldo pada Alfiana yang sedang membaca novel.
"Hai juga." Balas Alfiana yang tidak melepaskan pandangannya dari novel yang dia baca.
****
Bel istirahat telah berbunyi. Kalau sebagian besar murid-murid kelas XB telah pergi ke kantin untuk membeli makanan, tidak untuk kedua orang yang masih berada di dalam kelas ini.
"Kenapa kau tidak pergi dengan teman-temanmu?" Tanya Aldo pada Alfiana.
"Kenapa kau tidak mengurus urusanmu sendiri?" Balas Alfiana dengan pertanyaan.
"Kan kau akan menjadi pemanduku untuk beberapa hari ini?" Kata Aldo sedikit mengejek.
"Ya, ya terserahlah." Gerutu Alfiana kesal.
"Kau tidak membawa makanan?" Tanya Aldo.
"Tidak." Jawab Alfiana.
"Aku membawa bekal lebih. Kau mau?" Tawar Aldo.
Entah kenapa hati Alfiana akan merasa sangat bersalah kalau dia menolak bekal milik Aldo.
"Kalau kau memaksa." Ujar Alfiana pelan yang langsung membuat Aldo tersenyum lebar.
Kamis 22 Desember 2016
#841 in romance
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top