*37

Kim Hyun Sung mengayunkan langkah-langkah gontainya memasuki kamar hotel. Pemuda itu lantas melepaskan jas hitam dari tubuhnya, lalu melempar benda itu ke atas tempat tidur dengan gerakan asal. Pertemuannya dengan calon investor belum membuahkan hasil sama sekali. Mungkin mereka terlalu banyak pertimbangan untuk menanamkan modalnya di YK Electronics. Atau bisa saja mereka memang tidak ingin berinvestasi di perusahaan yang dibangun ayah Kim Hyun Sung itu. Dan kemungkinan lain, tapi ini terdengar sedikit konyol, mungkin saja mereka sengaja mempermainkan Kim Hyun Sung sebelum memutuskan untuk menandatangani kontrak kerja sama.

Kim Hyun Sung tidak pernah tahu.

Pemuda itu menjatuhkan tubuhnya di atas sebuah sofa tunggal yang berada tepat di sudut ruangan. Rasa jengah tiba-tiba menyelinap dalam hatinya meski pemandangan kota Beijing terhampar menawan di balik jendela kaca yang berada di seberang tempat duduknya. Ribuan lampu warna-warni tampak menghias setiap sudut kota. Mereka terlihat kecil dan seperti bintang-bintang yang mengambang di kejauhan. Indah. Romantis. Tapi kenyataannya Kim Hyun Sung malah merasakan sepi menghuni pikirannya. Ruang hatinya terasa hampa. Dan Kim Hyun Sung kembali melayangkan pikirannya pada gadis itu.

Andai saja kejadian buruk itu tidak pernah menimpa Lee Hye Ri, mungkin gadis itu sudah terbang dari Seoul menuju Beijing hanya untuk menyusul dirinya. Mungkin sekarang mereka berdua sedang berjalan-jalan di luar sana hanya untuk sekadar mencari makan malam atau berburu makanan pinggir jalan. Sembari bergandengan tangan mungkin.

Ah, Kim Hyun Sung mengacak rambutnya sendiri dan bergegas bangkit dari tempat duduknya. Berpikir tentang gadis itu bisa membuatnya gila. Ditambah lagi calon investor incarannya belum juga memberi kabar.

Sudah waktunya membersihkan diri dan menjernihkan pikiran, batin Kim Hyun Sung sembari mulai melepaskan kancing-kancing kemeja putih miliknya. Namun gerakan tangannya terhenti saat tatap mata pemuda itu jatuh tertumbuk pada ponsel yang tergeletak beberapa centi dari bantal. Dia bahkan tak ingat sudah meninggalkan benda itu di sana saat akan pergi menemui calon investor.

"Kenapa ibu meneleponku sebanyak ini?" Pemuda itu bergumam sendiri ketika membuka layar ponselnya dan menemukan lebih dari sepuluh panggilan tak terjawab. Panggilan terakhir sekitar sejam yang lalu dan Kim Hyun Sung ingat saat itu dia sedang bersama Tuan Chen, calon investornya. Mereka berbincang banyak hal, namun belum ada kesepakatan sama sekali sampai detik ini.

Hye Ri sudah bangun, Hyun Sung. Cepatlah pulang.

Satu pesan singkat dikirim ibunya beberapa detik setelah panggilan terakhir tak terjawab. Membuat Kim Hyun Sung tercekat dan hampir membeku di tempatnya berdiri.

"Kau sudah bangun?"

Kim Hyun Sung menyunggingkan seulas senyum getir di bibirnya. Pemuda itu melemparkan ponselnya kembali ke atas tempat tidur dengan perasaan tak keruan.

"Kenapa di saat aku tidak ada di sana, kau justru membuka mata? Kau bahkan tidak tahu aku hampir mati mencemaskanmu? Berhari-hari aku di sana menjagamu, kau malah tidur seolah tidak mau membuka mata. Kenapa kau lakukan itu padaku, Hye Ri?!"

Teriakan nyalang Kim Hyun Sung pada penghujung kalimatnya menggema di dalam ruangan. Dengan gerakan kasar dia melepaskan kemejanya lalu melempar benda itu hingga menyentuh jendela kaca yang menampilkan pemandangan kota Beijing di malam hari. Dan pada akhirnya kemeja putih kesayangan Kim Hyun Sung itu jatuh teronggok di atas lantai.

Dada telanjang Kim Hyun Sung bergerak naik turun menahan gejolak emosi yang sudah tumpah ruah di dalam hatinya. Entah kenapa rasa sakit yang dirasakannya sekarang terasa lebih sakit ketimbang sebelumnya. Kekecewaannya juga berlipat ganda setelah mengetahui Lee Hye Ri terbangun dari tidur panjangnya di saat Kim Hyun Sung tidak ada di sisi gadis itu.

"Mungkin selama ini aku sudah salah berpikir tentang sikapmu," tandas Kim Hyun Sung seolah sedang berlatih adegan drama di dalam kamar hotelnya. Dia berbicara sendiri seperti orang bodoh. "Kupikir selama ini kau juga mencintaiku, Hye Ri. Aku memang bodoh... "

Kim Hyun Sung menoleh begitu mendengar suara ponselnya berdering di saat dia asyik berbicara sendirian.

"Hyun Sung... " Suara Han Hyu Jin langsung menerpa gendang telinga Kim Hyun Sung begitu dia menggeser ikon berwarna hijau di layar ponselnya. "Apa kau sudah membaca pesanku?"

Kim Hyun Sung melangkah perlahan ke dekat jendela dan membuang pandangan ke kejauhan kota Beijing yang berhiaskan lampu warna-warni.

"Ya." Pemuda itu menjawab singkat.

"Kapan kau akan kembali?"

"Aku masih belum tahu. Mungkin lusa," jawab Kim Hyun Sung tak yakin. Seharusnya dia kembali ke Seoul esok hari, tapi sepertinya keadaan tidak memungkinkan. Kesepakatan kontrak belum tercapai hingga sekarang.

"Kenapa lama sekali? Hye Ri... "

"Aku akan pulang setelah urusanku di sini selesai," potong Kim Hyun Sung saat ibunya menyebut nama gadis itu.

"Baiklah."

Kim Hyun Sung segera menutup teleponnya tanpa mengucapkan kata perpisahan sepatah pun.

Rasanya pasti akan sangat canggung saat dia bertemu dengan gadis itu, batin Kim Hyun Sung sembari menggenggam ponselnya erat-erat. Lalu bagaimana dia akan mengendalikan gemuruh di hatinya manakala berada dekat dengan gadis itu? Dan rencana pernikahan itu? Apa dia masih akan melanjutkan niatnya semula untuk melamar Lee Hye Ri?

Kim Hyun Sung menghela napas berat dan berangsur mundur dari tempatnya berdiri. Mungkin guyuran air dari shower membuat pikirannya sedikit lebih jernih, batin Kim Hyun Sung sembari melangkah ke kamar mandi lalu melepas seluruh benda yang melekat di tubuhnya.

•••

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top