Bagian 2 : Keluarga Alfiana

"Tch pak tua sialan itu, seenaknya memberiku hukuman. Dia akan merasakan akibatnya saat kulapor ke ayahku." Umpat Alfiana disaat dia sedang menyapu koridor dekat kelas XA.

Siswa-siswi yang melihatnya hanya lewat sambil berpura-pura tidak pernah melihat Alfiana yang sedang menyapu.

"Sebegitu takutnya mereka padaku?" Gumam Alfiana pelan.

"Hei kau!" Seru seseorang.

Tidak menghiraukan suara tersebut, Alfiana terus menyapu dan menganggap suara tersebut tidak pernah ada.

"Kau! Gadis yang menyapu!" Suara tersebut jengkel dan kesal di saat yang sama. Alfiana menatap tajam sosok yang memanggilnya.

"Bodoh! Semua orang punya nama!" Bentak Alfiana kepada pria yang memanggilnya.

"Kan aku tidak mengetahui namamu?" Katanya polos.

"Terserah." Kata Alfiana kesal. Pertama diberi hukuman oleh Kepsek, Kedua bertemu pria aneh. Dan kedua hal itu mampu membuat mood Alfiana sangat sangat buruk.

"Perkenalkan namaku Orlando Reynand. Panggil saja Aldo. Kalau kau?" Tanya Aldo sambil mengulurkan tangannya.

"Alfiana Adelard. Terserah mau panggil apa." Kata Alfiana cuek.

Jangankan membalas uluran tangan Aldo, menatap pria bernama Aldo ini membuat mood Alfiana lebih buruk daripada sebelumnya.

"Kau tahu dimana ruangan kepala sekolah?" Tanya Aldo.

"Ada di lantai bawah. Lihat saja ruangan yang paling megah. Now go!" Kata Alfiana dengan nada seenaknya.

Speechless. Aldo tidak bisa berkata apa-apa setelah dibentak dan dimarahi Alfiana.

Tanpa berbasa-basi lagi, Aldo pergi meninggalkan Alfiana yang sedang menyapu koridor itu.

****

Setelah menjalani hukuman, tenaga Alfiana serasa disedot habis. Merogoh kunci apartemen di saku roknya, dia kemudian membuka pintu apartemennya dan langsung tidur di sofa.

Tring!

'Siapa yang mengirimiku sms?' Pikir Alfiana kemudian mengambil handphone yang berada di tasnya.

From : Mom
To : Alfi

My dearest daughter.
Mama dan Papa minta maaf, karena tahun ini kami mungkin tidak bisa kembali ke Indonesia dikarenakan pekerjaan kami yang begitu banyak.

Untuk ulang tahunmu, kau rayakan saja dengan teman-temanmu. Tenang saja, mama sudah mengirimkan uang di rekeningmu.

Have fun Alfi.

Setelah membaca sms dari Ibunya, Alfiana hanya terkekeh pelan.

'Mereka tahu apa tentang kehidupanku?' Pikir Alfiana.

Alfiana tinggal sendiri di apartemen sejak usianya 10 tahun. Orangtuanya yang terlalu sibuk akan pekerjaan kadang melupakannya dan hanya menelpon di saat ada waktu senggang.

Alfiana tidak pernah kesulitan dalam hal uang. Uang bulanan yang diterimanya bahkan bisa dipakai untuk setengah tahun kedepan.

Tinggal sendirian di apartemen dan tidak punya teman di sekolah. Sebenarnya dia memiliki satu teman, tapi dia sudah tidak menganggapnya sebagai teman.

Saudara? Semua saudaranya bekerja di luar negeri. Mereka akan mengirimkan uang di saat Alfiana memintanya. Tinggal telpon dan bilang kepada mereka.

Alfiana merupakan anak tunggal dari keluarga Adelard. Anak tunggal merupakan salah satu dari banyak faktor 'mengapa ia sesendirian ini', sebenarnya dia akan mempunyai adik laki-laki. Tapi apa daya, setelah ibunya melahirkan adiknya, dia langsung mati di saat itu juga.

Sangat disayangkan bukan?

Alasan mengapa Alfiana begitu berani kepada kepala sekolah di sekolahnya, itu karena ayahnya yang memiliki sekolah tersebut. Seringkali juga Alfiana membuat masalah yang mengakibatkan dia harus menerima dan menjalani hukuman seperti sekarang ini.

Banyak kakak kelas yang ingin membullynya, karena kelakuannya ini. Jangankan mendekati Alfiana, mereka sudah minder duluan dikarenakan perbedaan tinggi yang begitu jauh.

Ditambah kelakuan isengnya, mana mungkin mereka mau mendekatinya. Jangankan kecoak, kalau perlu ular sekalipun dia lempar.

Oh there he goes again

Alfiana mulai menyanyi pelan.

Every morning is the same
You walk on by my house
I wanna call out your name
I wanna tell you how handsome you are from where I'm standing

You've got me thinking what we could be, cause

I keep craving, craving
You don't know it but it's true
Can't get my mouth to say the words I wanna say to you

This is typical of love
Can't wait any more, won't wait
I need to tell you how I feel when I see us together forever

In my dreams you're with me
We'll be everything I want us to be
And from there, who knows?
Maybe this will be the night that we kiss for the first time

Or is that just me and my imagination

Setelah selesai menyanyi Alfiana tertawa. Entah apakah ada yang lucu dari lagu itu, tapi dia tertawa.

"Terakhir kali aku menyanyikan lagu itu, aku sampai menangis. Sekarang tidak ya?
Melupakan pria berengsek itu tidak mudah, tapi aku berhasil melakukannya." Kata Alfiana pada dirinya sendiri.

Minggu 18 Desember 2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top