*20
Hyun Sung?
Lee Hye Ri mengurungkan niatnya untuk menunjukkan sebuah mantel berwarna cokelat terang ke hadapan Kim Hyun Sung karena pemuda itu bergerak menjauh dari sisinya dengan ponsel sudah melekat di telinga. Lagipula jika dia bersikeras meminta pendapat Kim Hyun Sung soal mantel itu, mungkin Lee Hye Ri akan mendapatkan komentar yang tidak jauh-jauh dari kata hibernasi dan beruang.
Jadi gadis itu memutuskan untuk mengembalikan mantel pilihannya dan melangkah ke arah meja kasir.
"Hye Ri?"
Lee Hye Ri baru saja menyelesaikan transaksinya ketika suara asing menyapa telinga gadis itu.
"Kau di sini?"
Gadis itu terkesiap setelah menolehkan kepala dan mendapati seorang wanita dengan riasan tebal berdiri di hadapannya. Wajahnya terlihat tidak asing dan pada suatu malam bertahun-tahun yang lalu Lee Hye Ri pernah menatapnya dengan sepasang mata lembab. Wanita itu juga mendatangi rumah kediaman keluarga Kim beberapa hari yang lalu.
"Bisa kita bicara sebentar?" Wanita itu mencekal lengan Lee Hye Ri sebelum gadis itu sempat mengenyahkan lamunan masa lalu yang mendadak menyesaki kepalanya. "Sebentar saja ..." pintanya dengan sangat.
Lee Hye Ri tergagap dan menebarkan pandangannya ke sudut butik, namun ekor matanya tak mampu menemukan bayangan Kim Hyun Sung.
"Hye Ri?" Wanita itu berusaha menarik perhatian Lee Hye Ri kembali padanya. Tangan gadis itu mulai gemetar dan rasa takut menjalar perlahan ke setiap aliran darahnya. "Bisa kita bicara sebentar? Kumohon, beri aku waktu lima menit saja," ratap wanita itu mencoba memaksa dengan segala cara.
Lee Hye Ri merasa gamang. Sementara Kim Hyun Sung masih menghilang dari pandangannya dan belum kembali bahkan ketika wanita itu menyeretnya keluar dari butik, Lee Hye Ri masih belum bisa menemukan sosoknya.
Wanita itu, adalah Kang So Hee, ibu kandung Lee Hye Ri, sekaligus orang yang pernah mencampakkan gadis itu saat dirinya berusia 10 tahun. Malam itu Kang So Hee pergi begitu saja, mengabaikan tangisan Lee Hye Ri tanpa belas kasihan dan rasa iba. Karena kepergian ibunya hidup Lee Hye Ri menjadi berantakan dan dia hampir saja kehilangan nyawa karena ulah ayahnya yang seorang pemabuk. Lalu di saat Lee Hye Ri berhasil menata kehidupannya dengan baik, menjalani hari-harinya dengan bahagia, dan hampir melupakan masa lalunya, kenapa wanita itu tiba-tiba datang setelah 18 tahun berlalu?
"Hye Ri."
Kini keduanya duduk berhadap-hadapan di sebuah kafe yang terletak beberapa meter dari butik. Kang So Hee lebih mencurahkan perhatian pada seraut wajah gadis cantik di depan matanya dan mengabaikan secangkir kopi yang menguarkan aroma pahit ke sekeliling. Sementara Lee Hye Ri menggenggam cangkir kopinya erat-erat dan lebih banyak menghindari tatapan mata ibu kandungnya. Rasa takut, marah, sedih, dan benci bercampur aduk di dalam dadanya.
"Maaf."
Satu kata permintaan maaf dari bibir Kang So Hee mampu mengundang tatapan mata Lee Hye Ri setelah mengembara tak tentu arah.
"Aku meminta maaf karena pernah meninggalkanmu waktu itu." Kalimat Kang So Hee lebih panjang dari sebelumnya. Meski terdengar tulus, tapi belum mampu menyentuh perasaan gadis itu.
"Lalu untuk apa kau mencariku?" Suara Lee Hye Ri bergetar pelan.
"Aku ingin menebus kesalahanku, Hye Ri." Kang So Hee menggerakkan tangan kanannya dan mencoba menggapai genggaman Lee Hye Ri. Namun gagal. Gadis itu memindahkan genggaman tangannya ke atas pangkuan. "Kita bisa tinggal bersama dan memperbaiki segalanya. Kita bisa menjadi ibu dan anak seperti orang lain. Kita ..."
"Apa yang bisa diperbaiki?" geram gadis itu. Segenap peristiwa pahit, sakit, dan nyeri menyerang hati Lee Hye Ri. Dia masih ingat betul bagaimana saat tangan laki-laki itu melayang ke tubuh dan kepalanya. Padahal seharusnya tangan itu melindungi tubuh kecil Lee Hye Ri, tapi kenyataan malah sebaliknya. "Masa lalu tidak pernah bisa diperbaiki. Masa lalu akan selalu tersimpan di ingatan, kau tahu?"
