*25

Rasa sakit ini sedikit berbeda dari yang pernah dialami Lee Hye Ri belasan tahun yang lalu. Namun, rasa sakit tetaplah bernama rasa sakit ...

Lee Hye Ri mengerang lirih lalu gadis itu meraba tengkuknya perlahan. Seseorang telah memukulkan sebuah benda tumpul dan menyebabkan dia kehilangan kesadaran selama tak kurang dari tiga jam. Namun begitu membuka mata, gadis itu tercekat saat mendapati dirinya telah berada di dalam sebuah mobil yang sedang melaju kencang, bukan di jalanan tenang kota Seoul melainkan sebuah wilayah asing yang berbukit terjal dan dipenuhi pepohonan. Tepat di sisi kanannya terdapat jurang menganga berkisar belasan meter mungkin juga lebih. Kegelapan malam telah memudarkan pandangan mata gadis itu.

Lee Hye Ri nyaris menjerit ketika menoleh ke samping dan menemukan seorang laki-laki berpenampilan berantakan sedang duduk di balik kemudi. Wajahnya dipenuhi dengan bulu-bulu kasar sementara aroma tak sedap menguar dari tubuh kurusnya yang terbalut jaket kumal berwarna hijau tanah yang telah memudar.

"Kau sudah bangun?" Sadar dirinya sedang diperhatikan, laki-laki itu menatap ke arah Lee Hye Ri dan menegur gadis itu dengan suara pelan. Aroma alkohol berembus ke sekeliling mulutnya.

Lee Hye Ri langsung terperanjat melihat wajah laki-laki di sampingnya. Dia sama sekali bukan orang asing seperti yang diduganya tadi, tapi Lee Hye Ri mengenalnya. Laki-laki itu adalah Lee Dong Man, ayah kandung Lee Hye Ri!

"Kau?" Bibir Lee Hye Ri bergetar. Bayangan buruk belasan tahun lalu melintas dengan jelas di benak gadis itu. Rasa sakit dan ketakutan menyergap dirinya tiba-tiba. Bagaimana dia bisa lupa bagaimana saat laki-laki itu menyerang tubuh kecilnya dengan sebilah balok kayu dan hampir membuatnya tewas? Saat itu adalah penghujung musim gugur ketika Lee Hye Ri masih berusia 10 tahun dan suasananya juga persis seperti sekarang. Gelap baru saja meremang dan udara dingin menyelimuti sekitar.

Laki-laki itu menyeringai melihat putri kecilnya yang kini tumbuh dewasa, terlihat ketakutan dan wajahnya berubah pucat.

"Lama tak berjumpa, Hye Ri," ucap laki-laki itu saat menatap ke samping. "Kau sudah tumbuh dewasa sekarang. Bagaimana kehidupanmu selama ini? Pasti sangat nyaman dan aku yakin mereka juga menyayangimu seperti anak kandung sendiri. Aku benar kan?"

Lee Hye Ri tersudut di kursinya dengan tubuh gemetaran. Seolah-olah kejadian belasan tahun yang lalu sedang terulang kembali. Sialnya, ponsel milik Lee Hye Ri juga raib dari saku jaket ketika tangannya berusaha mencari benda itu.

"Kau mencari ini?"

Kepala Lee Hye Ri otomatis memutar ke samping ketika suara ayah kandungnya kembali terdengar. Laki-laki itu mengacungkan ponsel milik Lee Hye Ri ke atas sambil menyunggingkan senyum pahit.

"Kembalikan benda itu!" Lee Hye Ri berteriak dan berusaha merebut ponselnya dari tangan laki-laki itu. Namun, aksi yang dilakukan gadis itu malah memicu kemarahan ayah kandungnya. Laki-laki itu membuang ponsel milik Lee Hye Ri ke jalanan.

"Ambil saja kalau kau mau." Laki-laki itu mengejek dengan menderaikan tawa nyinyir.

Tubuh Lee Hye Ri lemas saat menatap benda yang harusnya bisa membantu dirinya itu terjatuh ke atas aspal. Bagaimana dia bisa menghubungi Kim Hyun Sung sementara ponselnya sudah mendarat di atas aspal dan sekarang semakin jauh tertinggal di belakang sana?

"Apa kau tahu," Laki-laki itu mulai mengoceh tak peduli ekspresi wajah tegang dan panik yang terlukis di wajah Lee Hye Ri. "setelah keluar dari penjara aku hidup di jalanan. Aku pergi ke sana kemari, tidur di sembarang tempat, aku juga makan sisa makanan orang, dan tidak jarang mereka mengusirku. Bahkan semua orang menganggap aku gila," lanjut laki-laki itu menuturkan kehidupan yang selama bertahun-tahun dijalaninya.

Sementara Lee Hye Ri hanya membeku di tempat duduknya, bergumul dengan kecemasan dan rasa takut yang teramat sangat. Jika ini adalah hari terakhirnya hidup di dunia, bagaimana dengan Kim Hyun Sung? batin gadis itu gundah.

