Bagian 1 : Alfiana
"Aku ingin alasan yang jelas Alfiana," kata Kepala Sekolah kepada gadis jangkung di depannya ini.
Nah loh? Kenapa gadis ini jangkung? Apakah pria jangkung sudah terlalu mainstream sehingga ada juga sebutan gadis jangkung?
Yang jelas jawabannya tidak. Gadis ini memang tingginya melewati kebanyakan perempuan pada umumnya.
Gadis yang dipanggil Alfiana ini hanya tersenyum, lebih tepat menyeringai sih.
"Yah... Aku hanya ingin melihat raut wajahnya saat sedang berteriak." Jawabnya santai.
Oh dan jangan lupakan kalau ada juga seseorang, lebih tepatnya seorang gadis yang sedang duduk di sofa.
Pipinya basah karena baru habis menangis. Alasannya karena ulah iseng Alfiana.
Flashback
Di saat jam istirahat, pasti semua murid pada umumnya sedang berada di kantin.
Tapi tidak dengan gadis ini. Dia membuka pintu kelas XA, yang terkenal akan kepintaran siswa dan siswinya.
Gadis itu berjalan santai, sambil mencari meja seseorang. Setelah menemukannya, dia memeriksa laci meja tersebut dan memastikan tidak ada apa-apa di dalamnya.
Kemudian dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. Entah apa isi kotak itu, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Tersenyum kecil, kemudian dia menaruh kotak kecil itu di dalam laci meja milik siapapun seseorang yang duduk di meja tersebut.
Setelah urusannya dengan kelas XA selesai, dia keluar kelas itu dan menutup pintunya. Tak lupa dia meletakkan sebuah handycam di ventilasi kelas tersebut. Yang sekali lagi hanya dia dan Tuhan, yang mengetahui tujuan diletakkannya handycam di ventilasi kelas XA itu.
****
"Ella, ayo kembali ke kelas." Ajak seorang gadis pada Ella.
"Santai saja Claire." Ella mendesah pelan melihat kelakuan sahabatnya ini.
"Kau tahu kan betapa killernya Pak Jeffer?" Kata Claire, kemudian dengan tidak elitnya menirukan wajah marah Pak Hendry tersebut.
"Ya, ya terserahlah." Sedikit sweatdrop dan speechless saat Ella melihatnya.
Setelah mereka berdua memasuki kelas XA, mereka berdua duduk ditempatnya masing-masing.
Beberapa saat kemudian, Pak Jeffer masuk di kelas XA dengan raut wajah mengintimidasinya. Membuatnya marah sama saja dengan tidak ingin melihat matahari di hari esok.
"Berdiri."
"Beri salam."
"Selamat siang Pak Jeffer."
Yap di setiap belahan dunia manapun pasti akan melakukan hal tersebut, disaat guru masuk kelas.
Yang dikenal dengan istilah 'memberi salam'.
"Kumpulkan tugas yang Bapak berikan kemarin." Tanpa bicara banyak, Pak Jeffer langsung to the point.
Satu per satu siswa dan siswi mulai maju dan mengumpulkan bukunya di depan.
"Mungkin buku itu ada di laci." Ucap Ella, kemudian meraba-raba lacinya.
"Eh apa ini?" Gumamnya pelan pada dirinya sendiri. Karena, bukannya menemukan buku, yang didapatnya kotak kecil yang entah berisi apa.
Rasa penasaran pasti mengalahkan rasa takut. Tanpa pikir panjang dia membuka kotak itu.
"AAAAAAAAA!!" Teriak Ella karena saking terkejutnya.
Kotak itu berisi beberapa kecoak yang sekarang tengah berdansa (?) di lantai putih kelas XA.
"KYAAAAA!"
"SINGKIRKAN KECOAK INI!"
"KENAPA DI KELAS INI BISA ADA KECOAK?!"
Bisa kalian tebak sendiri kan? Kelas yang elit seperti XA, bisa gaduh dikarenakan kecoak. Ada yang naik di atas kursi, memegang sapu sambil gemetaran, dan laki-laki? Mereka duduk santai.
Perempuan sih yang heboh. Ella setelah membuka kotak tersebut merasa bersalah kemudian menangis.
"HAHAHHHAHAHAHAHHA." Tawa seseorang terdengar dari luar kelas.
Pak Jeffer yang mendengarnya, keluar kelas untuk melihat siapa yang tertawa sampai terbahak-bahak seperti itu.
"Oh jadi kamu ya pelakunya Alfiana."
Gadis yang dipanggil Alfiana itu, menghentikan tawanya kemudian menatap horor Pak Jeffer yang menangkapnya, seperti tikus yang masuk perangkap manusia.
Pak Jeffer menjewer gadis yang sedikit lebih *uhuk* tinggi *uhuk* darinya. Pak Jeffer pun sedikit kesal dikarenakan hal tersebut.
"Harap tenang anak-anak saya telah menemukan biang keladi dari semua ini." Kata Pak Jeffer yang masih menjewer telinga Alfiana.
"Lepas! Sakit tahu!" Perintah Alfiana pada Pak Jeffer.
"Jadi kamu yang menaruh kecoak-kecoak itu di laci Ella?" Tanya Pak Jeffer dengan suara mengintimidasinya.
"Kalau iya, apa yang akan terjadi pada saya Pak?" Kata Alfiana sambil menyeringai.
"Pergi ke kantor Kepala Sekolah SEKARANG!!" Perintah Pak Jeffer dengan penuh penegasan.
Sebelum keluar kelas XA, Alfiana mengambil handycam yang berada di ventilasi kelas tersebut.
"Terima kasih telah menghiburku." Katanya tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Murid-murid kelas XA yang melihatnya plus Pak Jeffer, hanya menatap horor kepergian Alfiana dan Ella yang mengikutinya dari belakang.
Flashback Off
****
"Begitu kronologi ceritanya Pak Kepsek." Kata Alfiana sambil tersenyum ceria yang dibuat-buat.
"Nah Pak Kepsek, hukuman apa yang akan anda berikan kepada saya?" Tanya Alfiana sambil menyeringai.
Pak Kepala Sekolah nampak sedang memikirkan hukuman apa yang cocok. Karena Alfiana masuk ruangan Kepsek sudah terlalu mainstream.
"Hukumanmu adalah membersihkan lingkungan sekolah sampai libur natal nanti." Tukas Pak Kepsek sambil menatap tajam pada Alfiana.
"Tch..." Sambil mendecih pelan, Alfiana keluar kemudian membanting pintu ruangan Kepala Sekolah.
"Alfiana tunggu!" Teriak Ella dari belakang kemudian menahan tangannya.
"Berengsek! Lepaskan tanganku!" Perintah Alfiana. Kemudian melepaskan tangan Ella dengan paksa.
"Dengarkan aku kali ini saja." Pinta Ella.
"Tidak ada yang perlu kudengarkan." Kata Alfiana sambil membuang muka.
"Kau masih marah karena kejadian itu?" Tanya Ella.
Hening sesaat diantara mereka. Bayangan seorang laki-laki muncul di benak Alfiana, kemudian ditepisnya bayangan tersebut.
"Aku tidak akan mengatakan 'iya' dan aku juga tidak akan mengatakan 'tidak'." Setelah berkata demikian, Alfiana pergi meninggalkan Ella sendirian yang menatapnya dari belakang.
"Dia pasti tidak akan pernah memaafkanku." Gumam Ella pelan.
Sabtu 17 Desember 2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top