*1

Tidak ... Kumohon jangan sakiti aku ...

Tolong lepaskan aku ...
Kumohon ...

***

Bandara Incheon 2019

Lee Hye Ri menghentikan langkah kakinya lalu menebarkan pandangan ke sekeliling. Gadis berkulit putih pucat itu mendesah kuat-kuat ketika tak mendapati sosok yang tengah dicarinya. Harusnya dia sudah datang, batinnya mulai gusar.

Lee Hye Ri masih terpaku di atas lantai mengilat yang menjadi tumpuan kedua kakinya. Tak peduli hilir mudik orang-orang yang berjalan di sisi kanan dan kirinya, juga keramaian yang mendadak tercipta di sudut sana. Sepertinya seorang artis terkenal baru saja turun dari pesawat dan paparazi sudah menghadang perjalanannya. Mungkin juga mereka berada dalam penerbangan yang sama. Lee Hye Ri sama sekali tidak tahu dan tidak peduli. Pikirannya hanya terfokus pada satu orang saja, tapi mengapa sampai sekarang dia belum muncul?

Gadis itu mengerang lirih ketika pundak kanannya tertubruk dari belakang tanpa sengaja.

"Maaf."

Seorang gadis muda sebaya Lee Hye Ri membungkukkan badan lalu berjalan menjauh. Sepertinya dia sangat terburu-buru dan tidak sempat menunggu balasan permintaan maafnya.

Sesaat setelah gadis itu pergi, Lee Hye Ri tiba-tiba merasa tempat itu berubah menjadi sangat asing. Dia kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mencoba menatap satu per satu wajah-wajah yang bertebaran di sana, tapi tidak ada yang dikenalnya. Mereka sama sekali asing dan Lee Hye Ri merasa terjebak di tengah orang-orang itu. Perasaan sepi dan nyeri perlahan menyergap dirinya.

Tangan gadis itu gemetar ketika merogoh saku mantel hijau tanah yang membungkus tubuhnya. Dia harus segera menelepon sekarang.

"Maaf, aku terlambat."

Gadis itu hampir saja menjatuhkan ponsel yang kini sudah berhasil digenggamnya ketika sebuah suara menyapa.

Seorang pemuda bertubuh tinggi berbalut setelan jas bermerk berdiri di samping Lee Hye Ri saat gadis itu menoleh.

"Kim Hyun Sung!" Lee Hye Ri berteriak histeris dan langsung meninju pundak pemuda itu cukup keras. Akibatnya ponsel yang sedang digenggam gadis itu merosot dan jatuh tepat di bawah kaki Kim Hyun Sung. "Kau tahu, aku hampir mati menunggumu!" sungutnya marah.

"Aku harus menghadiri rapat tadi, jadi aku terlambat. Maaf," ucap Kim Hyun Sung dipenuhi rasa bersalah. Rapat sialan, batin pemuda berwajah tampan itu kesal. Harusnya dia tidak pernah membiarkan Lee Hye Ri menunggu seperti tadi. "Apa perjalananmu menyenangkan? Bagaimana kabar Ayah dan Ibu? Apa mereka merindukanku?" Kim Hyun Sung memungut ponsel milik Lee Hye Ri dari bawah kakinya dan memasukkan benda itu ke dalam saku jas sambil mengalihkan topik perbincangan.

"Cukup buruk." Lee Hye Ri memindahkan tas ranselnya ke punggung pemuda tampan itu tanpa canggung. Tak peduli benda itu akan merusak setelan jas yang membungkus tubuh Kim Hyun Sung. "Tapi Paman dan Bibi baik-baik saja. Mereka sama sekali tidak merindukanmu. Apa kau puas?" Gadis itu mengerucutkan bibir, memamerkan kesal yang masih mendera perasaannya. Andai saja Kim Hyun Sung tidak segera datang, entah apa yang terjadi pada dirinya.

Kim Hyun Sung menderaikan tawa kecil dan merangkul pundak Lee Hye Ri lalu mengajak gadis itu melangkah pergi.

"Kau lapar? Kau ingin makan sesuatu?" tawar Kim Hyun Sung berusaha untuk meredakan kemarahan gadis itu.

"Apa aku kelihatan lapar?"

Kim Hyun Sung hanya mengulum senyum kecil. Tapi pemuda itu harus menyimpan kalimatnya karena ponselnya bergetar sesaat sebelum mereka masuk ke dalam mobil.

"Ya, Ayah?"

Lee Hye Ri hanya melenguh pelan ketika mengetahui Ayah Kim Hyun Sung yang menelepon. Gadis itu merebut paksa tas ranselnya dan bergegas masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Kim Hyun Sung.

"Apa Hye Ri sudah tiba?"

"Ya, Ayah. Dia tiba dengan selamat. Ayah tidak perlu cemas." Kim Hyun Sung melirik sekilas ke arah Lee Hye Ri ketika memberitahukan keadaan gadis itu pada Ayahnya.

