*33

"Maaf, aku tidak tahu kalau kau adalah putra pemilik YK Electronics." Pemuda yang biasa dipanggil Jisoo itu mengurai senyum tipis. "Kau tampak putus asa dan kupikir kau akan menceburkan diri ke dalam sungai itu."

Kim Hyun Sung turut mengulas senyum di bibir lalu meneguk isi kaleng dalam genggamannya. Beberapa menit kemudian, setelah kesalahpahaman di antara mereka terurai, Kim Hyun Sung dan Jisoo duduk santai di tepi sungai sambil berbagi obrolan ringan. Empat buah kaleng minuman bersoda siap menjadi teman mereka berbincang. Ketika suasana gelap mulai turun, lampu-lampu mulai dinyalakan. Menambah keindahan Sungai Han di malam hari.

"Hidupku terlalu berharga untuk hal bodoh seperti itu," gumam Kim Hyun Sung. Isi kalengnya sudah berkurang separuh meski perbincangan mereka baru saja dimulai.

Jisoo mengumbar tawa kali ini. "Ya, seharusnya begitu. Kau memiliki segalanya dan tidak ada yang kurang darimu. Kau bisa mendapatkan apapun yang kau mau. Apa aku benar?"

"Uhm... Tidak semuanya."

"Benarkah?" Sepasang mata Jisoo membulat ketika menatap ke samping. Rasanya dalam beberapa menit mereka sudah jatuh dalam pertemanan yang akrab. "Apa aku boleh menebak sesuatu?"

"Apa kau ingin menyelidikiku?" Kim Hyun Sung memicingkan mata curiga.

"Aku bukan detektif, Tuan," gelak Jisoo. Kim Hyun Sung menjadi tahu jika pemuda itu lebih ramah dari yang dibayangkannya.

"Apa kau sudah lama bertugas di sini?" Sikap Jisoo membuat Kim Hyun Sung penasaran tentang kehidupan pribadinya.

"Sudah setahun. Dan aku berhasil menggagalkan sebanyak sepuluh kali percobaan bunuh diri," ungkapnya antusias. Pemuda itu mengangkat ke-sepuluh jarinya ke udara.

"Oh." Kim Hyun Sung ternganga mendengar pengakuan Jisoo. Pemuda itu pasti memiliki sesuatu yang istimewa dalam dirinya. "Apa kau melakukan trik seperti tadi?"

"Ya," sahut Jisoo bersemangat. Wajahnya tampak semringah kala ingatannya kembali ke masa-masa di mana dirinya berhasil menggagalkan usaha bunuh diri yang dilakukan orang-orang yang datang ke Sungai Han. "Kebanyakan orang putus asa karena cinta. Sebagian karena tuntutan ekonomi dan pekerjaan."

"Apa kau pernah jatuh cinta?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu melintas di kepala Kim Hyun Sung. Semua orang pasti pernah merasa jatuh cinta, apakah Jisoo juga sama?

Jisoo terdiam sesaat. Pemuda itu meneguk minuman bersoda miliknya sejurus kemudian. "Ya," sahutnya usai menelan cairan yang keluar dari kaleng dalam genggamannya. "Tapi dia sudah menikah dengan orang lain sekarang," lanjutnya dengan nada getir.

"Oh." Kim Hyun Sung menelan salivanya. Padahal dia sempat berpikir orang seramah Jisoo pasti memiliki keberuntungan dalam hal asmara. Nyatanya kebaikan hati dan keramahan seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan keberuntungan. "Apa kau kecewa?"

"Tentu," jawab Jisoo tegas. "Aku menyukainya sejak kecil. Kami tumbuh bersama, bersekolah di sekolah yang sama, dan tidak ada hari yang kulewatkan tanpa dirinya. Kupikir dia juga menyukaiku, namun nyatanya aku salah. Suatu hari dia bertemu dengan seseorang dan dia jatuh cinta padanya." Tatapan mata Jisoo tampak kosong.

"Apa dia tahu perasaanmu yang sesungguhnya?"