Kang So Hee melepaskan embusan napas berat.
"Kau berhak untuk marah, Hye Ri. Dan kau berhak membenciku, tapi izinkan aku melakukan sesuatu untuk menebus semua kesalahan-kesalahanku di masa lalu."
Lee Hye Ri menarik seulas senyum pahit di bibirnya.
"Kau tidak perlu melakukannya."
"Kenapa?"
"Karena tidak akan ada gunanya. Aku sudah memiliki keluarga dan hidup kami sangat bahagia."
"Tapi... "
"Aku harus pergi," ucap gadis itu memutus percakapan tiba-tiba. Dia mengangkat tubuh dari kursi dan segera berbalik lalu mulai mengayunkan langkah menjauh dari tempat itu.
"Hye Ri!"
Meski wanita itu mengulangi panggilannya pada Lee Hye Ri, tetap saja gadis itu setia pada langkah-langkahnya.
Kang So Hee tak ingin tinggal diam. Wanita itu berniat menyusul langkah putrinya selagi belum jauh. Jika dia berusaha membuat sebuah kesempatan untuk dirinya sendiri, mungkin masih ada jalan memperbaiki hubungannya dengan Lee Hye Ri.
"Jadi kau sudah menemukan anak itu?"
Langkah kaki Kang So Hee tertahan di depan pintu kafe. Sebuah tangan hinggap di lengannya dan membuat wanita itu harus menghentikan pergerakan kedua tungkai kakinya.
Wanita itu seketika terperangah melihat seorang laki-laki berpakaian lusuh dan menguarkan aroma tidak sedap sedang mencekal lengannya.
"Kau?" Kang So Hee ternganga menatap sosok laki-laki yang sudah belasan tahun tidak pernah ditemuinya tiba-tiba muncul begitu saja seolah baru saja jatuh dari langit.
"Ya, aku mantan suamimu. Ah, lebih tepatnya suami yang pernah kau tinggalkan demi laki-laki lain karena kau menginginkan kehidupan yang jauh lebih baik. Aku benar kan?" Laki-laki itu menyeringai tajam. Kerut-kerut halus tampak menghias wajahnya yang termakan usia.
"Apa yang kau inginkan dariku?" Kang So Hee berusaha keras untuk menyingkirkan tangan laki-laki itu dari lengannya, tapi dia gagal. Setelah malam itu, baru kali ini Kang So Hee bertemu lagi dengan mantan suaminya. Kebetulankah ini atau dia sengaja mencariku? batin wanita itu.
Laki-laki itu mengembangkan senyum dingin. "Apa yang kuinginkan?" kekehnya menertawakan pertanyaan Kang So Hee. "Tentu saja uang. Bukankah kau sudah kaya sekarang? Kau tahu, setelah aku keluar dari penjara, aku mencarimu ke mana-mana. Beruntung kita bisa bertemu di sini."
Kening Kang So Hee mengerut mendengar mantan suaminya menyebut kata penjara. Laki-laki itu memang seorang pemabuk, namun apa yang telah dilakukannya sampai dia dipenjara?
"Apa yang membuatmu di penjara? Memangnya apa yang sudah kau lakukan?" tanya Kang So Hee diliputi rasa penasaran.
"Karena anak sialan itu ..."
"Hye Ri?"
"Ya," sahut laki-laki itu. "Karena setiap kali aku melihatnya, aku selalu mengingatmu. Jadi aku melampiaskan semua amarahku padanya. Beruntung anak itu tidak mati di tanganku."
"Apa?!" pekik Kang So Hee terbelalak. "Jadi selama ini ..."
"Ini semua karenamu, So Hee. Kalau saja kau tidak pergi meninggalkanku, hal buruk itu tidak akan pernah terjadi. Tapi kulihat dia baik-baik saja sekarang. Anak itu tumbuh menjadi gadis cantik dan dia sangat mirip denganmu. Aku yakin dia juga suka menggoda pemuda-pemuda tampan ..."
"Jaga kata-katamu!" jerit Kang So Hee sambil mengempaskan tangan laki-laki itu sehingga lengannya bisa terbebas. "Kau sudah gila!"
Laki-laki itu meledakkan tawa cukup keras saat Kang So Hee memilih untuk pergi dari hadapannya. Padahal masih banyak penghinaan-penghinaan yang hendak dia lontarkan untuk wanita itu.
Sungguh, kepala Kang So Hee hanya dipenuhi dengan banyak sekali penyesalan sekarang ini. Andai saja dia membawa Lee Hye Ri pergi saat itu, mungkin keadaan tidak akan seburuk ini. Namun saat dirinya hendak mengejar langkah Lee Hye Ri, gadis itu sudah tidak tampak lagi.
•••
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top