"Jaga dia baik-baik, Hyun Sung."

"Sebenarnya siapa anak Ayah? Aku atau Hye Ri?" ucap Kim Hyun Sung setengah merengek.

"Tutup mulutmu bocah tengik. Kau dan Hye Ri adalah anak Ayah. Sekarang kau puas?" Suara Ayah Kim Hyun Sung terdengar marah dari kejauhan sana.

Pemuda itu tertawa kecil mendengar makian Kim Min Suk, Ayah kandungnya.

"Bagaimana keadaan di perusahaan?"

"Direktur Jo sudah dibawa ke kantor polisi kemarin dan mereka ingin aku menggantikan dia. Tapi aku menolak ..."

"Bodoh!"

Kim Hyun Sung menjauhkan ponsel dari telinga kanannya. Dalam beberapa menit dirinya harus mendapat dua makian sekaligus. Menyebalkan.

"Lalu aku harus bagaimana, Ayah?" tanya pemuda itu ketika mendekatkan kembali ponselnya ke telinga. "Aku punya pekerjaan di Kanada, Ayah."

"Pekerjaan apanya? Kau hanya mencorat-coret kanvas sesuka hatimu, apa itu bisa disebut sebagai pekerjaan, hah?!"

"Tapi, Ayah ..."

"Perusahaan itu milik keluarga kita, Hyun Sung. Sudah sewajarnya kau menduduki salah satu posisi penting di sana. Ayah sudah terlalu tua untuk mengelola perusahaan itu sendiri."

Kim Hyun Sung mengembuskan napas kuat-kuat melalui mulutnya.

"Maaf Ayah, aku harus pergi sekarang," ucap Kim Hyun Sung bermaksud mengakhiri percakapan dengan Ayahnya.

Pemuda itu segera masuk ke dalam mobil sesaat setelah menutup sambungan teleponnya. Kalau saja Ayah tidak sedang dalam pengawasan dokter, dia tidak perlu bersusah payah jauh-jauh datang ke Korea hanya untuk menghadiri rapat itu. Kanada dan segala pesonanya sudah cukup bagi Kim Hyun Sung. Dia merasa bahagia di sana, berkutat dengan cat minyak, kanvas, musik, dan juga Lee Hye Ri. Pemuda itu sama sekali tak pernah tertarik dengan dunia bisnis yang digeluti Ayahnya sejak dulu. Tapi saat genting seperti ini, dia bisa apa?

"Apa Paman mencemaskanku?" Lee Hye Ri menatap curiga ke arah Kim Hyun Sung begitu pemuda itu menutup pintu mobil dan siap menyalakan mesin kendaraannya.

"Sepertinya begitu," jawab Kim Hyun Sung datar. Wajahnya tak menunjukkan rasa senang sama sekali.

"Mestinya Paman tidak perlu mencemaskanku. Harusnya dia mencemaskan dirinya sendiri. Lagipula ini bukan pertama kalinya aku datang ke Korea," oceh gadis itu dan sama sekali tak ada tanggapan dari bibir Kim Hyun Sung. Memang ini bukan kunjungan pertama Lee Hye Ri ke tanah kelahirannya, tapi masalahnya gadis itu datang untuk menyusul Kim Hyun Sung yang tiba di Korea dua hari sebelumnya. Dan dia tidak tahu betapa cemasnya Kim Min Suk, Ayah angkat Lee Hye Ri, pada dirinya.

"Apa terjadi sesuatu sebelum aku datang?" tegur Kim Hyun Sung dengan melirik gadis di sampingnya. Setelah mengoceh, Lee Hye Ri memilih bungkam dan membuang tatapan keluar jendela.

"Tidak." Gadis itu memalingkan wajah ke arah Kim Hyun Sung lalu menggeleng sekadarnya. "Tidak ada apa-apa. Aku baik-baik saja," imbuh Lee Hye Ri sambil menyunggingkan senyum tipis di bibir merahnya.

Kim Hyun Sung balas tersenyum dan mengembalikan fokus matanya ke jalan. Sementara Lee Hye Ri mengalihkan tatapan ke samping.

Sesungguhnya mimpi buruk itu datang kembali saat dirinya berada di dalam pesawat beberapa waktu lalu. Bukan kali ini saja, tapi setiap Lee Hye Ri berkunjung ke Korea, mimpi buruk yang sama akan hadir dalam tidurnya. Tapi, dia tidak ingin Kim Hyun Sung tahu hal itu. Terlebih lagi kedua orang tua angkatnya yang terkadang bersikap over protective pada diri Lee Hye Ri.

•••

CERITA INI TIDAK AKAN DIPUBLIKASIKAN SAMPAI AKHIR KARENA SUDAH TERBIT DALAM BENTUK E-BOOK. YANG BERMINAT SILAKAN MEMBELI E-BOOKNYA DI PLAYSTORE.

THANKS...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top