"Hidupku dan hidupmu sangat jauh berbeda." Lee Dong Man melanjutkan kalimatnya di sela-sela mengemudi. Jalanan semakin gelap dan gadis itu nyaris tak bisa melihat apapun di sekitar kecuali jalanan yang lengang di depan mobil yang mereka tumpangi. "Kau dibesarkan di keluarga kaya dan tinggal di luar negeri. Ibumu juga menikah dengan bajingan kaya itu. Kalian berdua menikmati hidup mewah dan serba berlimpah. Kalian bisa makan enak, tidur di tempat tidur yang nyaman, berpakaian hangat, dan kalian bisa membeli apapun yang kalian inginkan. Tapi aku? Aku harus hidup di jalanan, kelaparan, kedinginan, diusir orang .... Apa kau pikir itu adil untukku, hah?!"

Lee Hye Ri terenyak kaget ketika laki-laki itu berteriak cukup keras dengan sepasang mata melotot tajam ke arahnya. Seolah tak peduli jika kemudi mobil yang sedang melaju kencang itu ada dalam kendalinya.

"Kalau saja bukan karena kau dan ibumu, aku juga tidak akan pernah menggelapkan uang perusahaan dan dipecat, kau tahu itu?!" Suara laki-laki itu terdengar kembali. "Semua ini gara-gara ibumu yang serakah. Harusnya aku tidak pernah menikah dengan wanita seperti itu. Kenapa hidup tidak pernah adil untukku? Kenapa dia mendapatkan semua yang diinginkannya, sementara aku harus menderita seperti ini?" Laki-laki itu mengoceh sambil terisak. Air mata mulai menetes dan membasahi pipinya.

Sementara itu Lee Hye Ri masih bergeming di tempat duduknya, berusaha tidak membuat pergerakan atau suara sekecil apapun.

"Lebih baik aku mati daripada hidup seperti ini." Laki-laki itu menoleh kembali ke arah Lee Hye Ri usai tangisnya reda. "Tapi aku tidak mau mati sendiri. Apa kau siap untuk mati bersamaku, Hye Ri?"

Lee Hye Ri terkesiap mendengar kalimat yang terlontar dari bibir ayah kandungnya. Juga tatapan mengerikan itu mengingatkannya pada kejadian belasan tahun yang lalu.

"Tidak." Bibir Lee Hye Ri menggumam lirih. Kedua mata gadis itu tiba-tiba basah, tubuhnya menggigil, dan jantungnya berdenyut lebih kencang dari sebelumnya. Bagaimana mungkin laki-laki itu mengajaknya untuk mengakhiri hidup bersama-sama? Sementara Lee Hye Ri masih ingin menghabiskan sisa napasnya bersama dengan Kim Hyun Sung. Dia tidak bisa meninggalkan Kim Hyun Sung begitu saja. "Kumohon hentikan mobilnya," ratap gadis itu seraya menarik lengan jaket kumal yang membungkus tubuh ayah kandungnya.

Namun, laki-laki itu bergeming, perhatiannya terpusat pada jalanan yang semakin berliku di depan sana.

"Kumohon hentikan mobilnya sekarang juga. Aku ingin hidup. Aku mencintai Hyun Sung ...."

Tangisan Lee Hye Ri sama sekali tak digubris laki-laki itu. Meski gadis itu terus menerus mengguncang lengannya, laki-laki itu tidak akan menyurutkan niatnya semula. Rasanya sudah cukup dia menjalani hidup dalam penderitaan. Dia dan Lee Hye Ri harus mati. Dengan begitu hidup akan menjadi adil baginya.

"Diam!" Karena terus didesak dan Lee Hye Ri tak surut mengguncang lengan jaketnya, laki-laki itu berteriak keras. Gadis itu sudah tumbuh dewasa, namun dia masih sama berisiknya dengan saat dia masih kanak-kanak. "Aku sudah muak dengan semua ini, kau tahu?! Aku telah susah payah mencarimu dan menunggu saat ini tiba. Jadi berdoalah agar kau terlahir kembali sebagai orang yang beruntung."

Setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya, tanpa diduga tiba-tiba saja laki-laki itu membanting setirnya ke kanan. Dengan laju yang masih dalam kecepatan tinggi, mobil yang mereka tumpangi keluar dari jalur lalu menabrak semak belukar yang tumbuh di sepanjang tepi jalan, sebelum akhirnya terguling beberapa kali dan jatuh ke dasar jurang sedalam belasan meter.

Kejadian itu terjadi begitu cepat, bahkan Lee Hye Ri tak sempat untuk berteriak atau mencegah perbuatan ayah kandungnya. Rupanya laki-laki itu tidak main-main dengan kata-katanya. Dia memang ingin mati bersama putri kandungnya.

Jauh di bawah sana, tubuh Lee Hye Ri terjebak di dalam mobil yang kondisinya rusak parah dan terbalik. Gadis itu tak bergerak, kedua matanya terpejam, dan darah mengucur dari kepalanya. Sedangkan laki-laki itu masih sadar meski darah juga menetes dari hidung dan kepalanya. Dia menatap sejenak ke arah Lee Hye Ri lalu mengembangkan senyum bahagia. Rencananya sudah tercapai. Sudah tidak ada lagi yang diinginkannya sekarang kecuali mati. Dia tidak ingin terlahir kembali. Semoga Lee Hye Ri dan wanita itu juga tidak terlahir kembali, harapnya sebelum menutup mata.

•••

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top