Jisoo menggeleng dengan gerakan samar. "Tidak. Karena kupikir tanpa mengatakan padanya pun dia tahu perasaanku." Pemuda itu mengambil jeda untuk menarik napas dalam-dalam. "Dia tidak pernah menganggapku lebih dari seorang teman."

Kim Hyun Sung menepuk pundak Jisoo perlahan.

"Bagaimana denganmu? Apa gadis itu meninggalkanmu?" Jisoo menoleh ke samping dan tiba-tiba ganti bertanya. Membicarakan tentang gadis pujaannya membuat pemuda itu kembali merasakan sakit di dadanya.

"Tidak."

"Lalu? Apa dia tidak menyukaimu?"

"Aku tidak tahu. Dia selalu bergantung padaku, tapi aku tidak berani mengartikan kalau dia juga menyukaiku," tandas Kim Hyun Sung.

"Kenapa kau tidak mengatakan perasaanmu padanya? Kau tampan dan kaya. Pasti dia mau menerimamu. Percayalah padaku," ucap Jisoo memberi saran.

Seketika Kim Hyun Sung menderaikan tawa. "Apa kau sedang memberikan layanan konsultasi gratis padaku?" sindirnya.

"Aku hanya ingin memberi dukungan sebagai teman."

"Terima kasih," ucap Kim Hyun Sung tulus. Sepanjang hidup, Kim Hyun Sung tidak pernah benar-benar berteman dengan siapapun. Hanya ada Lee Hye Ri yang mengisi daftar pertemanan dalam hidupnya.

"Dia pasti sangat cantik sampai-sampai kau berteriak seperti orang gila tadi. Tapi kau sangat keren saat berteriak 'aku mencintaimu'. Kalau aku tahu kau tidak bermaksud bunuh diri, aku pasti akan merekammu dengan ponselku." Jisoo terkekeh usai menirukan gaya Kim Hyun Sung saat berteriak pada angin dan air sungai beberapa saat yang lalu.

"Kau benar. Dia sangat cantik. Tapi aku tidak akan mengenalkannya padamu."

"Kenapa?"

"Karena aku takut kau akan jatuh cinta padanya."

Jisoo tergelak cukup keras mendengar kalimat Kim Hyun Sung. Gadis yang disukainya juga cantik dan seharusnya Jisoo sudah melupakannya.

"Apa kau tidak ingin mencari pekerjaan lain? Maksudku, aku bisa memberimu pekerjaan di perusahaanku," tawar Kim Hyun Sung.

"Tidak," Jisoo langsung menolak penawaran menggiurkan itu. "aku menyukai pekerjaan ini. Kurasa aku menemukan arti hidup di sini," lanjutnya.

"Oh." Kim Hyun Sung sedikit kecewa mendengar penolakan Jisoo. "Kau bisa datang ke kantorku kapanpun kau mau," ucapnya lagi seraya mengulurkan selembar kartu nama ke tangan Jisoo.

"Tentu," sahut Jisoo dengan senang hati.

"Kau bisa menghubungiku kalau butuh sesuatu," ucap Kim Hyun Sung seraya melirik ke arah Jisoo yang sedang sibuk mencermati kartu nama yang baru saja diberikannya.

"Apa aku juga akan mendapat diskon saat berbelanja alat penanak nasi?"

Kim Hyun Sung meledakkan tawa mendengar gurauan Jisoo. "Tentu. Kau akan mendapatkan diskon," ujarnya masih dengan sisa gelak tawa.

Malam kian merambat tanpa terasa. Empat buah kaleng minuman bersoda juga sudah kosong sejak beberapa menit lalu. Hawa dingin juga semakin menusuk persendian. Kim Hyun Sung merasa sudah saatnya untuk pulang.

"Semoga kau bisa mendapatkan hatinya," ucap Jisoo sambil menepuk pundak Kim Hyun Sung ketika mereka akan berpisah beberapa saat setelah mengakhiri obrolan.

"Kau juga semoga mendapatkan penggantinya," balas Kim Hyun Sung mendoakan Jisoo. Pemuda itu melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam mobil.

•••

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top